Ridwan Hasan Saputra | REPUBLIKA/Daan Yahya

Opini

Mengubah Manusia Indonesia Melalui Covid-19

Pandemi Covid-19 ini bisa menjadi anugerah jika kita bisa kembali menjadi bangsa yang bersatu padu.

RADEN RIDWAN HASAN SAPUTRA; Ketua Jaringan Suprarasional

Pandemi Covid-19 sudah lebih dari satu tahun mendera Indonesia. Pada pertengahan Juli 2021, situasi kian mengkhawatirkan karena semakin banyak yang terpapar Covid-19 dan tambah banyak penderita yang meninggal seiring lonjakan yang terpapar Covid-19.

Upaya pemerintah dengan menerapkan PPKM Darurat pada 3-20 Juli 2021 tidak menunjukkan hasil maksimal dalam menahan lonjakan penderita Covid-19. Lantaran itu, beberapa pejabat pemerintah pusat meminta maaf kepada rakyat Indonesia. Perkembangan terbaru, pemerintah pusat memperpanjang PPKM Darurat sampai 25 Juli 2021.

Sepertinya pemerintah saat ini sedang dihadapkan pada masalah yang sangat berat dengan pilihan tidak mudah. Dalam persepsi pemerintah, jika PPKM ditiadakan maka akan berdampak pada kolapsnya fasilitas kesehatan dan ini akan berbahaya bagi keselamatan nyawa manusia.

Namun jika PPKM terus diterapkan maka ekonomi akan menghadapi masalah besar. Hal ini karena akan banyak rakyat kecil yang sulit memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Jika rakyat kecil perutnya lapar, maka akan terjadi malapetaka yang tidak terprediksi dan hal ini sangat dikhawatirkan pemerintah. 

Saya sebagai warga negara mencoba memberikan saran yang semoga bisa menjadi solusi masalah. Saran yang akan saya sampaikan banyak menggunakan otak di dada atau bersifat suprarasional. Sebab saya melihat selama ini, solusi yang dibuat pemerintah dalam menangani Covid-19 lebih dominan menggunakan otak di kepala atau cara-cara rasional.

 
Jika rakyat kecil perutnya lapar, maka akan terjadi malapetaka yang tidak terprediksi dan hal ini sangat dikhawatirkan.
 
 

Waktu sudah membuktikan bahwa cara-cara otak di kepala atau cara rasional tidak sepenuhnya bisa menyelesaikan masalah. Pilihan yang ada sebagai solusi pun semakin sedikit.

Kalau saya meyakini ada otak di dada kita dan otak ini bisa berpikir, hal tersebut bisa dilihat pada QS al-Hajj ayat 46. Saya pun meyakini, kemampuan berpikir otak di dada manusia bisa lebih hebat dari otak di kepala, jika manusia bisa mengasah otak di dadanya dengan baik.

Kembali pada saran, saya mencoba memberikan empat saran kepada pemerintah dalam rangka menghadapi Covid-19. Saran saya ini semoga bisa diterima dan menjadi bahan renungan para pemimpin bangsa sekaligus untuk mengevaluasi jejak pembangunan yang sudah dilakukan.

Pandemi Covid-19 ini bisa menjadi anugerah jika kita bisa kembali menjadi bangsa yang bersatu padu. Keempat saran saya adalah sebagai berikut. 

1. Pemerintah meminta masyarakat di seluruh Indonesia untuk banyak memanjatkan doa, memperbanyak ibadah, memohon ampun, dan meminta pertolongan kepada Allah SWT atau Tuhan yang Maha Esa supaya Indonesia bisa keluar dari masalah Covid-19. Bagi yang beragama Islam diminta sering melaksanakan shalat berjamaah, shalat rawatib, shalat Dhuha, shalat Tahajud, dan membaca Alquran.

Pemerintah bisa menggunakan aparat pemerintah untuk mewujudkan hal ini, dimulai dari pegawai Kementerian Agama, Babinsa, Bhabinkamtibmas, kepala desa/kelurahan, ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), ketua RT dan RW. Dalam ajaran Islam, shalat bisa menjadi penolong ketika menghadapi masalah sebagaimana firman Allah SWT dalam QS al-Baqarah ayat 153. "Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar."

2. Pemerintah mengajak masyarakat memperbanyak zakat, infak, sedekah, dan wakaf untuk membantu sesama yang terkena Covid-19 atau yang terdampak Covid-19. Dalam bahasa lain, pemerintah mengajak masyarakat untuk rajin berderma. Sebab, jika hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah, masalah ekonomi akibat dampak Covid-19 tidak akan pernah selesai. Perlu ada partisipasi masyarakat dalam membantu anggota masyarakat lain yang terdampak Covid-19.

 
Perlu ada partisipasi masyarakat dalam membantu anggota masyarakat lain yang terdampak Covid-19.
 
 

Untuk itu, peran tokoh agama dalam menggelorakan semangat berderma sangat diperlukan. Peran ketua DKM di masjid dan mushala dan para tokoh agama lain harus dilibatkan. Pemberian sedekah bisa dalam bentuk memborong dagangan pedagang kecil atau memberi makanan pada tetangga yang kekurangan. 

Kebaikan seperti ini sebaiknya dilakukan bersama-sama oleh anggota masyarakat dan harus terkoordinasikan agar manfaatnya bisa lebih terasa. Semoga dengan kita semua rajin sedekah, Covid-19 akan cepat pergi. Sebagaimana hadis Nabi, ”Bersegeralah kalian untuk mengeluarkan sedekah karena sungguh bencana tak dapat melewati sedekah.“ (HR Thabrani)

3. Pemerintah mengajak semua komponen masyarakat untuk peduli kepada negara. Di bagian ini sepertinya pemerintah dalam posisi sulit. Sebab, fakta di lapangan ada beberapa kelompok atau tokoh masyarakat yang merasa dirugikan oleh sepak terjang pemerintah saat ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Saya secara pribadi menyarankan dalam kondisi seperti sekarang ini, sebaiknya kita harus saling memaafkan, kita harus bersatu padu menghadapi Covid-19.  Sebab, Covid-19 seperti penjajah, jika kita terpecah belah maka Covid-19 akan terus menjajah negeri kita.

Saatnya pemerintah mengadakan silaturahim nasional virtual, mengundang perwakilan kelompok-kelompok yang berseberangan maupun yang mendukung pemerintah. Jika perlu ada tokoh-tokoh yang harus dibebaskan dari penjara, maka sebaiknya dibebaskan saja, tetapi harus ada komitmen dari tokoh-tokoh tersebut untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Jika seorang tokoh ingin memberikan saran, masukan atau kritik sebaiknya dilakukan dengan santun dan bisa dilakukan langsung kepada pemerintah melalui jalur khusus. Semoga silaturahim nasional ini bisa membuat seluruh komponen bangsa bersatu melawan covid-19, sehingga bangsa ini berumur panjang.

Janji Allah ini tertuang dalam sabda yang diriwayatkan Abu Hurairah, "Siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung tali silaturahmi." (HR Bukhari dan Muslim).

4. Kita semua tidak boleh sombong, baik rakyat maupun pemerintah. Sebaiknya rakyat tetap menjaga protokol kesehatan karena Covid-19 bisa menyerang siapa saja, jangan lagi ada istilah Covid-19 tidak akan menyerang saya atau menyerang kampung saya.

Bagi para pakar jangan sibuk dengan mengkritik kebijakan pemerintah dalam menghadapi Covid-19, sebaiknya memberikan saran yang konstruktif dalam menyelesaikan masalah Covid-19. Pemerintah pun jangan berjalan sendiri pada saat mengeluarkan kebijakan, sebaiknya membuka ruang bagi publik untuk memberikan masukan.

 
Bisa jadi ada pakar dalam negeri yang bisa menemukan vaksin yang lebih mujarab atau makanan dan minuman yang bisa cepat meningkatkan imun sehingga bisa tahan terhadap Covid-19.
 
 

Bisa jadi ada pakar dalam negeri yang bisa menemukan vaksin yang lebih mujarab dari yang sudah ada sekarang atau makanan dan minuman yang bisa cepat meningkatkan imun sehingga bisa tahan terhadap Covid-19. Sudah saatnya kita sebagai bangsa bisa berdiri di kaki sendiri, jangan bergantung pada pihak asing.

Hal yang sangat dikhawatirkan, kesombongan itu bisa membuat otak di dada manusia menjadi tidak berfungsi, sebagaimana firman Allah di QS al-Mu’min ayat 35, “Demikianlah Allah mengunci mata hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.”.

Tulisan berikut ini bukan saran, tetapi perenungan bagi pemerintah tentang arah pembangunan bangsa. Di saat masa pandemi Covid-19, kita bisa menyaksikan ada menteri yang melakukan korupsi, banyak orang yang menaikkan harga tabung gas oksigen, banyak orang membuat tes swab palsu dan banyak hal lagi yang tidak pantas dilakukan di saat saudara sebangsa sedang menderita. Belum lagi ada kelompok yang memanfaatkan keadaan saat ini agar pemerintah yang sah bisa jatuh sebelum 2024. 

Kejadian-kejadian ini menunjukkan bahwa pembangunan jiwa manusia di Indonesia telah mengalami kemunduran. Saat ini, fokus pada pembangunan infrastruktur fisik yang tidak dibarengi pada pembangunan jiwa menemukan sandungannya.

Pemerintah sangat sulit mengajak rakyat disiplin apalagi mendukung dalam menyelesaikan masalah yang ada. Menurut saya masih ada kesempatan pemerintah untuk berbenah dan membangun infrastruktur jiwa bangsa Indonesia.

 
Masih ada kesempatan pemerintah untuk berbenah dan membangun infrastruktur jiwa bangsa Indonesia.
 
 

Caranya adalah membangun pendidikan bukan pada orientasi membentuk manusia yang siap kerja, tetapi membentuk manusia yang beriman dan bertakwa. Kemudian mengangkat guru yang ada bukan pada kompetensi semata, tetapi pada pengabdian dan ketulusan. Kebijakan untuk menyejahterakan semua guru adalah kebijakan yang tidak bisa ditawar, dengan syarat guru mampu membentuk muridnya menjadi manusia beriman dan bertakwa.

Hal yang tidak boleh dilupa adalah pemerintah harus melakukan pendidikan seumur hidup bagi seluruh rakyat Indonesia, baik ASN, TNI-Polri, pegawai swasta, pedagang, petani, pekerja informal dan semua yang bernama manusia.

Semua rakyat Indonesia yang dewasa diwajibkan mengikuti kajian agama secara sistematis yang dilakukan tokoh agama masing-masing di bawah koordinasi pemerintah, supaya keimanan dan ketakwaan serta cinta Tanah Air rakyat Indonesia terus meningkat. Oleh karena itu pemerintah pun harus menyejahterakan guru ngaji, guru agama dari seluruh agama.

 
Jika pemerintah berani meminjam utang ke luar negeri untuk membangun infrastruktur fisik, mengapa tidak berani untuk membangun infrastruktur jiwa?
 
 

Jika ditanya, dananya dari mana untuk mewujudkan hal tersebut? Jawabannya, jika pemerintah berani meminjam utang ke luar negeri untuk membangun infrastruktur fisik, mengapa pemerintah tidak berani meminjam uang ke luar negeri untuk membangun infrastruktur jiwa yang bisa membuat manusia Indonesia beriman dan bertakwa yang manfaatnya bisa langsung terasa.

Sebenarnya jika kita menggunakan otak di dada, kita tidak perlu takut jika negara akan miskin ketika uang milik negara digunakan untuk menyejahterakan guru-guru di Indonesia dalam rangka mengubah manusia Indonesia menjadi manusia beriman dan bertakwa. Sebab, Allah SWT pasti akan memberi rezeki yang tidak disangka-sangka kepada pemerintah dan negeri ini.

Pesan terakhir, dalam situasi saat ini, ada potensi bangsa yang tidak dimanfaatkan maksimal untuk menyelesaikan masalah Covid-19. Di masa belajar online ini, sebaiknya semua murid diberi tugas memperdalam ajaran agama masing-masing dan memperbanyak ibadah.

Bagi murid beragama Islam diharapkan banyak menghafalkan Alquran, menghafalkan hadis, memperbanyak puasa, sedekah dan aktivitas ibadah lainnya. Begitu pula bagi murid dari agama lain, dipersilakan memperbanyak ibadah sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.

 
Setelah rajin beribadah, para pelajar diminta rutin berdoa agar masalah Covid-19 bisa cepat selesai, supaya pelajar bisa bersekolah kembali secara normal.
 
 

Kegiatan tersebut masuk dalam penilaian sekolah untuk kenaikan kelas. Setelah rajin beribadah, para pelajar diminta rutin berdoa agar masalah Covid-19 bisa cepat selesai, supaya para pelajar bisa bersekolah kembali secara normal. Insya Allah doa-doa para pelajar yang saleh ini akan cepat dikabul oleh Allah SWT.

Rajin beribadah juga bisa membuat otak di dada para pelajar Indonesia menjadi cerdas. Kecerdasan otak di dada pada generasi muda Indonesia adalah anugerah terbesar bagi bangsa ini, baik di masa sekarang juga di masa yang akan datang.

Insya Allah Indonesia akan jadi bangsa besar jika otak di dada dan otak di kepala orang Indonesia cerdas. Pernyataan saya tentang otak di dada ini sudah banyak dibuktikan sejarah, terutama pada masa keemasan peradaban Islam.

Tentunya Indonesia yang mayoritas penduduknya umat Islam, punya peluang besar untuk mewujudkan hal itu.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat