Seorang ulama di Batam diserang orang tak dikenal. Pengelola masjid diminta lebih waspada ketika sedang mengadakan kegiatan. | Youtube

Khazanah

MUI: Penyerangan Ulama Jangan Terulang

Pengelola masjid diminta lebih waspada ketika sedang mengadakan kegiatan.

JAKARTA — Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Komisi Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) meminta aparat memastikan penyerangan terhadap tokoh agama, ulama, maupun dai jangan terulang. Aparat juga diminta mengusut secara tuntas penyerangan terhadap dai baru-baru ini untuk menjawab kecurigaan publik.

Wakil Ketua Komisi Hukum dan HAM MUI Manager Nasution mengatakan, MUI mengaku prihatin atas terulangnya penyerangan oleh orang atau sekelompok orang terhadap warga negara, khususnya para tokoh agama yang sedang menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada publik. Komisi Hukum dan HAM MUI meminta pemerintah untuk mengusut kasus itu secara tuntas sesuai hukum yang berlaku, siapa pun pelakunya dan apa pun motivasinya.

"Kita berharap kepada pemerintah untuk memastikan agar peristiwa yang sama tidak lagi terulang. Ini penting agar para tokoh agama, ulama, dai, termasuk tokoh agama lain, ketika menyampaikan pesan-pesan keagamaan mendapat kepastian keamanan," kata Manager kepada Republika, Rabu (22/9).

Pemerintah khususnya aparat keamanan diminta secara terbuka menyampaikan kepada publik kalau ada kasus penyerangan terhadap tokoh-tokoh agama. Aparat diminta betul-betul memastikan pelakunya harus bertanggung jawab.

Setelah terjadi penyerangan terhadap tokoh agama, dia menegaskan, jangan kemudian ada dugaan publik yang menyerang ulama biasanya dianggap orang gila. Karena dalam hukum di Indonesia, orang dengan gangguan kejiwaan tidak bisa dituntut secara hukum. Sehingga kasusnya menguap dan terjadi pengulangan lagi.

Manager juga berharap kepada tokoh agama, para ulama, termasuk tokoh agama lain, untuk menyampaikan pesan keagamaan dengan damai. Kalau dalam konteks Islam, umat Islam di Indonesia sudah memilih mainstream keagamaannya Islam wasathiyah. Yakni Islam yang ramah dengan kemajemukan, kemanusiaan, kemajuan, dan keindonesiaan.

"Saya meyakini umat Islam di Indonesia mayoritas ideologi keagamaannya Islam wasathiyah," katanya menjelaskan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (republikaonline)

 

Sebelumnya, terjadi penembakan terhadap Ustaz Arman di depan rumahnya di Tangerang selepas melaksanakan shalat Maghrib berjamaah pada Ahad (19/9). Sehari kemudian, Senin (20/9), Ustaz Abu Syahid Chanigo juga mengalami penyerangan saat menyampaikan ceramah di sebuah masjid di Batam.

Ketua Bidang Penempatan dan Pembinaan Dai Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) Ustaz Misbahul Anam menyampaikan, kekerasan dan pembunuhan kepada para dai tampaknya makin sering terjadi. Ia pun mendesak pihak berwajib tidak main-main dengan peristiwa semacam ini.

"Kekerasan yang terjadi ini membuat kami mengirim sinyal siaga satu kepada ribuan dai untuk bersiap siaga terhadap segala kemungkinan. Kami tidak mau kecolongan," ujarnya.

Seperti diketahui, DDII semenjak berdiri pada 1967 telah menempatkan ribuan dai di seluruh pelosok Indonesia untuk membina iman dan akhlak kaum Muslimin.

Ustaz Misbahul juga telah meminta secara khusus kepada bidang yang mengurus dai di DDII untuk melakukan langkah-langkah antisipatif, dengan menghubungi aparat setempat jika dirasa ada hal-hal yang mencurigakan saat melaksanakan tugas-tugas mereka membina masyarakat di lapangan.

Sementara, Pimpinan Pondok Pesantren Kreatif IHAQi Ustaz Erick Yusuf meminta setiap pihak menyikapi masalah ini dengan kepala dingin, sembari tetap berhati-hati. "Ini juga menjadi perhatian, utamanya kepada aparat," ujarnya.

Ia menyebut, kejadian seperti ini memiliki pola yang sama. Dengan fakta tersebut, aparat seharusnya bisa mencium tanda atau gelagat yang akan mengarah pada kejadian serupa.

Kepada pengurus atau pengelola masjid, ia berharap kejadian tersebut tidak membuat mereka menjadi takut atau fobia. Justru kewaspadaan harus ditingkatkan, utamanya saat sedang mengadakan acara di masjid.

"Kita berjaga-jaga, tapi jangan juga semua dicurigai. Panitia ketika membuat acara yang mengundang ustaz, bisa mulai memperhatikan siapa yang masuk dan melihat gelagatnya agar lebih tertib," kata dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat