Salgy Baran (18 tahun) peraih nilai tertinggi dalam ujian masuk universitas di Afghanistan tahun ini berfoto di depan rumahnya di Kabul, Kamis (26/8/2021). Ia ingin menjadi dokter namun khawatir cita-citanya tak tercapai menyusul perkembangan belakangan. | AP/Nillab Burhan

Internasional

Gen Z Afghanistan Merasa tak Pasti

Orang-orang muda mengaku khawatir kebebasan mereka akan direnggut.

KABUL -- Kecemasan mencuat di kalangan generasi muda Afghanistan. Mereka merasa tak pasti akan masa depan di negeri mereka setelah Taliban meminta evakuasi warga asing selesai Selasa (31/8).

Anak muda Afghanistan, khususnya generasi Z, lahir pada dekade sekitar pergantian milenium. Mereka terbiasa tumbuh dengan budaya modern.

Mereka memiliki ponsel, mendengarkan musik pop, dan dapat dengan bebas pergi ke sekolah serta bekerja. Namun, sekarang generasi Z khawatir kehidupan mereka akan terenggut di bawah pemerintahan Taliban.

Generasi Z tumbuh dalam situasi Afghanistan yang cenderung aman, karena pasukan AS dan NATO telah menggulingkan pemerintahan Taliban. Setelah pemerintahan Taliban jatuh, warga Afghanistan memiliki kehidupan yang modern seperti negara lain pada umumnya.

Hampir dua pertiga warga Afghanistan berusia di bawah 25 tahun, dan mereka tidak dapat mengingat Taliban yang memerintah Afghanistan pada 1996 hingga digulingkan oleh milisi yang didukung Barat pada 2001. Ketika itu, Taliban memberlakukan interpretasi yang ketat, termasuk membatasi aktivitas perempuan.

photo
Sepasang pemuda Afghanistan melintasi terminal kedatangan di Washington Dulles International Airport di Vancouver, AS, setelah dievakuasi dari Afghanistan, Ahad (29/8/2021). - (AP/Jose Luis Magana/FR159526 AP)

Dengan sedikit cerita dari para orang tua tentang Taliban, beberapa anak muda mengalami ketakutan dan kekhawatiran. Untuk pertama kalinya mereka melihat anggota Taliban yang dilengkapi dengan senjata, berpatroli di jalan-jalan setelah mengambil alih Kabul. Kepada Reuters orang-orang muda mengaku khawatir kebebasan lain yang diperoleh dengan susah payah akan direnggut.

Koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) melakukan invasi di Afghanistan melalui operasi dengan nama sandi Enduring Freedom pada 2001. Saat itu AS memburu dalang di balik serangan 11 September 2001 di AS, yaitu Alqaidah. Alqaidah diyakini menjadi tamu yang berlindung di Afghanistan.

Kini, 20 tahun kemudian, evakuasi negara-negara Barat tak hanya membawa warga mereka keluar dari Afghanistan. Namun, mereka juga membawa serta warga Afghanistan yang dinilai rentan menjadi sasaran Taliban.

Taliban menuding negara-negara Barat telah mengangkut para dokter, ahli teknik, dan profesi lain yang kemampuannya justru dibutuhkan untuk membangun kembali Afghanistan. Jika itu menjadi kekhawatiran Taliban, mereka seharusnya memberi jalan bagi Salgy Baran (18 tahun).

“Saya tidak takut saat ini, namun saya cemas akan masa depan saya,” kata Salgy Baran (18 tahun), Jumat (27/8). “Akankah mereka mengizinkan saya mendapat pendidikan atau tidak?”

photo
Sekeluarga melintasi terminal kedatangan di Washington Dulles International Airport di Vancouver, AS, setelah dievakuasi dari Afghanistan, Ahad (29/8/2021). - (AP/Jose Luis Magana/FR159526 AP)

Salgy mendapat nilai tertinggi tingkat nasional untuk ujian masuk universitas tahun ini. "Itu adalah momen ketika saya merasa, seseorang telah memberikan seluruh dunia kepada saya. Ibu saya menangis karena bahagia dan saya menangis bersamanya," kata Salgy.

Seorang anggota kantor politik Taliban di Doha, Qatar, Ammar Yasir, secara pribadi mengucapkan selamat kepada Salgy yang telah menempati posisi puncak dalam ujian masuk universitas. Melalui media sosial, Yasir juga mengucapkan selamat kepada Salgy yang diterima di sekolah kedokteran.

Namun, Salgy tetap cemas. "Jika Taliban mengizinkan anak perempuan mengakses pendidikan tinggi dan tidak ada hambatan, maka itu bagus. Jika tidak, seluruh hidup saya akan terancam," kata Salgy.

Kecemasan juga melanda Sosan Nabi (21 tahun). "Saya membuat rencana besar, saya memiliki semua tujuan jangka panjang hingga 10 tahun ke depan," katanya.

"Kami memiliki harapan untuk hidup, harapan untuk perubahan. Tetapi hanya dalam satu minggu, mereka mengambil alih negara dan dalam 24 jam mereka mengambil semua harapan kami, semua mimpi direnggut dari depan mata kami," ujar Sosan.

Data Bank Dunia

Menurut Bank Dunia, pendaftaran sekolah menengah naik 12 persen pada 2001, menjadi 55 persen pada 2018. Bank Dunia menyebutkan, jumlah anak perempuan di sekolah dasar meningkat dari nol menjadi lebih dari 80 persen.

Di bawah pemerintahan Taliban, warga Afghanistan kesulitan mengakses informasi dari luar. Ketika itu, satu stasiun radio milik negara hanya menyiarkan adzan dan ajaran agama.

Semasa Taliban berkuasa dua dekade silam, tidak ada telepon pintar dan internet. Bahkan, kreativitas anak muda Afghanistan ketika itu sangat dibatasi.

Kini Afghanistan memiliki sekitar 170 stasiun radio, lebih dari 100 surat kabar, dan puluhan stasiun TV. Bahkan anak muda diberikan akses ke acara-acara di luar perbatasan Afghanistan.

Dalam beberapa kesempatan, Taliban memang menyatakan akan bersifat inklusif. Mereka berjanji akan mengizinkan wanita sekolah dan bekerja. Kini dunia menanti janji ini ditepati. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat