Mama Naja memutuskan untuk mengalihkan musik klasik dengan suara murattal Alquran. | Istimewa

Uswah

Anugerah Terbesar Bernama Naja

Mama Naja memutuskan untuk mengalihkan musik klasik dengan suara murattal Alquran.

 

 

OLEH A SYALABY ICHSAN

 

 

Seorang anak kurus tampak duduk di kursi roda. Bersama dua rekan sebayanya, Naja Hudia Afifurrahman tampak khusyuk mendengarkan Ustaz Amir Faishol Fath membacakan salah satu terjemahan dari ayat Alquran. Sang juri Hafiz Indonesia berupaya menguji hafiz cilik itu tanpa menunjukkan surah dan ayat berapa dari arti yang dibaca.

“Dan mereka berkata kepada kulit mereka: "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" Kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan.” 

Diminta membacakannya dalam bahasa Qur’an, Naja tanpa ragu melafalkan ayat suci itu. ”Wa qaalụ lijulụdihim lima syahittum 'alainaa, qaaluu anṭaqanallaahulladzii anṭaqa kulla syaii iwwa huwa khalaqakum awwala marratiw wa ilaihi turja'ụn.” “Surat Fushilat ayat ke-21 surat ke-41 halaman ke 479,” ujar Naja saat diminta presenter Irfan Hakim menjelaskan urutan suratnya. 

Naja merupakan hafiz 30 juz yang populer setelah tampil di ajang pencarian bakat Hafiz Indonesia. Tidak seperti peserta lainnya, Naja tampak mencolok karena tergolong anak berkebutuhan khusus (ABK). Sejak lahir, dia sudah menderita Cerebral Palsy alias kelumpuhan pada otak. Adanya kekurangan pada diri Naja tak membuat Dahlia Andayani, ibu kandungnya, merasa kecil hati.

Sejak pada masa kandungan, Naja yang masih berbentuk janin memang tergolong lemah. Dahlia pun kerap mengeluarkan flek dan harus sering beristirahat. Pada satu waktu, dokter kandungan yang menanganinya meminta Dahlia untuk memperdengarkan musik klasik. “Ibu harus bantu perdengarkan musik-musik klasik supaya anaknya kuat dan pinter,” ujar Dahlia mengutip keterangan dokter tersebut.

 
Itu membuat tenang. Padahal kebiasaan itu saya tidak pernah dengar-dengar murattal.
 
 

Dahlia kurang yakin dengan saran dari dokter. Dia pun memutuskan untuk mengalihkan musik klasik dengan suara murottal Alquran. Bagi Dahlia, suara Alquran lebih indah dan nyaman didengar ketimbang musik. “Itu membuat tenang. Padahal kebiasaan itu saya tidak pernah dengar-dengar murattal,” tambah dia saat berbincang dengan Republika, Senin (6/9). 

Saat usia kandungan tujuh bulan, Naja  lahir dalam kondisi prematur pada 17 November 2009. Agus Sufyan Hidayatullah, suami Dahlia, lantas dipanggil menghadap tim dokter. Mereka meminta Agus meneken semua lembar persetujuan untuk penanganan Naja yang sedang kritis.

Saat itu, dokter menjelaskan, dari sepuluh kasus seperti Naja, hanya dua yang selamat. Keterangan dari dokter tersebut tak membuat Agus dan Dahlia patah arang. Mereka merapal doa agar Allah Ta’ala memberi yang terbaik. Mereka memohon bisa diberi kesempatan untuk mengasuh Naja apapun kondisinya. 

Naja akhirnya bisa bertahan dari masa kritis di RSUD Mataram dengan berat badan hanya 1,8 kilogram. Itulah mengapa pasangan Agus dan Dahlia memilih kata Naja sebagai nama anaknya. “Naja itu artinya selamat. Kita bahagia karena Naja bisa selamat karena dari sejak hamil hingga lahir dia kritis terus,”jelas Dahlia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Dahlia Andayani (dahlia_mama_naja)

Berkenalan dengan Alquran

Kesabaran Dahlia harus berlipat saat membesarkan Naja. Setiap malam, buah hatinya itu tak lepas dari tangisan. Dahlia mencoba menenangkannya dengan kalimat zikir sebisanya.

Zikir yang sederhana ternyata menenangkan hati anaknya yang berusia satu bulan. Lambat laun, Dahlia memperkenalkan suara murottal kepada Naja. “Tujuan awalnya supaya membuat dia diam enggak nangis kalau disetelin suara orang ngaji,”tutur ibu yang juga berprofesi sebagai dosen itu. 

Seiring waktu berjalan, kemampuan Naja berkembang semakin pesat. Ayat-ayat Alquran yang diperdengarkan secara random mampu dihafal dan diulangnya dengan tepat. Sampai pada waktu Naja berusia delapan tahun, dia berikrar ke ibunya ingin menjadi hafiz Alquran. “Ustaznya di sekolah juga mengatakan kalau Naja itu hafalannya mutqin (baik). Beliau meminta coba ditelatenin,” ujar dia. 

Dahlia pun mencoba lebih fokus untuk melatih hafalan Naja. Jika sebelumnya Naja hanya diperdengarkan 30 juz dari pagi hingga malam, maka Naja mulai diperdengarkan ayat yang diulang-ulang.

Dengan metode tersebut, ujar Dahlia, Naja bisa menghafal tujuh halaman Alquran setiap hari. Hingga kini, Naja pun menjadi seorang hafiz yang mampu menghafal 30 juz bersama arti, ayat dan halamannya. 

photo
Mama Naja memutuskan untuk mengalihkan musik klasik dengan suara murattal Alquran. - (Istimewa)

Mengenai kemampuan Naja tersebut, Dahlia mengaku tidak secara khusus melatihnya. Naja yang tidak bisa membaca tetapi diberkahi kemampuan pendengaran yang sempurna bisa merekam petunjuk Dahlia dengan akurat.

Sebelum menyetor hafalan, Dahlia kerap menyesuaikan apa yang akan disetor dengan mushaf Alquran. Dia memberi tahu kepada Naja surah apa, ayat dan halaman berapa kemudian Naja melafazkannya. “Saya enggak tahu kalau dari situ dia bisa langsung hafal,” ujar Dahlia.

Kehadiran Naja pun menjadi anugerah bagi Dahlia dan keluarganya. Berkat Naja, Dahlia mengaku mendapat hidayah untuk lebih mengenal Alquran. Belum lagi keberadaan Naja mengantarkan mereka bertemu dengan presiden dan para ulama.

Dahlia pun berpesan kepada segenap orang tua yang dianugerahi anak berkebutuhan khusus untuk selalu bersyukur. “Kita nikmati kita jaga amanah ini,” jelas Dahlia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Dahlia Andayani (@dahlia_mama_naja)

PROFIL

Nama : Dahlia Andayani

Tempat Tanggal Lahir: Mataram, 19 Juni 1981

Pendidikan Terakhir: S2 Ilmu Farmasi

Pekerjaan : Apoteker dan Dosen di Universitas Nahdlatul Wathan

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat