Ilustrasi menerima daging dari nonmuslim. | Republika/Thoudy Badai

Khazanah

Bolehkah Mengonsumsi Sajian Daging dari Non-Muslim?

Tabayun harus dilakukan ketika menerima sajian daging dari nonMuslim

OLEH UMAR MUKHTAR 

Sebagai seorang Muslim, mungkin kita pernah menerima pemberian daging atau masakan berbahan utama daging dari tetangga, kawan, atau kolega non-Muslim. Lalu kita merasa ragu apakah ini halal untuk dikonsumsi atau tidak. Dalam kondisi demikian, bagaimana seharusnya seorang Muslim bersikap?

Dosen Pascasarjana Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ustaz Dr Hari Susanto MA menjelaskan, ketika menerima daging dari kalangan non-Muslim, harus dilihat siapa pemberinya. Bila yang memberikan adalah tetangga yang telah dikenal baik selama ini dan memahami makanan yang dikonsumsi umat Islam sehingga tidak ada lagi sesuatu yang diragukan, tidak masalah mengonsumsi daging pemberiannya.

"Kecuali jika orang asing, tidak kenal, atau tetangga baru. Maka, harus bertanya lagi dengan cara yang baik tentunya. Untuk mengetahui ini daging apa, belinya di mana, atau dia menyembelih sendiri atau tidak," katanya kepada Republika, belum lama ini.

Karena itu, hal pertama yang harus dilakukan ketika menerima pemberian daging atau olahan daging dari orang yang belum dikenal baik, yaitu tabayun dengan bertanya. Setiap Muslim harus tabayun terhadap segala hal, baik itu makanan, barang, maupun informasi. Seorang Muslim juga tidak boleh melakukan sesuatu yang diragukan kehalalan dan kebenarannya. 

“Inilah juga mengapa Muslim harus beramal dengan ilmu,” ujar dia.

 
Seorang Muslim tidak boleh melakukan sesuatu yang diragukan kehalalan dan kebenarannya.
 
 

Ustaz Hari menjelaskan, dalam ushul fikih, ilmu adalah yakin. Ilmu inilah yang membuat seorang Muslim yakin. Cara untuk mencapai yakin, yaitu dengan mengamati, melihat sendiri, atau bertanya langsung. Ini sebagaimana kaidah fikih, yaitu harus mengetahui sesuatu sebelum mengatakannya atau melakukannya.

"Prinsipnya harus ada upaya untuk mencari tahu. Karena kita sebagai seorang Muslim dalam melakukan sesuatu harus jelas dasarnya. Misalnya, ketika mau konsumsi apa, harus jelas ini apa, bahannya apa, dan sebagainya," ujarnya menjelaskan.

Bila setelah tabayun diketahui daging tersebut dibeli di pasar dan berada di wilayah yang memang mayoritas masyarakatnya Muslim, berdasarkan prinsip ghalabah al-zhan (prasangka yang dominan), boleh mengonsumsi daging tersebut. Sebab, kemungkinan besar penyembelihan hewan dilakukan oleh Muslim dan sesuai syariat.

Dalam kondisi berbeda, bila seorang Muslim berada di daerah yang sebagian besar masyarakatnya adalah non-Muslim yang bukan ahli kitab, lalu ia menerima daging dari mereka, merujuk pada prinsip ghalabah al-zhan tadi, Muslim tersebut tidak boleh mengonsumsinya.

Sebab, Ustaz Hari memaparkan, seorang Muslim dilarang mengonsumsi daging sembelihan non-Muslim yang bukan ahli kitab meski daging itu dari hewan yang halal, seperti kambing dan sapi. Jika daging itu hasil sembelihan non-Muslim yang merupakan ahli kitab dan hewannya termasuk yang halal dikonsumsi, berdasarkan surah al-Maidah ayat 5, boleh mengonsumsinya.

Kesalahan yang perlu dihindari seorang Muslim, Ustaz Hari melanjutkan, yaitu ketika menerima daging dari kalangan non-Muslim yang tidak dikenal baik, kemudian ia tidak berupaya tabayun dengan bertanya lebih lanjut tentang asal mula daging tersebut.

"Kalau kita masih ragu juga, tinggalkan. Misalnya, kita tidak mengenal orangnya dengan baik, kita tahu ini daging yang tidak halal, dan menyembelihnya bagaimana, ya sudah, tinggalkan. Tinggalkan yang meragukan dan ambillah yang tidak meragukan," katanya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat