Ustazah Hani menyaksikan bagaimana dakwah bil hal membawa perubahan di lingkup sosialnya. | Istimewa

Uswah

Bumikan Jilbab dengan Dakwah Bil Hal

Ustazah Hani menyaksikan bagaimana dakwah bil hal membawa perubahan di lingkup sosialnya.

OLEH IMAS DAMAYANTI

Jilbab pada masa sekarang amat mudah dikenakan para Muslimah di Indonesia. Tidak ada larangan berarti dari pemerintah bagi mereka yang hendak mengenakan hijab.

Pakaian penutup aurat bahkan kerap menjadi tren yang dipamerkan di beberapa fashion show bergengsi. Kondisi ini berbeda dengan Muslimah generasi 1980-an.

Ustazah Hani Akbar masih ingat betul bagaimana atmosfer berjilbab pada 1985-an di Indonesia. Ketika itu, Hani muda yang masih menduduki bangku SMA memantapkan diri untuk mengenakan jilbab. “Dulu boleh dibilang, jarang sekali ada perempuan yang berjilbab. Di kelas misalnya, mungkin hanya ada satu atau dua orang saja yang berjilbab,” kata Ustazah Hani saat dihubungi Republika, Rabu (29/9).

Dia menceritakan bagaimana tantangan berjilbab saat awal memantapkan diri untuk mengenakannya. Pada masa itu, tak sedikit masyarakat Indonesia yang curiga dengan ideologi-ideologi tertentu dengan nama agama, termasuk Islam. Kecurigaan ini bertambah dengan legitimasi negara yang masih belum cukup terbuka terhadap simbol-simbol agama.

Ketika pertama kali memutuskan untuk berjilbab, orang pertama yang menentang justru dari keluarga. Mereka bukan menolak keyakinan anaknya terhadap ajaran agama, tapi mempertanyakan keistiqamahannya dalam berjilbab.

”Karena di keluarga saya, ada kakak perempuan saya yang berjilbab. Kemudian di tengah jalan dia lepas jilbabnya karena satu dan dua hal. Inilah yang dipertanyakan ibu kepada saya dulu,” kata dia.

Dengan pilihannya berjilbab, Ustazah Hani tidak lantas kehilangan kepercayaan dirinya. Dia terbukti mampu menunjukkan kualitas diri di bidang akademik, meski tak sedikit dari lingkup lingkungannya yang risih dengan jilbabnya.

Dia masih ingat bagaimana keluarga dari teman-teman sekolahnya menentang kehadirannya. Namun dengan sabar dan dengan menunjukkan akhlak yang baik, lambat laun lingkungan menerimanya.

“Awalnya mereka mungkin takut ya kalau temannya bergaul dengan seorang Muslimah yang berjilbab, takut ideologinya bagaimana seperti itu. Tapi mungkin mereka lihat bagaimana saya bersikap, justru mereka menitipkan anak-anaknya untuk ngaji ke saya,” kata dia.

Dia menjelaskan, jilbab sebagai identitas seorang Muslimah sudah sejatinya harus berjalan beriring dengan akhlak yang baik. Sebab itu, lambat laun Ustazah Hani menyaksikan sendiri bagaimana dakwah bil hal (dakwah dengan pendekatan aksi nyata) yang dia lakukan justru dapat membawa perubahan di lingkup sosialnya.

Tak sedikit kalangan Muslimah di sekeliling dia yang awalnya tidak berjilbab, kini mulai berjilbab. Dia menyebut, suksesnya kalangan Muslimah yang ikut berjilbab ini awalnya hanya segelintir kecil saja dan kini berubah menjadi sebuah kumpulan yang cukup banyak.

Dakwah dan pendidikan

Ustazah Hani merupakan salah satu Muslimah yang aktif di bidang pendidikan dan dakwah. Sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat Hidayatullah (Mushida), dia secara telaten dan tekun melakukan konsolidasi untuk menyebarkan sejumlah daiyah ke daerah-daerah terpencil.

“Para daiyah kami itu biasanya terjun langsung ke wilayah-wilayah terpencil, atau bahasa kami itu yang tidak nampak, kurang nampak,” kata dia.

Bersama Mushida, dia menyebut pergerakan dakwah dan pendidikan yang menyasar wilayah terpencil pun difokuskan  kepada kalangan usia dini. Meski demikian, lingkup dakwah dan pendidikan Mushida pun secara luas terus berkembang ke kalangan remaja dan dewasa. 

Dia menuturkan, Muslimat Hidayatullah terus melakukan pembenahan dan perbaikan. Menurut dia, upaya pembehanan merupakan ikhtiar ke arah lebih baik.  Tak lupa, dia mengingatkan prinsip jamaah sebagai salah satu jati diri Hidayatullah menjadi landasan kepemimpinan.

Dia berharap bahwa pemahaman terhadap jati diri dan manhaj Hidayatullah mampu mengembalikan semangat dan menjadi bekal bagi kader yang akan kembali ke medan juang.

photo
Ustazah Hani menyaksikan bagaimana dakwah bil hal membawa perubahan di lingkup sosialnya. - (Istimewa)

 

PROFIL

Nama : Hani Akbar, S.Sos.I.

Tempat Tanggal Lahir : Makassar, 31 Juli 1969

Pendidikan :

SMAN. 2 Makassar

Santri Takhassus Putri Hidayatullah, Balikpapan

Organisasi

1. Ketua III IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) 1985-1986

2. Kerukunan Remaja Mushola Baitur Rauf 1987-1989

SMAN 2 Makassar (Kabid Keputrian) 

3. Dep Dakwah PP Mushida 2000-2005

4. Departemen Pembinaan PP Mushida 2005-2010

5. Departemen Perkaderan PP Mushida 2010-2015

6. Majelis Murobbiyah Pusat 2015-2020

7. Ketua Umum PP Mushida 2020-2025

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat