Mullah Abdul Ghani Baradar saat berkunjung ke Moskow pada Maret 2021 lalu. | AP/Alexander Zemlianichenko/Pool AP

Internasional

Wakil PM Taliban Diisukan Tewas

Pesan suara Baradar muncul dalam berita yang beredar.  

KABUL – Taliban membantah kabar yang menyebut Wakil Perdana Menteri Afghanistan Abdul Ghani Baradar tewas dalam baku tembak. Juru bicara Taliban, Suhail Shaheen, mengatakan, telah mendengar pesan suara dari Baradar yang membantah kabar bahwa ia terluka atau tewas dalam baku tembak.

“Beliau (Baradar) mengatakan itu bohong dan sama sekali tidak berdasar,” cicit Shaheen lewat Twitter pribadinya, Selasa (14/9).

Taliban pun merilis rekaman video yang tampaknya menunjukkan Baradar menghadiri pertemuan di kota selatan Kandahar. Kabar mengenai kematian Baradar muncul seiring dengan berembusnya isu perpecahan di internal Taliban.

Baradar, yang pernah dianggap sebagai kepala pemerintahan Taliban, tidak terlihat di depan umum selama beberapa waktu. Dia pun absen dalam pertemuan para petinggi Taliban dengan Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani di Kabul pada Ahad (12/9).

Beredar kabar bahwa pendukung Baradar bentrok dengan simpatisan Sirajuddin Haqqani, yakni pemimpin jaringan Haqqani yang berbasis di perbatasan Afghanistan-Pakistan. Dalam pemerintahan baru, Haqqani ditunjuk sebagai menteri dalam negeri.

Ada spekulasi bahwa Haqqani berselisih dengan para pemimpin politik Taliban yang memimpin upaya diplomatik, termasuk proses negosiasi dengan Amerika Serikat (AS). Taliban berulang kali membantah kabar tentang adanya friksi internal.

Pemimpin tertinggi Taliban, Mullah Haibatullah Akhundzada, juga tidak terlihat di depan umum sejak Taliban merebut Kabul pada 15 Agustus lalu. Kendati demikian, ia sempat mengeluarkan pernyataan publik ketika pemerintahan baru Taliban diumumkan pekan lalu.

Sementara itu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin (13/9) mengirimkan sekitar 23 metrik ton obat-obatan ke Afghanistan. Pengiriman tersebut merupakan salah satu bantuan kemanusiaan pertama yang tiba di bandara Kabul, Afghanistan.

photo
Warga Afghanistan mengorganisasi donasi makanan di kamp pengungsian di Kabul, Senin (13/9/2021). - (AP/Bernat Armangue)

Pengiriman pasokan obat-obatan tersebut menggunakan maskapai penerbangan Qatar Airways yang disumbangkan Qatar. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, bantuan Qatar dapat memungkinkan WHO untuk mengisi kembali pasokan medis dan memenuhi kebutuhan warga Afghanistan yang paling rentan.

"Ketika kebutuhan kesehatan meningkat di Afghanistan, kita harus bergerak cepat untuk mengatasi kekurangan pasokan medis untuk menjaga pelayanan kesehatan tetap berjalan,” kata pernyataan WHO, dilansir Anadolu Agency, Selasa (14/9).

Pasokan medis ini berisi obat-obatan esensial seperti insulin, bahan medis habis pakai, peralatan trauma dan operasi, serta alat tes Covid-19. Pasokan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kesehatan terhadap 1,45 juta orang, termasuk kebutuhan untuk 5.400 operasi besar dan kecil. Pasokan akan didistribusikan ke 280 fasilitas kesehatan dan 31 laboratorium Covid-19 publik di seluruh Afghanistan.

Bantuan Indonesia

Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengatakan, Indonesia memberikan bantuan kepada rakyat Afghanistan sebesar tiga juta dolar AS. Ini disampaikan di acara virtual Pertemuan Tingkat Tinggi PBB untuk Situasi Kemanusiaan di Afghanistan, Senin (13/9). 

"Keselamatan dan kehidupan masyarakat Afghanistan merupakan prioritas utama," ujar Retno yang dimuat laman Kementerian Luar Negeri RI, Selasa (14/9). Bantuan akan disalurkan melalui mitra lokal yang terpercaya.

Dari total bantuan itu, 150 ribu dolar AS untuk bantuan kemanusiaan dalam situasi darurat. Sementara 2,85 juta dolar AS untuk mendukung pembangunan di Afghanistan selama tiga tahun ke depan, khususnya kesehatan, pendidikan, pemberdayaan perempuan, dan pertambangan.

Dalam pertemuan daring yang sama,  Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan bahwa PBB akan mengalokasikan dana untuk Afghanistan. "Hari ini, kami mengumumkan alokasi 20 juta dolar AS dari Dana Tanggap Darurat Pusat PBB untuk mendukung operasi kemanusiaan di Afghanistan," kata Guterres. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat