Prajurit Taliban menjaga gerbang Panjshir di Afghanistan pada Rabu 8 September 2021. Masyarakat tidak perlu euforia atas kemenangan Taliban. | AP/Mohammad Asif Khan

Khazanah

MUI Apresiasi Pemerintah RI Soal Afghanistan

Masyarakat tidak perlu euforia atas kemenangan Taliban.

JAKARTA -- Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerbitkan Tausiyah untuk menanggapi situasi gejolak geopolitik di Afghanistan. Tausiyah yang ditandatangani Ketua Umum MUI KH Miftachul Akhyar dan Sekjen MUI Buya Amirsyah Tambunan itu memuat sejumlah anjuran, ajakan damai, dan resolusi terkait penyelesaian konflik di Afghanistan.

Dalam Tausiyah itu, MUI di antaranya mengimbau para pemimpin politik, suku serta semua pihak di Afghanistan untuk mengedepankan musyawarah, perdamaian, persatuan, persaudaraan, dan tolong-menolong. ‘’Dengan demikian, diharapkan tercipta tatanan kehidupan kemasyarakatan dan kebangsaan yang lebih kuat, berdaulat, dan bermartabat di tanah Afghanistan,’’ kata Buya Amirsyah dalam Tausiyah MUI yang diterima Republika, Rabu (8/9).

MUI juga mengapresiasi kebijakan dan langkah yang telah, sedang, dan akan diambil oleh pemerintah dan semua elemen masyarakat Indonesia. Hal itu sebagai wujud pelaksanaan amanat konstitusi, khususnya Pembukaan UUD 1945, yaitu dengan ikut serta mendorong terciptanya penyelesaian masalah dan perdamaian abadi di Afghanistan, dan mendorong pemenuhan hak-hak warga negara termasuk hak-hak perempuan dan anak.

MUI, lanjut Buya Amirsyah, juga mendorong pemerintah untuk terus menjalin kerja sama dengan negara-negara Muslim yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan badan internasional lainnya. Hal itu dilakukan dalam rangka memberikan bantuan kemanusiaan dan solusi perdamaian abadi di Afghanistan.

Selain itu, MUI juga mengimbau para pemimpin negara-negara di dunia dan masyarakat internasional untuk tidak mengintervensi proses politik internal di Afghanistan.

Kemudian, kepada masyarakat, terutama umat Islam Indonesia, MUI mengimbau agar dalam menyikapi masalah Afghanistan lebih mengedepankan sikap wasathiyah, konstruktif, dan menghindari sikap-sikap yang dapat menimbulkan pertentangan dan polarisasi di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam.

Sementara itu, dalam pandangan Sekretaris Lembaga Hubungan dan Kerja Sama Internasional (LHKI) Pengurus Pusat Muhammadiyah, Wachid Ridwan, masyarakat tidak perlu euforia dengan kemenangan Taliban. Ia menegaskan, semua itu urusan domestik Afghanistan.

"Kita melihat orang yang ikut senang (berlebihan), seolah-olah itu kemenangan Islam atas Amerika, itu sama sekali tidak ada hubungannya," ujarnya kepada Republika, Kamis (9/9).

Ridwan juga menyarankan, hubungan Indonesia dan Afghanistan sebaiknya normal saja, melalui sistem tata negara. Hubungan normal sebagai sama-sama sebuah negara yang merdeka dan anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Menurutnya, misalkan, Afghanistan kagum dengan keanekaragaman di Indonesia, bisa juga Indonesia usul menjadikan Afghanistan sebagai peninjau di ASEAN. "Sehingga, mereka (Afghanistan) bisa belajar bagaimana ASEAN menyelesaikan masalah antarnegara ASEAN, atau warga negara di masing-masing negara ASEAN bisa menghormati negara mereka dan bekerja sama," jelasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum PP Persatuan Islam (Persis), Ustaz Jeje Zaenudin, menyatakan setuju terhadap apa yang disampaikan Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, kepada Taliban, belum lama ini.

Kala itu, Retno menyampaikan pesan kepada Taliban untuk membentuk pemerintahan yang inklusif, menjamin bahwa Afghanistan tidak akan digunakan sebagai tempat aktivitas kelompok teroris, dan menghormati hak-hak perempuan. Ia juga menegaskan, Indonesia ingin melihat Afghanistan yang damai, stabil, dan makmur.

"Apa yang disampaikan Menlu RI terkait Taliban tidak jauh berbeda dengan pandangan ormas-ormas Islam termasuk MUI,’’ kata Ustaz Jeje.

Ia mengingatkan, politik luar negeri Indonesia berbasis pada mukadimah UUD 1945, yaitu harus bebas aktif. Hal ini menandakan, Indonesia perlu menunjukkan sikap solidaritas kepada Taliban sebagai gerakan Islam yang memperjuangkan nilai-nilai Islam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat