Petugas gabungan menegur warga agar tertib pakai masker saat inspeksi mendadak (sidak) pendisiplinan protokol kesehatan Covid-19 di kawasan Pasar Badung, Denpasar, Bali, Selasa (12/10/2021). Lonjakan kasus di Tanah Air sangat mungkin terjadi seiring kenai | ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

Tajuk

Tetap Waspada dengan Lonjakan Kasus

Lonjakan kasus di Tanah Air sangat mungkin terjadi seiring kenaikan aktivitas masyarakat.

Kasus Covid-19 di Tanah Air semakin menunjukkan tren yang menggembirakan. Angka penularan sudah jauh menurun, dan kini stabil di bawah 5.000 an kasus positif per hari.

John Hopkins University Center for Systems Science and Engineering pada 12 September 2021 menilai Indonesia sebagai salah satu negara terbaik di dunia dalam menangani kasus Covid19. Alasannya,Indonesia berhasil menurunkan kasus sebesar 58 persen dalam waktu dua pekan. 

Peringkat pengendalian Covid-19 di Indonesia diklaim amat baik di kawasan AsiaTenggara berdasarkan Nikkei Recovery Index versi 6 Oktober 2021. Indonesia ada di peringkat ke-54 dari 120 negara. Adapun Singapura (peringkat 70), Malaysia (102), Myanmar (105), Thailand (109), Vietnam (118), Laos (120). 

Perbaikan peringkat Indonesia juga tampak pada Bloomberg Resilience Index yang memberi peringkat pada 53 negara di dunia.Indonesia pada 28 Juli 2021 ada di peringkat terbawah atau ke 53. Lalu, pada versi 26 Agustus 2021 membaik menjadi ke-51 dan pada versi 28 September mem-baik lagi menjadi peringkat 49. 

 
Perkembangan ini tentu sangat mengembirakan. Kendati begitu, kita tetap harus waspada karena  ancaman Covid-19 belum benar-benar hilang.
 
 

Tingkat keterisian rumah sakitpun sudah sangat jauh menurun. Tempat-tempat yang digunakan sebagai lokasi isolasi pasien Covid-19 sudah mulai lengang. Aktifitas masyarakatpun berangsur nomal seiring dengan penurunan level PPKM di berbagai daerah.

Perkembangan ini tentu sangat mengembirakan. Kendati begitu, kita tetap harus waspada karena  ancaman Covid-19 belum benar-benar hilang.

Kendati angka penularan sudah jauh menurun namun  angka kematian di Indonesia masih tinggi. Dari data John Hopkins, data kematian sejak pertengahan September 2021 menunjukkan Indonesia ada di peringkat ketiga tertinggi (dari 20 negara yang paling terdampak) untuk angka fatalitas.

Data per tanggal 9 Oktober 2021 menunjukkan angka fatalitas Indonesia adalah 3,4 persen. Jumlahnya di bawah Meksiko (7,6 persen) dan Bulgaria (4,2 persen). Negara ASEAN lain lebih rendah angka fatalitasnya, yaitu Vietnam 2,4 persen, Filipina 1,5 persen, Malaysia 1,2 persen, dan Thailand 1 persen. 

Angka-angka ini menunjukkan masih banyak pekerjaan yang mesti kita lakukan untuk menghadapi pandemi ini. Selain angka kematian, kita juga mesti mewaspadai terjadinya lonjakan kasus mengingat aktifitas warga sudah kembali normal. Begitu pun dengan rencana membuka Indonesia untuk kunjungan wisata dari mancanegara.

Pemerintah  berencana memberlakukan masa karantina lima hari bagi turis asing yang tiba di Bali. Kalangan epidemolog menilai rencana pemerintah  memangkas masa karantina untuk turis mancanegara menjadi lima hari kurang tepat dan sangat berisiko. Sedangkan masa karantina minimal yang dianjurkan para ahli kesehatan dan epidemiolog adalah 7 x 24 jam.

 
Kasus klaster PON XX Papua menjadi pelajaran bagi kita, kendati rencana protokol kesehatan sudah sangat baik di atas kertas, belum tentu bisa berjalan mulus di lapangan.
 
 

 Kewaspadaan lainnya adalah kerumunan yang beresiko menimbulkan penularan. Kasus klaster PON XX Papua menjadi pelajaran bagi kita, kendati rencana protokol kesehatan sudah sangat baik di atas kertas, belum tentu bisa berjalan mulus di lapangan.

Pertemuan tatap muka (PTM) bagi siswa sekolah dan perguruan tinggi juga menjadi titik krusial yang mesti mendapat perhatian khusus. Jangan sampai justeru PTM menjadi awal penularan baru.

Ancaman lonjakan kasus di Tanah Air sangat mungkin terjadi seiring dengan makin meningkatkan aktifitas masyarakat. Kita tetap tak boleh lengah dan menganggap Covid-19 tidak lagi menjadi ancaman.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat