Sebuah truk pengangkut material melintas di area proyek pembangunan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Batam Aero Technic (BAT) di Batam, Kepulauan Riau, Jumat (25/6/2021). Prospek investasi pada kuartal III dan kuartal IV masih diliputi ketidakpas | ANTARA FOTO/Teguh Prihatna

Ekonomi

Pelaku Investasi Mulai Beradaptasi

Prospek investasi pada kuartal III dan kuartal IV masih diliputi ketidakpastian.

JAKARTA -- Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan, realisasi investasi pada kuartal II 2021 sebesar Rp 223 triliun. Angka itu naik 16,2 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 191,9 triliun.

Dengan capaian tersebut, realisasi investasi Januari hingga Juni 2021 mencapai Rp 442,8 triliun atau 49,2 persen dari target tahun ini. "Investor dalam dan luar negeri sudah terbiasa dengan keadaan Covid-19. Biasanya, pengusaha kalau hadapi kondisi baru bingung, tapi seiring berjalannya waktu mulai ada penyelesaian," ujar Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (27/7).

Penanaman Modal Asing (PMA) pada kuartal II 2021 sebesar Rp 116,8 triliun. Jumlah tersebut naik 4,5 persen dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar Rp 111,7 triliun dan meningkat 19,6 persen dibandingkan kuartal II 2020 yang sebesar Rp 97,6 triliun.

"Kenaikan FDI (foreign direct investment) itu mengindikasikan dunia sudah mulai merasakan terhadap pola perubahan regulasi sekaligus manfaat dari perubahan itu," ujar Bahlil.

Sementara itu, realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 106,2 triliun pada kuartal II 2021. Angka itu naik 12,7 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 93,4 triliun. "PMDN dibandingkan kuartal sebelumnya turun 1,6 persen. Hanya saja angka ini masih dalam batas toleransi," katanya.

Bahlil mengungkapkan, ada beberapa negara yang akan merealisasikan investasi cukup besar di Indonesia tahun ini, di antaranya Amerika Serikat, Australia, dan Korea Selatan. "Investasi dari Australia cukup gede dari Amerika Serikat dan Korea Selatan juga cukup gede. Pada 2021 akhir itu mereka sudah melakukan realisasi," ujar Bahlil.

 

Hanya saja, saat ini Bahlil masih enggan menyebutkan secara detail berbagai rencana investasi tersebut. Selain itu, kata Bahlil, sebagai hasil kunjungan kerjanya ke Amerika Serikat beberapa waktu lalu, Kementerian Investasi juga berhasil meraih investasi dari Cargill senilai Rp 5,2 triliun. Rencananya, perusahaan itu akan melakukan groundbreaking perluasan investasinya pada September atau Oktober mendatang.

Sementara, pada sektor kesehatan, ia juga mengundang investor asal AS masuk ke Indonesia. Menurut dia, investasi pada sektor kesehatan di Indonesia berpotensi besar karena pasar dalam negeri yang menarik.

"Kita tahu 90 persen alat kesehatan kita impor, bahan baku kesehatan juga impor, bahkan vaksin semua juga kita impor. Maka, kemarin (saat kunjungan kerja ke AS) kita coba buka akses itu, insya Allah beberapa perusahaan akan masuk membangun industri di dalam negeri," ujar dia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Kementerian Investasi/BKPM (bkpm_id)

Dengan adanya komitmen investasi tersebut, Bahlil tetap optimistis dapat mengejar target realisasi investasi tahun ini yang sebesar Rp 900 triliun. Optimisme itu tetap hadir meski kini kasus Covid-19 tengah melonjak dan berdampak terhadap perekonomian.

"Memang harus saya akui, kuartal III tantangannya besar karena kita mengalami kenaikan kasus paling tinggi sejak Covid-19 masuk Indonesia. Tapi, mau revisi target? Belum terpikir," ujarnya.

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, kenaikan realisasi investasi pada kuartal II konsisten dengan perkembangan indikator ekonomi yang positif pada periode sama. Artinya, faktor indikator pemulihan ekonomi pada periode April sampai Juni berpengaruh pada keputusan investasi.

"Misalnya, PMI manufaktur yang berada di 53,5 per Juni kemudian IKK (Indeks Keyakinan Konsumen) yang mengukur seberapa optimistis konsumen juga berada di 107,4. Melihat geliat di manufaktur pada kuartal II, maka investor cenderung menambah suntikan modal pembelian mesin produksi," ujar dia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Kementerian Investasi/BKPM (bkpm_id)

Hal itu, ia menambahkan, juga termasuk booming industri digital dengan perubahan pola konsumsi masyarakat selama pandemi. Hal ini mendorong investasi pada jasa informasi dan komunikasi. Bhima menjelaskan, aura positif investasi dirasakan pada kuartal II sampai akhirnya terganggu oleh lonjakan kasus harian Covid-19 dan pembatasan ketat.

Menurut dia, kondisi tersebut membuat prospek investasi pada kuartal III dan IV masih diliputi ketidakpastian. "Ini bukan sekadar situasi di Indonesia, tapi negara hub, seperti Singapura, juga kembali lockdown dan ini memengaruhi pandangan investor terhadap pemulihan ekonomi secara global," ujarnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat