Sejumlah warga melaksanakan Shalat Idul Adha berjamaah di rumahnya di Bogor, Jawa Barat, Selasa (20/7/2021). Pemerintah mengimbau masyarakat untuk melaksanakan Shalat Idul Adha di rumah masing-masing karena masih dalam masa PPKM darurat dan sebagai salah | Republika/Putra M. Akbar

Khazanah

Survei: Religiusitas Meningkat Saat Pandemi

Mayoritas responden memilih konten keagamaan di medsos, televisi, dan radio.

JAKARTA –  Puslitbang Bimbingan Masyarakat (Bimas) Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kemenag) baru saja menggelar survei bertajuk "Urgensi Layanan Keagamaan di Masa Pandemi". Salah satu hasil survei menunjukkan, religiusitas (keberagamaan) masyarakat di masa pandemi meningkat.

Dalam survei yang digelar secara daring pada 8-17 Maret 2021 itu diketahui, sebagian besar responden, yaitu 97 persen, merasa bahwa keyakinan atau keberagamaan mereka membantu secara psikologis dalam menghadapi pandemi dan dampaknya.

Kepala Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kemenag, Prof Dr Muhammad Adlin Sila menerangkan, sebagian besar responden juga merasa sangat setuju dan setuju bahwa pandemi Covid-19 memengaruhi praktik keberagamaan. Ditemukan pula, sebanyak 61,6 persen merasa pandemi Covid-19 mendorong mereka untuk menemukan makna hidup.

Selain itu, sebanyak 86,7 persen responden berupaya terhubung dengan pemuka agama dan komunitas agama mereka. "Saat melakukan isolasi mandiri, ada berbagai aktivitas yang dilakukan. Sebanyak 56,3 persen mendengar maupun membaca kitab suci, 47,2 persen mendengar ceramah, dan 42,8 berzikir ataupun meditasi," tutur Adlin dalam keterangan tertulis, Kamis (22/7).

photo
Warga melaksanakan Shalat Id di halaman rumahnya di Gedog, Kota Blitar, Jawa Timur, Selasa (20/7/2021). Warga melaksanakan shalat id di rumah pada daerah yang menerapkan PPKM Darurat dan PPKM Mikro diperketat, guna mencegah peningkatan laju penularan Covid-19. - (ANTARA FOTO/Irfan Anshori)

Meski demikian, hanya sedikit responden yang melakukan konsultasi psikologi secara khusus, dan hanya 22,1 persen responden yang mengaku pernah mendapat konseling psikologis keagamaan selama pandemi. Sebagian besar responden memilih konten keagamaan di media sosial dan ceramah agama di televisi maupun radio, ketimbang membaca buku, layanan konseling, dan mendatangi pemuka agama.

Metodologi survei ini dilakukan dengan menyebarkan tautan angket melalui jejaring media sosial dengan bantuan jaringan kantor Kemenag provinsi dan kabupaten/kota se-Indonesia. Survei daring ini berhasil mengumpulkan 1.550 responden yang terdiri dari para penderita Covid-19, penyintas, dan masyarakat di 34 provinsi.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah KH M Cholil Nafis sependapat dengan hasil survei tersebut. Menurut dia, hal itu memang nyata adanya.  

"Saya yang pernah isoman, dan menerima konsultasi dari orang-orang yang isoman atau positif  (Covid-19) adalah lebih kepada bagaimana mendekatkan diri kepada Allah, meditasi fikir untuk menyehatkan, itu terasa sekali," kata Kiai Cholil kepada Republika.

Menurut dia, hasil survei tersebut perlu menjadi perhatian, di antaranya bagi para ulama agar dapat meningkatkan literasi dan memberikan arah yang benar kepada umat. Dengan begitu, mereka akan memiliki hidup sesuai ajaran Allah SWT.

Selain itu, lanjut Kiai Cholil, hasil survei ini juga perlu mendapat perhatian oleh pemerintah. Dalam hal ini, setiap kebijakan yang diambil berkaitan dengan agama agar mendapatkan dukungan juga dari tokoh-tokoh agama.

"Mendapat dukungan dari tokoh-tokoh agama dalam hal ini, sehingga serasi antara ulama dan umara di dalam membimbing dan mengatur umat," kata dia.

photo
Umat Muslim menunaikan shalat Iedul Adha di Masjid Pathok Negoro, Ploso Kuning, Yogyakarta, Selasa (20/7/2021). Warga tetap mengadakan shalat Iedul Adha di tengah pemberlakuan PPKM Darurat dengan menerapkan Protokol kesehatan Covid-19 ketat. - (Wihdan Hidayat / Republika)

Dalam pandangan Cendekiawan Muslim sekaligus Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Prof Komaruddin Hidayat, indikator yang menyebabkan kenaikan tingkat spiritualitas masyarakat di masa pandemi adalah karena semakin giatnya orang-orang untuk berdoa kepada Tuhan, khususnya untuk memohon keselamatan dan kesehatan.

Semakin banyaknya waktu di rumah, merujuk pada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, membuat banyak orang memiliki waktu lebih untuk mengikuti forum pengajian virtual maupun menonton video ceramah dan siraman rohani. ‘’Hal ini berujung pada bertambahnya keimanan masyarakat,’’ katanya.

 Untuk menjaga agar religiusitas tetap tinggi, menurut Komaruddin, maka masyarakat perlu  memanifestasikannya dalam karya-karya produktif dan akhlak mulia untuk memajukan bangsa dan umat.  “Iman itu sudah sepatutnya mendorong kemajuan ilmu pengetahuan, amal saleh, dan kerja produktif.’’ 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat