Massa dari Persaudaraan Alumni 212 melakukan aksi damai di Depan Gedung Bareskrim Mabes Polri, Gambir, Jakarta, tahun lalu. Mereka menuntut pemerintah mengusut kasus penistaan agama. | ANTARA FOTO

Khazanah

Jauhi Perbuatan Menista Agama

Masyarakat diimbau menghindari saling kritik dan fokus mendalami agama masing-masing.

JAKARTA -- Belum lama ini kasus penistaan agama membuat gaduh masyarakat Indonesia. Dalam pandangan agama Islam, penistaan agama adalah suatu perbuatan yang tidak ada manfaatnya, malah bisa menimbulkan kemudharatan.

"Sebenarnya itu (penistaan agama) tidak perlu terjadi, apalagi kita dalam suasana yang sangat prihatin akibat pandemi Covid-19 yang dialami oleh seluruh umat manusia di dunia," kata Ketua Yayasan Indonesia Damai Mengaji, Syafruddin, saat webinar bertema “Penistaan Agama dalam Pandangan Islam’’ yang digelar Yayasan Indonesia Damai Mengaji, Kamis (2/9).

Ia mengatakan, di tengah pandemi Covid-19 saat ini, ada saja orang yang menggunakan teknologi untuk membuat hal yang tidak bermanfaat, seperti penistaan agama. Padahal, teknologi bisa digunakan untuk hal-hal yang positif dan bermanfaat.

Ia menerangkan, dalam konteks sejarah, Islam sebagai agama baru yang dibawa Nabi Muhammad SAW membuat dunia kaget. Sebab, Islam yang begitu pesat perkembangannya hadir di tengah-tengah dua imperium besar yang menguasai dunia dan telah berkuasa seribu tahun lebih, yakni imperium Persia dan Romawi.

"Sejak itulah dunia terperangah, dua imperium besar terperangah bahkan jatuh, ini dari aspek sejarah," ujarnya.

Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) ini mengatakan, ketika ajaran Islam merambah ke berbagai belahan dunia, terjadi banyak hal terhadap ajaran Islam. Sehingga, di abad pertengahan dan di abad kontemporer saat ini, penistaan agama Islam tidak berhenti.

Syafruddin berpesan kepada generasi muda Muslim dan bangsa Indonesia, daripada bertengkar serta saling kritik yang berujung kepada penistaan agama, lebih baik mendalami agama masing-masing. Untuk generasi muda Islam tentu baca, kaji, dan pahami Alquran.

"Supaya keislaman kita bisa sempurna dan tentu ilmu pengetahuan fiqih dan tafsir itu bisa dikembangkan, tapi yang utama adalah Alquran dan sunah," ujarnya.

 

Di forum yang sama, Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umar, mengatakan, penistaan agama sebenarnya banyak terjadi di dunia maya kalau ditelusuri. Kadang-kadang di dunia maya itu umat Islam terpojok karena banyaknya suara yang menghujat Islam di dunia maya.

"Saya sering mengatakan jika ingin melihat Indonesia bertahan lama, solid, dan kuat, mari kita merawat umat Islam, mari kita merawat moderasi Islam, tidak ada cara lain untuk mempertahankan Indonesia di masa depan tanpa mengurangi agama-agama yang lain, kecuali memperkuat umat Islam," ujarnya.

 Ia menegaskan, memperkuat umat Islam sama dengan memperkuat Indonesia. Sebaliknya, lemahnya umat Islam sama dengan lemahnya Indonesia. Tanpa mengurangi peran agama lain, kalau umat Islam itu kuat maka dengan sendirinya akan mengayomi agama lain yang minoritas.

"Tapi, kalau umat Islam diadu domba, di situ muncul penistaan agama berdasarkan agama aliran dan seterusnya, jadi kita harus waspada,’’ kata Kiai Nasaruddin.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by H. Syafruddin (haji_syafruddin)

Ia pun mengingatkan agar umat Islam jangan terpancing dengan adanya pernyataan-pernyataan yang ada. Adapun cara yang paling baik untuk menyelesaikan penistaan agama ini adalah menyerahkannya ke aparat yang berwajib. “Jangan kita main hakim sendiri itu, tambah memperkeruh situasi," ucap dia.

Namun, Kiai Nasaruddin tidak sependapat kalau umat Islam diam dan tidak ada reaksi apa pun saat dimaki-maki. Seolah-olah umat Islam kehilangan percaya diri.

"Kita tidak ingin menjadi umat yang gampangan, gampang dibayar, gampang diancam, dan segala macam, umat yang gampangan itu tidak sesuai dengan ajaran Islam,’’ ujar dia.

Menurut dia, umat Islam harus tegas pada hal-hal tertentu yang memang diperlukan ketegasan. Namun, pada saat yang sama, umat Islam juga perlu kasih sayang.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat