Aktivitas jual beli di Pasar Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/9/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan laju inflasi selama bulan Agustus 2021 mencapai 0,03 persen, angka tersebut turun dari laju inflasi sepanjang Juli 2021 yang sebe | ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

Tajuk

Jaga Momentum Ekonomi

Upaya mendorong perekonomian tak membuahkan hasil maksimal jika angka penularan Covid-19 masih tinggi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, laju inflasi selama Agustus 2021 mencapai 0,03 persen. Angka ini lebih rendah daripada Juli 2021 yang 0,08 persen. Data BPS juga menyebutkan, inflasi tahun kalender (ytd) 0,84 persen. Inflasi tahunan (yoy) 1,59 persen.

Dari 90 kota indeks harga konsumen yang disurvei BPS, 34 kota mengalami inflasi. Sebanyak 56 kota deflasi. Sumbangan terbesar pada inflasi Agustus adalah sektor pendidikan.

Dari 11 kelompok pengeluaran, kelompok pendidikan mengalami inflasi tertinggi, yakni 1,2 persen. Kontribusi pada inflasi 0,07 persen. Sumbangan dari sektor pendidikan ini wajar. Mengingat Juli-Agustus merupakan masa persiapan pergantian ajaran tahun baru sekolah.

Bagi siswa sekolah dasar hingga sekolah atas, pada periode ini awal pembukaan masa sekolah. Orang tua siswa mempersiapkan perlengkapan sekolah sejak Juli dan Agustus.

Pandemi Covid-19 tak menghentikan kebutuhan perlengkapan sekolah, seperti buku pelajaran hingga seragam. Pandemi juga tak menghalangi orang tua siswa memasukkan anaknya ke jenjang lebih tinggi di tingkat sekolah dasar hingga perkuliahan.

 
Tentu kita berharap, sumbangan deflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau ini tak bermakna turunnya daya beli masyarakat.
 
 

Penerimaan siswa dan mahasiswa baru juga tetap dilakukan oleh sekolah ataupun kampus. Kegiatan belajar mengajar di sejumlah sekolah dan kampus memang dilakukan secara daring. Namun, iuran sekolah tetap dibayarkan orang tua siswa.

Sebaliknya, kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberi andil terbesar terhadap deflasi, yakni 0,08 persen. Komoditas paling dominan, seperti cabai rawit, daging ayam ras, dan cabai merah.

Tentu kita berharap, sumbangan deflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau ini tak bermakna turunnya daya beli masyarakat.

Mobilitas warga mulai bergerak ramai sepanjang Agustus 2021 setelah puncak gelombang kedua kasus Covid-19 terlewati. Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat diikuti PPKM berlevel membuat mobilitas warga terbatasi.

Dampaknya pada roda perekonomian yang bergerak melamban. Namun, pada Agustus itu pula, level PPKM di sebagian daerah mulai turun. Penurunan level PPKM itu seiring membaiknya penanganan kasus Covid-19.

Jumlah kasus harian turun drastis, tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit berkurang, tingkat positif kasus Covid-19 dibandingkan yang dites trennya turun. Kesadaran masyarakat menerapkan protokol kesehatan juga makin baik.

 
Bila kondisi ini terus dijaga: terkendalinya penularan Covid-19, momentum membaiknya kesehatan masyarakat, tren naiknya permintaan dan penawaran, akan menjadi kunci bagi pemulihan perekonomian nasional.
 
 

Sementara itu, program vaksinasi tak mengendur. Jumlah warga yang divaksin mencapai 100 juta orang menuju 70 persen populasi rakyat Indonesia guna terbentuknya kekebalan komunal. Tak heran bila peningkatan mobilitas ini berdampak pada inflasi Agustus 2021.

Inflasi inti yang naik signifikan --yakni 0,21 persen dibanding pada Juli 0,07 persen, setidaknya menggambarkan tren perbaikan ekonomi berbasiskan aktivitas masyarakat, baik dari sisi produsen maupun konsumen.

Inflasi inti yang menunjukkan aktivitas permintaan dan penawaran, nilai tukar rupiah, dan ekspektasi konsumen terhadap laju inflasi -- merupakan aktivitas ekonomi paling mendasar. Inflasi inti yang meningkat memperlihatkan tren permintaan yang naik.

Artinya, masyarakat sudah mulai membelanjakan uangnya. Hal ini seiring pelonggaran PPKM di sejumlah daerah yang sejalan turunnya kasus Covid-19. Geliat sektor riil jelas tergambar dari peningkatan inflasi inti ini.

Penurunan kasus harian Covid-19, jangan membuat kita lengah. Euforia atas turunnya kasus Covid-19 jangan menjadikan kita abai terhadap protokol kesehatan. Tidak ada toleransi bagi pelanggar protokol kesehatan jika ingin kasus Covid-19 tak melonjak lagi.

Bila kondisi ini terus dijaga: terkendalinya penularan Covid-19, momentum membaiknya kesehatan masyarakat, tren naiknya permintaan dan penawaran, akan menjadi kunci bagi pemulihan perekonomian nasional.

Upaya mendorong perekonomian tak membuahkan hasil maksimal jika angka penularan Covid-19 masih tinggi. Terus jaga momentum ini. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat