Petani mengangkut karung berisi gabah hasil panen dengan motor di Desa Kertawaluya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Selasa (18/5/2021). Rencana impor tak perlu diwujudkan agar tekanan terhadap harga gabah petani tidak semakin besar | SIGID KURNIAWAN/ANTARA FOTO

Tajuk

Jaga Harga Gabah

Rencana impor tak perlu diwujudkan agar tekanan terhadap harga gabah petani tidak semakin besar

Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (2/8), merilis harga gabah kering panen (GKP) pada Juli 2021 Rp 4.311 per kilogram (kg), turun 5,17 persen dari bulan sebelumnya Rp 4.546 per kg. Sedangkan gabah kering giling (GKG) Rp 4.874 per kg, turun 1,81 persen dari bulan Juni yang sebesar Rp 4.964.

Turunnya harga gabah sepanjang Juli 2021 tersebut menjadi pertanyaan. Sebab, pada Juli biasanya harga gabah tidak pernah turun. Sawah-sawah yang masih dalam proses tanam menyebabkan pasokan gabah ke pasar berkurang. Seharusnya yang terjadi adalah kenaikan harga gabah akibat turunnya pasokan.

Namun, wabah Covid-19 ini menyebabkan rutinitas dan tren naik turunnya harga gabah menjadi berubah. Hukum ekonomi yang menyebutkan penurunan pasokan menyebabkan harga naik, tidak berlaku untuk gabah saat ini. Sebab, saat terjadi penurunan pasokan gabah karena bukan musim panen, pada saat bersamaan konsumsi beras pun mengalami pemangkasan.

Kalau kita mau teliti lebih perinci, penerapan Pemberlakuan Pembatasan Pergerakan Masyarakat (PPKM) Darurat yang diterapkan pemerintah sejak 3 Juli 2021, memberi andil yang besar terhadap ekonomi masyarakat. PPKM Darurat menyebabkan berbagai kegiatan masyarakat, seperti pesta perkawinan ataupun kegiatan yang lainnya yang selama ini meningkatkan konsumsi beras tidak diizinkan. Hal ini secara tidak langsung berdampak pada terpangkasnya konsumsi beras.

 
Namun, wabah Covid-19 ini menyebabkan rutinitas dan tren naik turunnya harga gabah menjadi berubah. Hukum ekonomi yang menyebutkan penurunan pasokan menyebabkan harga naik, tidak berlaku untuk gabah saat ini. 
 
 

Selain itu, pemerintah pun harus mewaspadai penurunan konsumsi beras akibat turunnya daya beli masyarakat. Hal ini menjadi persoalan yang serius. Sebab, penerapan PPKM Darurat yang bertujuan menekan penyebaran wabah Covid-19, di sisi lain membuat pergerakan ekonomi masyarakat melambat. Kondisi ini berpengaruh terhadap daya beli. 

Belum lagi bantuan sosial (bansos) yang diberikan kepada masyarakat untuk memperkuat daya tahan menghadapi resesi ekonomi akibat bawah Covid-19 tidak sepenuhnya seperti yang diharapkan. Kita masih menemukan adanya ‘kekacauan’ dalam penyaluran bansos. Masyarakat yang seharusnya berhak mendapatkan bansos terlewatkan, sedangkan mereka yang ekonominya masih berkecukupan masuk dalam daftar penerima.

Penyelewengan terhadap bantuan bansos ini dapat menyebabkan daya beli masyarakat yang sangat terdampak dari wabah Covid-19 tidak terangkat. Akibatnya, daya beli mereka pun tetap sangat terpuruk.

Pada gilirannya, kemampuan masyarakat untuk membeli kebutuhan pokok seperti beras pun menjadi terganggu. Jika hal ini terus terjadi, bukan tidak mungkin konsumsi beras dari hari ke hari mengalami penurunan. Pada akhirnya, akan menekan harga gabah di tingkat petani ataupun penggilingan.

Sejauh ini, menurut Kementerian Pertanian, penurunan harga gabah pada Juli 2021, masih belum mengkhawatirkan. Direktur Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Ismail Wahab, mengatakan, rata-rata harga gabah saat ini masih cukup baik bagi petani. Pasalnya, masih berada di atas harga acuan pemerintah sebesar Rp 4.200 per kg untuk GKP.  

 
Kita tidak ingin tren penurunan harga gabah terus terjadi pada bulan-bulan berikutnya. Kalau hal ini seperti ini tidak terhindarkan, akan sangat merugikan petani. Apalagi, ketika beberapa bulan ke depan, musim panen akan tiba.
 
 

Kita tidak ingin tren penurunan harga gabah terus terjadi pada bulan-bulan berikutnya. Kalau hal ini seperti ini tidak terhindarkan, akan sangat merugikan petani. Apalagi, ketika beberapa bulan ke depan, musim panen akan tiba.

Bila pemerintah tidak mampu mengatasi tren penurunan harga gabah saat ini, petani akan sangat dirugikan. Pemerintah akan dinilai kerepotan mengendalikan harga gabah saat pasokan gabah melimpah akibat musim panen, karena saat pasokan terbatas saja harga mengalami penurunan.

Kita berharap, produksi beras nasional tahun ini mengalami surplus. Tidak terganggu adanya bencana alam seperti banjir yang menyebabkan lahan pertanian mengalami kerusakan sehingga panen terganggu.

Rencana pemerintah melakukan impor pada tahun ini pun tidak perlu diwujudkan agar tekanan terhadap harga gabah petani tidak semakin besar. Namun, pemerintah juga tetap harus mewaspadai penurunan daya beli masyarakat, yang menyebabkan potensi penurunan konsumsi beras. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat