Warga mengantarkan tabung oksigen untuk isi ulang secara gratis di Tim Aksi Kasih GRII, Yogyakarta, Senin (2/8/2021). Layanan isi ulang oksigen gratis ini untuk membantu warga di tengah langkanya oksigen saat pandemi Covid-19. | Wihdan Hidayat / Republika

Nasional

Ketersediaan Obat dan Oksigen di Daerah Menipis

Walaupun terbatas, kebutuhan oksigen dan obat diklaim masih bisa diatasi.

JAYAPURA -- Sejumlah daerah menghadapi kekurangan obat antivirus dan oksigen untuk penanganan pasien Covid-19. Wali Kota Jayapura, Papua, Benhur Tomi Mano, mengatakan, ketersediaan obat antivirus dan oksigen untuk penanganan pasien Covid-19 di wilayahnya semakin menipis.

"Kami sangat membutuhkan obat antivirus serta obat-obatan pendukung lainnya karena warga yang positif Covid-19 terus bertambah," kata Benhur di Jayapura, Senin (2/8).

Benhur mengungkapkan, walaupun terbatas, kebutuhan oksigen dan obat tersebut masih bisa diatasi. Laporan yang diterima dari petugas penanganan Covid-19 Kota Jayapura, seluruh warga yang positif dan melaporkannya ke puskesmas terdekat masih diberi obat-obatan.

Meski begitu, ia berharap obat-obatan yang dikirim ke Kota Jayapura lebih banyak sehingga staf tidak lagi sering meminta ke Dinkes Papua. Secara kumulatif, kasus positif Covid-19 di Kota Jayapura hingga Ahad (1/8) tercatat 11.768 kasus, sebanyak 9.607 orang sembuh, 1.923 orang dirawat, dan 238 orang meninggal.

Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi, meminta dukungan penyediaan obat, ventilator, dan vaksin dari pemerintah pusat. Mahyeldi mengatakan, pihaknya sudah mengupayakan tambahan alokasi ruangan dan tempat tidur pasien Covid-19. Namun, kemudian muncul persoalan kekurangan peralatan di ruangan yang ditambahkan itu.

"Untuk itu, kami berharap ada dukungan dari pusat untuk sarana dan prasarana di ruangan yang baru dialokasikan untuk pasien Covid-19 ini, terutama untuk ventilator," ujar Mahyeldi, Ahad (1/8).

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengakui, obat terapi Covid-19 di apotek Tanah Air kini banyak yang kosong. Tingginya permintaan obat tidak bisa diimbangi dengan kecepatan produksi obat perusahaan farmasi di Indonesia.

Menurut dia, Kemenkes sudah berbicara dengan Gabungan Perusahaan (GP) Farmasi. Dari pertemuan itu, Kemenkes mendapat pengakuan dari GP Farmasi bahwa kebutuhan obat Covid-19 naik luar biasa sejak 1 Juni 2021 lalu. Padahal, GP Farmasi mendapatkan mayoritas bahan baku obat dari impor.

"Jadi, kebutuhan obat tidak bisa dikejar dengan kecepatan produksi karena sejak produksi hingga obat dalam bentuk jadi (membutuhkan waktu). Impor bahan baku, proses produksi, kemudian pendistribusian ke seluruh apotek butuh waktu sekitar empat hingga enam pekan," kata dia saat konferensi virtual Kemenkes, Senin (2/8).

Sementara itu, soal kelangkaan oksigen, Kemenkes diklaim sudah membentuk satgas oksigen di luar Jawa, terutama di daerah yang memberlakukan PPKM Level 4. Oksigen, kata dia, merupakan barang yang tidak diproduksi merata dan distribusinya susah karena sifatnya eksklusif.

Satgas berkaca pada pembentukan Satgas di Jawa dan Bali yang diisi pemerintah daerah, rumah sakit, TNI, Polri, dan juga produsen oksigen daerah tersebut. Hasilnya, manajemen oksigennya bisa tertangani dengan baik.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat