Pemain Olympique Marseille Mickael Cuisance (kanan) merayakan keberhasilan mencetak gol saat melawan Stade Rennes di Marseille, Prancis, 10 Maret 2021. | EPAEPA-EFE/Guillaume Horcajuelo

Olahraga

Malam Kelam di Allianz Riviera antara Nice dan Marseille

Rusuh suporter saat laga Nice dan Marseille di Allianz Riviera mencoreng sepak bola Prancis.

OLEH EKO SUPRIYADI 

Situasi tak biasa dalam sepak bola Eropa terjadi di Ligue 1 Prancis, saat Nice dan Marseille saling berhadapan di Allianz Riviera, Ahad (22/8). Awalnya pertandingan berjalan dengan lancar dan ketat. Bahkan, tuan rumah sempat unggul lebih dulu melalui aksi striker Kasper Dolberg pada menit 49.

Namun, situasi jadi kacau saat memasuki menit ke-74. Dimitri Payet yang mau melakukan tendangan pojok dilempari botol oleh suporter. Payet sempat tersungkur di lapangan.

Payet yang kesal pun mengambil botol tersebut dan melempar balik ke arah suporter. Payet terlihat dua kali melempar sesuatu ke penonton dan salah seorang pemain juga menendang bola ke arah suporter yang kemudian memicu mereka untuk merangsek ke dalam lapangan.

Dalam kerusuhan itu, rekan setim Payet, Alvaro Guendouzi, berlari ke ujung lapangan untuk menghalau para penggemar. Kapten Nice, Dante, juga berusaha untuk menenangkan para suporter yang marah.

Upaya tersebut gagal dan malah melebar ke perkelahian antarpemain kedua tim, suporter, dan staf. Pelatih Marseille Jorge Sampaoli bahkan nyaris baku hantam dengan ofisial Nice. Beruntung Sampaoli bisa ditahan oleh staf Marseille.

Situasi makin kacau dan membuat seluruh pemain harus masuk ke dalam lorong stadion. Pertandingan terhenti selama satu jam, sebelum Presiden Nice Jean-Pierre Rivere minta suporter untuk tenang menggunakan pengeras suara.

Pemain Nice sebenarnya masuk ke lapangan lebih awal. Namun, pemain Marseille menolak untuk kembali ke lapangan. Wasit Benoit Bastien kemudian membatalkan pertandingan tersebut sehingga Marseille dinyatakan kalah 3-0.

''Pemain kami diserang. Kami mengambil keputusan untuk keamanan pemain kami, yang diserang selama (penonton) masuk ke lapangan. Tidak melanjutkan pertandingan karena keamanan pemain kami tidak terjamin,'' ujar Presiden Marseille, Pablo Longoria, dikutip dari BBC, Senin (23/8).

Longoria mengatakan, semua pihak harus membuat preseden yang baik untuk sepak bola Prancis. Ia mengeklaim wasit mendukung keputusannya karena keselamatan pemain tidak terjamin.

Karena itu, ia menegaskan keputusannya adalah untuk meninggalkan pertandingan. ''Namun, LPF (penyelenggara pertandingan) memutuskan untuk memulai kembali pertandingan. Itu tidak dapat kami terima,'' ujar Longoria.

Dalam aturan Liga Prancis, jika tim gagal menyelesaikan pertandingan, lawan akan diberikan kemenangan 3-0. Namun, Marseille kemungkinan akan mengajukan banding atas keputusan tersebut. Presiden Nice Jean-Pierre Rivere mengaku kecewa karena pertandingan harus berakhir dengan cara yang tidak menyenangkan.

Semua orang bisa melihat apa yang terjadi, ketika botol dilempar ke lapangan. Rivere menyebut, dua pemain Marseille yang melakukan lemparan balasan pun memicu bentrokan. ''Setelah itu, sangat disayangkan staf keamanan Marseille turun tangan dan memukul pemain kami,'' kata Rivere.

Peristiwa ini bukan pertama kalinya terjadi buat Marseille. Dua pekan lalu, ketika menghadapi Montpellier dalam laga pembuka Ligue 1, pertandingan sempat terhenti karena suporter melempari botol ke lapangan.

Pertandingan itu dihentikan pada menit ke-89 saat pemain Marseille Valentin Rongier terkena lemparan di kepala. Pemain Montpellier Florent Mollet juga ikut terkena lemparan saat bersiap mengambil tendangan sudut.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat