Bitcoin (Ilustrasi) | Unsplash/Icon 8 Team

Inovasi

Tren Postif Adopsi Aset Digital

Di Indonesia, pertumbuhan investasi kripto terus mengukir sejarah tertinggi.

Perlahan tapi pasti, minat investor terhadap aset-aset kripto di Indonesia, terus mengalami peningkatan. Platform perdagangan kripto global, Luno pun kian fokus meningkatkan literasi dan edukasi seputar kripto dengan mengadakan riset bekerja sama dengan YouGov.

Riset terkait tren perilaku investor serta persepsi terhadap aset kripto ini mencakup tujuh negara, yakni Indonesia, Malaysia, Inggris, Australia, Afrika Selatan, Kenya, dan Nigeria. Dengan total lebih dari 6.642 responden, dan 1.003 orang di antaranya, berasal dari Indonesia.

Luno berinisiatif mengadakan riset global sebagai upaya untuk memahami perilaku dan persepsi masyarakat sehari-hari terkait pengaturan keuangan. Termasuk mendalami bagaimana pemahaman dan tingkat adopsi mereka terhadap aset kripto.

Di Indonesia sendiri, pertumbuhan investasi kripto terus mengukir sejarah tertinggi. Terlebih sejak pemerintah mengakui kripto sebagai aset digital yang menjadi komoditas perdagangan.

Menurut Kementrian Perdagangan, jumlah nilai transaksi kripto setiap harinya mencapai rata-rata Rp1,5 triliun. Berdasarkan hasil survei Luno dan YouGov pada akhir Agustus 2021, ditemukan bahwa responden dari berbagai belahan dunia paling sering mencari nasihat keuangan untuk mengurus investasi mereka, terutama di negara-negara berkembang seperti Nigeria (66 persen), Indonesia (55 persen), dan Kenya (54 persen).

Sementara, dari segi tabungan, 80 persen responden Nigeria mengaku menabung secara teratur, diikuti oleh Kenya (79 persen), Afrika Selatan (79 persen), Australia (67 persen), Malaysia (64 persen), dan posisi terakhir ditempati oleh Indonesia. Saat ini, di Tanah Air, hanya 50 persen dari responden yang menabung secara teratur.

Dari jumlah tersebut, sekitar satu dari lima responden Indonesia mengaku mengalokasikan tabungannya dalam bentuk aset digital. Selain itu, riset Luno dan YouGov juga mencatat, 65 persen responden yang sudah mengenal kripto sudah pernah membeli aset ini dalam waktu dua tahun terakhir.

photo
Aplikasi kripto exchange, Luno. (Ilustrasi) - (Google Play Store)

Hal ini menjunukkan ketertarikan yang kian meningkat. Jumlah investor kripto tertinggi berada di Nigeria, dimana 57 persen responden mengaku telah membeli aset kripto selama 24 bulan terakhir, diikuti dengan Afrika Selatan (43 persen), Indonesia (29 peesen), dan Kenya (28 peesen).

Di Indonesia, tingkat familiaritas responden terhadap kripto, ternyata telah mrnyentuh angka 30 persen. Tren ini bahkan melebihi aset investasi yang lain, seperti obligasi negara (20 persen) dan pinjaman peer-to-peer (18 persen).

Umumnya, mayoritas investor, hanya menyimpan 10 persen dari tabungan mereka dalam bentuk kripto. Tidak seperti stigma yang beredar di masyarakat, para investor kripto di Indonesia ternyata sangat berhati-hati dalam mengalokasikan aset, sehingga tidak semata-mata mengejar keuntungan.

Sebaliknya, mereka hanya mengalokasikan sedikit proporsi aset dalam bentuk kripto, agar dapat menjaga level diversifikasi investasi. Mayoritas investor kripto atau sekitar 56 persen, juga mengharapkan profit dari investasi kripto dalam jangka waktu lima tahun kedepan.

Selain itu, optimisme investor terhadap potensi pertumbuhan aset kripto juga cukup tinggi. Dimana sekitar 58 persen responden meyakini, nilai kripto akan meningkat dalam kurun waktu satu dekade mendatang.

Ini menunjukkan, masyarakat Indonesia memiliki kepercayaan bahwa aset kripto akan menjadi investasi jangka panjang - alih-alih sebagai alat penghasil keuntungan instan. Karena, hasil studi juga menunjukkan, para investor yang mengalokasikan pendapatannya punya di kripto rencana menabung demi masa pensiun (55 persen) dan sebagai warisan untuk anak-cucu mereka (45 persen).

Luno dan YouGov juga meneliti lebih jauh tentang tantangan yang menghalangi responden untuk berinvestasi dalam bentuk kripto. Hasilnya menunjukkan,  kurangnya edukasi atau pemahaman soal kripto menjadi tantangan terbesar di hampir semua negara.

Antara 55-64 persen masyarakat dari tujuh negara yang disurvei mengaku alasan mereka tidak berinvestasi di aset kripto karena tidak memahami cara kerjanya. Karena itu, para responden Indonesia juga menyebutkan, edukasi yang lebih baik akan menjadi faktor terpenting yang bisa meyakinkan mereka untuk berinvestasi pada aset kripto.

Hal ini sejalan dengan misi Luno untuk memudahkan masyarakat dan bisnis untuk membeli, menggunakan, menyimpan, dan yang paling penting mempelajari aset kripto. Terutama di Indonesia yang baru-baru ini menjadi pasar kedua terbesar Luno semenjak meroketnya jumlah investor aset kripto.

Di awal 2021, Luno Indonesia telah meluncurkan program edukasi bernama Luno Academy agar setiap orang bisa mempelajari tentang aset kripto dengan mudah, melalui laman resmi dan aplikasinya. “Kami hendak menghapuskan stigma di masyarakat yang memandang bahwa investasi kripto rumit dan hanya bisa dilakukan bagi institusi atau yang sudah sangat berpengalaman," kata Jay Jayawijayaningtiyas selaku Country Manager Luno Indonesia, dalam keterangan pers yang diterima Republika pada Rabu (29/9). 

Oleh karena itu, ia melanjutkan, Luno mengusung strategi memperbanyak konten pendidikan yang simpel, mudah dipahami, dan gratis, baik di media sosial, acara virtual dan luring, serta aplikasi dan laman resmi Luno. 

Tujuannya agar bisa membantu investor baru agar bisa memahami fundamental investasi kripto hanya dalam waktu kurang dari satu jam. Luno juga memprioritaskan kemudahan penggunaan bagi siapa saja, terutama bagi para investor pemula. 

Karena itu, platform ini menerapkan sistem jual beli instan yang simpel dan tanpa biaya tersembunyi. Aplikasi Luno juga hanya menerapkan biaya sebesar 0,75 persen untuk transaksi jual/beli instan. Memasuki semester kedua tahun 2021, volume transaksi kripto di Luno Indonesia sudah menunjukkan pertumbuhan sebesar 22 kali sepanjang setahun terakhir. 

Secara global, Luno juga telah memiliki lebih dari delapan juta pelanggan, dan menjadi Top 6 platform perdagangan kripto terbaik di dunia versi CryptoCompare.

Potensi NFT untuk Filantropi

photo
Tangkapan layar dari halaman muka perdana Republika yang ditawarkan dalam bentuk NFT. - (Dok Republika)

Banyak potensi skenario penggunaan untuk non-fungible token (NFT) yang terungkap dalam beberapa tahun terakhir. Termasuk seni, permainan, kepemilikan barang mewah, hingga barang koleksi.

Pengembang aplikasi layanan keuangan terdesentralisasi (DeFi) UniqueOne.Network (UON) telah menjajaki itu sejak peluncuran lokapasar NFT Miliknya, Unique.One. Lokapasar ini, diciptakan untuk memberikan alternatif ekonomi kepada seniman di seluruh dunia yang terkena dampak karantina wilayah Covid-19.

Dilansir dari CoinDesk, Rabu (29/9), laporan dari Harvard Kennedy School menemukan ada lebih dari 260 ribu yayasan amal di seluruh dunia dengan aset gabungan lebih dari 1,5 triliun dolar Amerika Serikat (AS). Tetapi aset-aset itu tersebar luas, dengan lebih dari 50 persen yayasan melaporkan aset kurang dari satu juta dolar AS.

Hal ini kemudian, memunculkan tantangan utama berupa, membuat transmisi aset kepada individu yang membutuhkan semudah mungkin. UniqueOne.Love kemudian hadir sebagai usaha filantropi yang disponsori oleh UON dan memanfaatkan teknologi desentralisasi untuk memfasilitasi pemberian peer-to-peer sharing economy.

Meskipun proyek UniqueOne.Love masih dlam beberapa pekan lagi diluncurkan, tim pendiri memilih untuk memulai proyek uji, UOL Malaysia, untuk memberikan bantuan langsung kepada mereka yang menderita dengan krisis ekonomi dan politik yang dihadapi negara tersebut.

UniqueOne.Love juga berkolaborasi dengan forum penggalangan dana daring AyoBantuin di Indonesia. AyoBantuin membantu para donatur untuk mencapai tujuan sosial mereka di era digital, sembari memberikan sosialisasi di lapangan untuk memberdayakan mereka yang berjuang dengan kebutuhan dasar.

Informasi mengenai perkembangan pasien atau orang yang ditolong, dapat dicek transparansinya dan senantiasa diperbarui secara konsisten laman AyoBantuin.com. Tim UON pun berkomitmen menemukan cara agar blockchain dan NFT dapat memberikan layanan yang lebih baik untuk memberdayakan mereka yang membutuhkan. 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat