Nurlaili mengajak warga terdampak gempa untuk membentuk komunitas ekonomi. | Istimewa

Uswah

Bina Warga Terdampak Gempa

Nurlaili mengajak warga terdampak gempa untuk membentuk komunitas ekonomi.

OLEH IMAS DAMAYANTI

 

Pertengahan Juli 2018, gempa bumi melanda Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Bencana yang menyisakan duka itu menghilangkan nyawa, merusak infrastruktur, dan otomatis menghilangkan mata pencaharian setempat.

Nurlaili Fadliani menyaksikan betul bagaimana gempa di tahun tersebut memporak-porandakkan Lombok. Sebagai seorang relawan zakat di Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Eli, nama panggilan Nurlaili, menjadi salah satu orang yang terjun langsung ke lapangan dan memberikan dukungan dalam bentuk apa pun yang dimiliki.

Eli menceritakan bagaimana gempa beruntun itu membuat warga panik dan sibuk mencari keselamatan diri masing-masing. Rasa panik akan musibah yang datang itu membekas kuat di benak masyarakat terdampak.

Bencana itu berimbas pada proses trauma healing pun tidak semudah yang dibayangkan. “Ketika trauma healing itu dilakukan kepada mereka, mereka mengerti. Tapi begitu ada gempa susulan, mereka kembali takut. Ini salah satu tantangannya,” kata Eli saat dihubungi Republika, Rabu (14/7).

Di sisi lain, Eli menjabarkan, bantuan berupa logistik, hiburan, pendidikan, dan kesehatan datang kepada masyarakat terdampak. Aspek sesungguhnya yang paling krusial dirasakan pascamusibah adalah ekonomi. Eli menyebut, masyarakat di salah satu desa yang dibina, yakni Desa Menggala, ekonominya bertumpu pada sektor pariwisata.

 
Aspek sesungguhnya yang paling krusial dirasakan pascamusibah adalah ekonomi.
 
 

Usai gempa, ekonomi dari sektor pariwisata tersebut pun menjadi lumpuh. Mau tidak mau, kata Eli, masyarakat harus memiliki sumber ekonomi alternatif yang dapat dijadikan tumpuan hingga sektor pariwisata kembali pulih.

“Selain mental, aspek ekonomi juga penting dibenahi pasca-musibah. Sehingga dalam program Zakat Community Development Baznas, kami juga fokuskan pada aspek ekonomi mustahik yang terdampak musibah,” kata dia.

Eli segera mencari sumber-sumber ekonomi alternaif yang dapat dijadikan tumpuan warga Desa Menggala. Desa ini terkenal dengan komoditas kelapa dan gula aren.

Dia pun mengajak warga setempat untuk turut serta membentuk komunitas ekonomi yang dapat memanfaatkan komoditas lokal yang dapat bernilai tambah. “Akhirnya terbentuklah kelompok, nah kelompok inilah yang kami bina. Selain kelapa dan gula aren, mereka juga mampu menghasilkan produk kerajinan yang bernilai tambah,” kata Eli.

Di Desa Teniga, Eli bercerita, potensi wilayahnya dikenal dengan komoditas yang didominasi oleh pisang, kopi, cokelat, hingga cengkeh. Dari komoditas lokal itu, Eli dan tim Baznas lainnya mengelola dan mengatur sejumlah cara dari hulu ke hilir agar ekonomi masyarakat setempat dapat berputar.

Sebelum adanya pembinaan, salah satu kelompok ekonomi yang mengelola komoditas pisang hanya menghasilkan Rp 1 juta per bulan dari produk keripik pisang. Kini, kata dia, dengan kolaborasi dan pembinaan yang dilakukan maka satu produk kripik pisang dari satu komunitas ekonomi dapat menghasilkan Rp 6 juta per bulan.

Belajar dan berani mencoba

Tak mudah meyakinkan orang untuk mempercayai ide atau pun gagasan baru. Terlebih bagi orang-orang yang baru saja ditimpa musibah. Itulah yang dirasakan Eli ketika mencoba mengajak masyarakat di Desa Menggala dan Desa Teniga untuk berani mencoba dan belajar dari banyak hal yang dialami.

“Awal mengajak masyarakat tentunya sangat susah. Nggak mudah meyakinkan mereka untuk ikut dan mau masuk komunitas ekonomi yang kami bina,” kata Eli.

 
Jangan takut gagal, jangan takut rugi, Allah selalu berikan jalan bagi hamba-Nya yang selalu berusaha.
 
 

Eli melakukan pendekatan dengan kepala desa serta tokoh-tokoh masyarakat setempat. Program tersebut pun lambat laun diterima dengan baik. Kini, terdapat tujuh kelompok binaan di bawah binaan Eli yang terdapat di Lombok. Rinciannya adalah enam kelompok ekonomi, dan satu kelompok binaan keagamaan.

“Kuncinya adalah kita tekankan kepada mereka bahwa jangan pernah takut untuk mencoba dan belajar. Jangan takut gagal, jangan takut rugi, Allah selalu berikan jalan bagi hamba-Nya yang selalu berusaha,” kata dia.

Sebagai seorang ibu, Eli pun meyakini betul bahwa perjalanan hidupnya di bidang sosial-kemanusiaan tak lepas dari takdir yang ditentukan Allah SWT. Begitu pula pekerjaannya sebagai relawan kemanusiaan yang membawa banyak hikmah baginya maupun orang-orang di sekitarnya.

photo
Nurlaili mengajak warga terdampak gempa untuk membentuk komunitas ekonomi. - (Istimewa)

PROFIL

Nama : Nurlaili Fadliani

Tempat Tanggal Lahir : Dusun Teluk Kombal, 21 April 1994

Riwayat aktivitas : Anggota bidang eksternal di Himpunan Mahasiswa Agribisnis

Riwayat Pendidikan : menyelesaikan pendidikan SD 2000-2006 di SDN 3 Pemenang Barat, pendidikan Madrasah Tsanawiyah/SM 2006-2009 di PP Al-Halimy Sesela Gunung Sari, Pendidikan Madrasah Aliyah/SMA 2009-2012 di PP Al-Halimy Sesela Gunung Sari. Pendidikan S1 Pertanian 2012-2018 di Universitas Mataram NTB

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat