Seorang etnis Rohingya menjalani vaksinasi Covid-19 di pungungsian Cox's Bazaar di Bangladesh, Selasa (10/8/2021). | AP/Shafiqur Rahman

Internasional

Junta tak Sertakan Rohingya untuk Divaksin

Muslim Rohingya tinggal di gubuk-gubuk padat dan gang-gang sempit berlumpur. Mereka tinggal di balik kawat berduri yang memisahkan mereka dari mayoritas Buddha di Sittwe.

YANGON – Pihak berwenang Myanmar tidak memasukkan minoritas Muslim Rohingya dalam program vaksinasi Covid-19 di Negara Bagian Rakhine. Pelaksana vaksinasi Kota Sittwe, Kyaw Lwin, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa peluncuran 10 ribu dosis vaksin telah dimulai untuk kelompok prioritas, seperti orang tua, petugas kesehatan, staf pemerintah, dan biksu Buddha.

"Saat ini, tidak ada rencana untuk memvaksinasi Muslim yang tinggal di kamp-kamp di Sittwe. Kami hanya mengikuti perintah,” kata Kyaw Lwin. Petugas yang ditunjuk junta ini menolak berkomentar apakah rencana tersebut merupakan diskriminasi terhadap Rohingya.

"Itu semua tergantung pada berapa banyak vaksin yang kami terima dan instruksi yang kami dapatkan. Sejauh ini, kami belum menerima instruksi mengenai itu," kata Kyaw Lwin.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Myanmar dan otoritas militer juga tidak memberikan komentar terkait peluncuran program vaksinasi tersebut.

photo
para pengungsi Rohingya menunggu giliran menjalani vaksinasi Covid-19 di pungungsian Cox's Bazaar di Bangladesh, Selasa (10/8/2021). - (AP/Shafiqur Rahman)

Muslim Rohingya tinggal di gubuk-gubuk padat dan gang-gang sempit berlumpur. Mereka tinggal di balik kawat berduri yang memisahkan mereka dari mayoritas Buddha di Sittwe.

Dari kamp Thet Kal Pyin, Nu Maung (51 tahun), mengatakan, pihak berwenang telah mengumpulkan namanya dan orang lain yang kemungkinan akan mendapatkan vaksinasi. Namun, tak ada tanda-tanda ia akan dipanggil untuk divaksinasi.

"Banyak orang sakit. Beberapa orang meninggal, kebanyakan orang tua," kata Nu Maung.

Spesialis hak asasi manusia kelompok Fortify Rights, Zaw Win, mengatakan, dia tidak terkejut bila junta tidak memprioritaskan Rohingya dalam program vaksinasi. Menurut dia, Rohingya telah lama menghadapi pembatasan ekstrem atas hak-hak mereka dalam kehidupan sehari-hari, termasuk hak atas kesehatan.

"Rohingya yang kami ajak bicara di Rakhine Utara telah menyatakan ketakutan dan tidak percaya terhadap sistem medis di negara bagian, termasuk kemungkinan yang akan mereka alami jika pergi ke rumah sakit dengan gejala Covid-19," ujar Zaw Win.

Diperkirakan 140 ribu pengungsi Rohingya tinggal di Negara Bagian Rakhine. Sebagian besar dari mereka tinggal di kamp-kamp pengungsian. Sementara, setengah juta lebih warga Rohingya tetap tinggal di desa-desa di tempat lain di Rakhine.

Setidaknya 700 ribu warga Rohingya melarikan diri dari Rakhine ke Bangladesh pada 2017. Mereka mengungsi karena operasi militer yang dijalankan oleh tentara di bawah komando Jenderal Senior Min Aung Hlaing yang memimpin kudeta 1 Februari dan kini menunjuk diri menjadi perdana menteri.

Sementara itu, Pemerintah Bangladesh telah memulai vaksinasi bagi pengungsi Rohingya di kamp-kamp pengungsian. Terdapat lebih dari 1 juta pengungsi Rohingya yang tinggal di kamp pengungsian Bangladesh.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat