Pakar ekonomi syariah Irfan Syauqi Beik (kiri). Potensi wakaf produktif yang cukup besar belum sejalan dengan realisasinya. | Tahta Aidilla/Republika

Hiwar

Menghadapi Tantangan Wakaf Produktif

Potensi wakaf produktif yang cukup besar belum sejalan dengan realisasinya.

Potensi wakaf produktif yang cukup besar belum sejalan dengan realisasinya. Namun hal ini tak semudah membalikkan telapak tangan. Untuk menggerakkan wakaf produktif di Indonesia masih dihadapkan pada tantangan nyata yang membutuhkan peran dari semua stakeholder umat.

Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana menghadapi tantangan wakaf produktif ini, wartawati Republika Imas Damayanti mewawancarai pakar ekonomi syariah Irfan Syauqi Beik melalui sambungan telepon, Rabu (22/9).

Bagaimana cara agar dapat mengoptimalisasi wakaf produktif?

Ada tiga hal yang menyebabkan mengapa antara dinamika dan inovasi produk wakaf kenapa belum berbanding lurus dengan aspek literasi. Artinya penguatan literasi masih perlu dilakukan.

Pertama, kecepatan literasi dengan kecepatan inovasi masih belum berjalan. Kecepatan inovasi berjalan begitu cepat, dan kecepatannya ini tidak seimbang dengan kecepatan literasi.

Kedua, dari sisi konten. Jadi artinya, literasi wakaf itu masih belum menggambarkan dinamika yang terjadi. Sehingga kita perlu memperkuat kontennya, ditingkatkan kualitasnya, dan perlu diselaraskan target segmen yang diliterasi.

Termasuk perbaikan konten ini dalam kaitannya differensiasi ZIS, karena kadang-kadang kalau kita lihat materi-materi kampanyenya itu mirip-mirip sehingga orang-orang sering bingung begitu, padahal antara ZIS dengan wakaf itu berbeda meskipun ada irisannya ya.

Ketiga, saya melihat dari sisi ruang lingkup dan skala wakaf produktif yang perlu ditingkatkan. Skalanya kan masih terbatas, sehingga skala program yang nilainya masih miliaran ini maka daya jangkaunya ke masyarakat ini masih terbatas.

Bagaimana strategi menumbuhkan literasi gerakan wakaf produktif di Indonesia?

Untuk menumbuhkan literasi, pertama adalah desain program. Edukasi dan literasi yang baik. Desain program ini yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan kualitasnya, termasuk dalam memilih media literasi dan edukasi.

Saya berharap bahwa media literasi ini kita salurkan melalui media formal maupun media-media non-formal. Saluran formal itu melalui pendidikan. Saya berharap pendidikan Dikdasmen itu seperti pelajaran agama dan ekonomi harus sudah kita mulai kenalkan wakaf uang ini misalnya. Ini perlu kita perkenalkan sejak dini, sehingga generasi muda itu bisa kenal dengan wakaf secara formal melalui kurikulum.

Secara nonformal, kita bisa manfaatkan institusi yang ada di masyarakat. Pengajian, komunitas-komunitas, dan lainnya. Nah ini kita harus masuk ke arah sana. Kedua, kita perlu mengonsolidasikan para stakeholder yang menyuarakan wakaf produktif ini. Kita juga perlu berkolaborasi dengan asosiasi yang terkait.

Apa saja tantangan wakaf produktif di Indonesia?

Kalau tantangan ini saya lihat pertama dari sisi nadzir ya. Jadi kapasitas dan kompetensi nadzir di dalam memproduktifkan aset wakaf ini harus diproduktifkan.

Bagaimana kita bisa berharap wakaf produktif ini bisa berdampak signifikan kalau nadzirnya belum memenuhi standar? Maka tantangan kita adalah menghadirkan media untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi nadzir.

Inilah yang diurus oleh BWI dan Forum Wakaf Produktif sudah mengurus LSP (lembaga sertifikasi profesi). Sehingga ini bisa menjadi jalan untuk kompetensi dan kualitas nadzir ini bisa ditingkatkan. Di samping tentu saja pemahaman publik yang masih terbatas dengan wakaf produktif.

Sejauh mana peran ulama, lembaga, dan umat dalam menumbuhkan literasi gerakan wakaf?

Para ulama sudah memahami konsep wakaf. Peran mereka besar dan dari tahun ke tahun sudah semakin meningkat. Selain pemahaman dalil-dalil wakaf, kita juga perlu mendorong perlunya pesantren-pesantren dan ormas yang mengelola aset wakaf yang mengelola dengan perspektif ekonomi dan bisnis.

Seperti ormas Muhammadiyah yang sudah sangat luar biasa yang mengoptimalisasi wakaf produktif. Namun tetap, potensi yang masih belum tergarap masih banyak sekali. Inilah yang perlu didorong. Peran umat dan juga lembaga pun sama pentingnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat