Nahdlatul Ulama (PBNU) | ANTARA FOTO

Khazanah

Calon Alternatif Jelang Muktamar PBNU Wajar

Pemimpin baru diharapkan membawa PBNU lebih berwibawa

JAKARTA — Gelaran Muktamar ke-34 Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan diselenggarakan menjelang akhir 2021. Selain dari struktur PBNU, yakni KH Said Aqil Siradj dan KH Yahya Cholil Staquf, beberapa nama calon ketua umum atau tanfidziyah mulai beredar, seperti KH Bahaudin Nursalim atau Gus Baha dan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur Marzuki Mustamar. 

Wakil Katib Syuriyah PWNU DKI Jakarta KH Muhammad Taufik Damas menyebut, munculnya calon alternatif merupakan aspirasi dari warga NU. “Itu hal biasa. Aspirasi warga NU kan besar. Jadi, wajar kalau sebagai yang punya aspirasi menghendaki orang-orang yang menjadi calon ketua umum itu bukan Kiai Said Aqil ataupun Gus Yahya," ujar dia saat dihubungi Republika, Ahad (10/10).

Secara pribadi, dia mengharapkan, pemimpin PBNU merupakan orang yang mampu membawa organisasi menjadi lebih berwibawa serta mewarnai wajah Muslim Indonesia dengan Islam yang toleran dan rahmatan lil ‘alamin.

Katib Syuriyah NU Jawa Timur KH Syafrudin Syarif berharap kepemimpinan yang muncul sesuai dengan harapan dari para pendiri NU. Di antaranya, orang yang alim, mempunyai ilmu yang cukup, amil, melaksanakan ilmunya dengan baik, serta organisatoris sehingga mengerti tentang organisasi. 

Kepemimpinan baru hendaknya membawa NU bisa lebih tertata dari anak ranting hingga level pengurus besar. Jika kondisi ini tercipta, dia menjelaskan, kepengurusan ini bisa disebut sangat berhasil. 

Kepemimpinan yang baru juga diharapkan merupakan sosok yang muharrik atau penggerak. Kepengurusan baru diminta mampu menggerakkan warga NU, mengingat  pengurusnya yang begitu banyak. 

"Kita berharap pemimpin NU ke depan tidak menciptakan narasi-narasi, baik di hadapan umum maupun di level khusus, yang bisa menimbulkan fitnah atau keresahan di masyarakat," ujar dia melanjutkan.

Mudir Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng KH Nur Hannan menegaskan, munculnya calon alternatif dalam Muktamar PBNU amat bagus bagi proses demokrasi. Munculnya beragam nama tersebut membuat para Nahdliyin bisa mendapatkan keleluasaan untuk memilih sosok yang paling sesuai untuk PBNU ke depan.  

Dia pun menjelaskan, pihaknya berharap kepengurusan baru adalah sosok yang bisa memberikan kemaslahatan bagi umat. “Jadi, bukan sosok pemimpin yang menjadikan NU itu sebagai kendaraan politik atau untuk mencari keuntungan pribadi atau golongan. Saya dengar seperti itu," ujar dia. 

Menurut Kiai Nur Hannnan, sosok pemimpin baru PBNU juga harus menguatkan Ahlussunnah waljamaah yang digariskan KH Hasyim Asy’ari. Sosok ini pun harus mampu melanjutkan perjuangan para pendiri NU dalam membimbing umat. 

Salah satu nama yang menjadi sorotan publik adalah KH Bahaudin Nursalim. Gus Baha bahkan sempat menjadi trending topic di Twitter pada 8 Oktober 2021 setelah namanya masuk dalam bursa ketua umum PBNU lewat survei Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic) dengan tingkat keterpilihan 12,4 persen.

Selain Gus Baha, KH Marizuki Mustamar menjadi kandidat paling favorit pilihan para Nahdliyin dengan elektabilitas hampir 25 persen. Sosok pejawat KH Said Aqil Siradj memiliki tingkat keterpilihan 14,8 persen, sementara KH Yahya Cholil Staquf 3,7 persen. 

Ketua STAI Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah, KH Abdul Ghofur Maimun, mengatakan, Gus Baha adalah sosok pemimpin yang dirindukan PBNU saat ini. Menurut dia, PBNU butuh figur pemimpin yang memiliki basis spiritual dan pendidikan yang kuat, khususnya intelektual klasik. “Wajahnya merepresentasikan religiositas, bukan politis,” ujarnya kepada Republika, Ahad (10/10). 

Meski demikian, terlepas dari siapa pun yang terpilih, dia berharap ketua umum PBNU selanjutnya benar-benar merupakan pilihan umat, bukan karena dukungan satu-dua pihak.

Menurut dia, sebagai organisasi keagamaan yang besar dan memiliki anggota yang beragam, PBNU perlu dipimpin oleh pemimpin yang dapat menengahi seluruh perbedaan dan mampu berkomunikasi dengan berbagai lapisan masyarakat, di samping pemerintah dan jaringan internasional. PBNU, kata dia, juga memerlukan pemimpin yang memiliki latar belakang dan minat yang tinggi pada pendidikan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat