Seorang anak menutup jendela rumahnya di Kabul, Afghanistan, Ahad (17/9/2021). | AP/Felipe Dana

Internasional

Musik tak Lagi Mengalun di Afghanistan

Afghanistan memiliki tradisi musik yang kuat, dipengaruhi oleh musik klasik Iran dan India.

OLEH DWINA AGUSTIN

Sebulan setelah Taliban merebut kekuasaan di Afghanistan, musik mulai tidak terdengar lagi. Terakhir kali, kelompok itu memerintah pada akhir era 1990-an, mereka langsung melarang musik.

Ditanya apakah pemerintah Taliban akan melarang musik lagi, juru bicara pemerintahan Taliban, Bilal Karimi, mengatakan, itu sedang dalam pembahasan. "Saat ini, itu sedang ditinjau dan ketika keputusan akhir dibuat, Emirat Islam akan mengumumkannya," ujarnya.

Sejauh ini, pemerintah yang dibentuk oleh Taliban belum mengambil langkah pelarangan musik secara resmi. Namun, musisi takut larangan bermusik akan datang dan beberapa anggota Taliban di lapangan sudah mulai menegakkan aturan sendiri dengan melecehkan musisi dan tempat musik.

Musisi pun takut tampil. Setidaknya satu musisi melaporkan, anggota Taliban di salah satu pos pemeriksaan di sekitar Kabul menghancurkan instrumen musiknya. Pengemudi pun mematikan radio setiap kali melihat pos pemeriksaan Taliban.

photo
Perempuan berunjuk rasa menuntut hak mereka di depan gedung bekas Kementerian Perempuan di Kabul, Afghanistan, Ahad (19/8/2021). - (AP/AP)

Sedangkan di gang-gang Kharabat, sebuah lingkungan di kota tua Kabul, keluarga yang menjadikan musik sebagai profesi yang diturunkan dari generasi ke generasi mencari cara untuk meninggalkan negara itu. Menjadi musisi sudah membuat kondisi sulit dengan ekonomi Afghanistan yang terpuruk.

Apalagi diiringi dengan pandemi virus korona dan beberapa keluarga yang sekarang terlalu takut untuk bermusik, memilih bekerja menjual furnitur untuk bertahan hidup. "Situasi saat ini seperti tertindas," kata Muzafar Bakhsh berusia 21 tahun, yang bermain di sebuah band untuk acara pernikahan.

Keluarga Bakhsh baru saja menjual sebagian barangnya di pasar loak Kabul, Chaman-e-Hozari. "Kami terus menjualnya agar kami tidak mati kelaparan," kata cucu dari Ustad Rahim Bakhsh yang merupakan maestro musik klasik Afghanistan yang terkenal.

Afghanistan memiliki tradisi musik yang kuat, dipengaruhi oleh musik klasik Iran dan India. Negara ini pun memiliki musik pop yang berkembang, memperkaya instrumen elektronik dan ketukan tari diwarnai ritme yang lebih tradisional. Keduanya telah berkembang dalam 20 tahun terakhir.

Tempat-tempat yang menyediakan hiburan musik sudah merasakan tekanan sejak Taliban menguasai Kabul pada 15 Agustus. Aula pernikahan biasanya menjadi tempat pertemuan besar dengan musik dan tarian, paling sering dipisahkan antara bagian pria dan perempuan.

Beberapa tempat karaoke telah tutup. Pekan lalu, milisi Taliban muncul, memecahkan akordeon dan menutup papan tanda serta stiker yang berbau acara musik atau karaoke. Beberapa hari kemudian, mereka kembali dan menyuruh pelanggan segera pergi.

Banyak musisi mengajukan visa ke luar negeri. Salah satu yang sudah berhasil pergi adalah Aryana Sayeed, bintang pop perempuan papan atas yang juga menjadi juri di acara pencarian bakat TV, "The Voice of Afghanistan". "Saya harus bertahan hidup dan menjadi suara bagi perempuan lain di Afghanistan," kata Sayeed yang berada di Istanbul, Turki.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat