Penampakan banjir di pengungsian etnis Rohingya di Coxs Bazar, Bangladesh, Rabu (28/7/2021). Sedikitnya enam pengungsi Rohingya meninggal dan sejumlah lainnya terluka. | EPA-EFE/TANBIRUL MIRAJ RIPON

Internasional

Kamp di Cox’s Bazar Longsor

Bangladesh mengevakuasi 10 ribu pengungsi Rohingya dari kamp Cox’s Bazar akibat banjir dan longsor.

DHAKA -- Bangladesh mengevakuasi 10 ribu pengungsi Rohingya dari kamp Balukhali, Cox’s Bazar, Rabu (28/7). Hal itu dilakukan setelah wilayah tersebut dilanda banjir bandang dan tanah longsor. Sedikitnya 14 orang dilaporkan tewas akibat bencana ini.

"Kami telah mengangkut sekitar 10 ribu (pengungsi) Rohingya ke tempat yang aman setelah tempat penampungan mereka dilanda hujan lebat dan tanah longsor," kata komisaris pengungsi Bangladesh, Shah Rezwan Hayat, pada Rabu (28/7), dikutip laman TRT.

Menurut laporan, dari 14 korban tewas yang dilaporkan, enam di antaranya adalah pengungsi Rohingya. Sisanya adalah penduduk desa setempat yang rumahnya tertimbun longsor. Sejumlah pengungsi lainnya turut mengalami luka-luka.

Hujan lebat selama tiga hari berturut-turut yang melanda Cox’s Bazar membuat lebih dari 2.000 tempat penampungan pengungsi Rohingya terkena dampaknya. Pada Rabu, hujan dalam kurun waktu 24 jam turun lebih dari 30 sentimeter. Curah hujan satu hari itu setara dengan curah hujan selama setengah bulan yang biasa turun pada Juli.  

Badan Pengungsi PBB (UNHCR) mengatakan, 2.500 tempat penampungan yang menjadi rumah 12 ribu pengungsi Rohingya terimbas banjir. Bencana itu turut menyebabkan kerusakan pada fasilitas kesehatan.

 
photo
Penampakan banjir di pengungsian etnis Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh, Rabu (28/7/2021). Sedikitnya enam pengungsi Rohingya meninggal dan sejumlah lainnya terluka. - (EPA-EFE/TANBIRUL MIRAJ RIPON)

“Situasi lebih rumit karena adanya pandemi Covid-19. Saat ini ada penguncian wilayah secara nasional yang berlaku ketat karena peningkatan kasus di seantero negeri,” kata UNHCR mengenai situasi pandemi di Bangladesh.  

Para pengungsi mengaku berupaya keras agar bisa makan dan minum secara layak. “Karena hujan terus-menerus selama empat hari terakhir, hari ini rumah saya digenangi air,” ujar Khatija Begum, ibu dari lima anak, Kamis (29/7).

“Kami bahkan tidak bisa makan,” katanya menambahkan. Begum mengaku cemas jika anaknya tenggelam atau meninggal saat tertidur.  

Mohammad Salam, pengungsi Rohingya berusia 30 tahun, beserta istri dan tiga anaknya, termasuk di antara mereka yang dipindahkan dari kamp Balukhali. "Rumah saya runtuh kemarin (Selasa --Red). Saya tidak punya apa-apa lagi. Saya punya tiga anak dan mereka mulai demam," ucapnya.

Lembaga yang mengurusi pergerakan manusia, International Organization for Migration (IOM), menyebutkan bahwa ada lebih dari satu juta pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar. Mereka tersebar di 34 kamp.

Kawasan ini termasuk salah wilayah rawan bencana di Bangladesh. Cox’s Bazar adalah kawasan delta yang menjadi pusat persilangan banyak sungai. Wilayah ini juga mendapat banyak curah hujan karena iklim musiman dan lokasinya dekat Teluk Benggala dengan airnya yang hangat kerap memicu siklon tropis hebat.

Pada Desember 2020, Bangladesh mulai memindahkan ribuan pengungsi Rohingya ke sebuah pulau bernama Bhasan Char di Teluk Benggala. Sejak relokasi dimulai, terdapat sekitar 13 ribu pengungsi yang telah dipindahkan.

Pada Maret lalu, delegasi PBB sempat melakukan kunjungan ke Pulau Bhasan Char. Mereka meninjau kondisi dan fasilitas di pulau tersebut. Sebelumnya PBB menyebut pihaknya tidak diizinkan untuk melakukan penilaian teknis dan keamanan Bhasan Char. PBB pun mengaku tidak dilibatkan dalam proses relokasi pengungsi Rohingya ke sana.

Sementara itu Bangladesh mengeklaim, relokasi pengungsi Rohingya ke Bhasan Char dilakukan secara sukarela dan tanpa paksaan. Bangladesh pun meyakinkan bahwa Bhasan Char aman serta layak ditinggali. Menurut mereka, fasilitas seperti perumahan dan rumah sakit tengah dibangun di sana.

Bangladesh mengatakan, kamp-kamp pengungsi yang kian padat di Cox's Bazar telah memicu aksi kejahatan, termasuk kekerasan. Hal itu turut menjadi alasan mengapa sebagian pengungsi Rohingya ingin direlokasi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat