Ko Jeong Hee, seorang pelintas dari Korea Utara mengajarkan car memainkan accordion, di Inter-Korean Cultural Integration Center di Seoul, Korea Selatan, beberapa waktu lalu. | (AP Photo/Ahn Young-joon)

Kisah Mancanegara

Menyambut Para Pembelot Korea Utara

Sekitar 34 ribu warga Korea Utara telah ditempatkan di Korea Selatan.

OLEH DWINA AGUSTIN

Sekelompok kecil pembelot Korea Utara berkumpul di sebuah gedung bertingkat tujuh di kota Seoul. Bersama warga Korea Selatan, mereka bermain akordeon, membuat kerajinan tangan, dan belajar bercocok tanam. Kemudian, beberapa orang pergi keluar untuk minum kopi.

"Orang Korea Selatan dan Utara berkumpul di sini, tersenyum dan berbicara satu sama lain. Mereka saling bertanya tentang masa lalu mereka. Beberapa orang (di Korea Selatan, Red) mengatakan orang tua mereka juga berasal dari Korea Utara,” kata Ko Jeong-hee, dalam kisah yang dimuat Associated Press, Rabu (14/7).

Pembelot yang mengajar akordeon di pusat peleburan budaya, Inter-Korean Cultural Integration Center, merasakan kehangatan di tempat itu. Pusat pelatihan yang dibuka tahun lalu itu adalah fasilitas pertama yang dikelola Pemerintah Korea Selatan untuk membaurkan para pembelot Korea Utara dan penduduk setempat. Tujuannya agar mereka saling mengenal melalui kegiatan budaya dan hal-hal yang mereka sukai.

Penyatuan adalah bagian yang dihargai dari retorika politik kedua Korea. Namun, kenyataannya sulit untuk menciptakan satu Korea yang terdiri dari Selatan yang sangat kaya dan sukses dengan Utara yang miskin dan otoriter. Perbedaan kondisi negara ini membuat perwujudan dari rencana semacam itu menjadi sangat rumit.

photo
Pusat kerajinan tangan di Inter-Korean Cultural Integration Center di Seoul, Korea Selatan, 10 Juni lalu. - (Ahn Young-joon/AP)

Penyatuan Korea dalam waktu dekat tampaknya sangat tidak mungkin. Korea Utara tidak stabil secara politik. Program pertukaran antara Korea seperti penyanyi, grup seni, dan pertandingan bola basket telah dibekukan di tengah perselisihan tentang akumulasi senjata nuklir Korea Utara yang terus berlanjut.

Sekitar 34.000 warga Korea Utara telah ditempatkan di Korea Selatan. Mereka melarikan diri dari kemiskinan dan penindasan politik di dalam negeri dalam 20 tahun terakhir atau lebih. Jumlah tersebut sekitar 0,06 persen dari 52 juta penduduk Korea Selatan.

Warga Korea Utara yang membelot ke Korea Selatan diberikan kewarganegaraan, apartemen, uang pemukiman kembali, tiga bulan kursus orientasi sosial, dan tunjangan lainnya. Namun, banyak yang sering didiskriminasi di Selatan. Mereka juga berjuang untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan kapitalistik baru yang harus bersaing secara keras.

Tahun lalu, data resmi menunjukkan upah rata-rata bulanan pembelot adalah sekitar 80 persen dari gaji warga Korea Selatan. Mereka terjebak dengan pekerjaan selama rata-rata 31,6 bulan, kurang dari setengah waktu yang dihabiskan oleh orang Korea Selatan.

photo
Pelintas Yu Hwa-suk menyeka air mata saat diwawancarai di Inter-Korean Cultural Integration Center di Seoul, Korea Selatan, 10 Juni 2021. - (AP Photo/Ahn Young-joon)

Sedangkan angka putus sekolah pembelot ini hampir tiga kali lebih tinggi. Sebuah survei tahun 2019 menunjukkan hanya 9,4 persen responden Korea Selatan yang akan menerima pembelot yang menikah dengan keluarga mereka. Dengan kondisi tersebut, timbul pertanyaan lanjutan dengan nasib mereka ketika Korea bersatu.

"Negara ini tidak dapat merangkul mereka yang secara sukarela melarikan diri dari Korea Utara. Namun, banyak orang menyerukan integrasi dan penyatuan Korea Selatan dan Korea Utara,” kata pembelot yang bekerja sebagai aktivis hak asasi manusia di Korea Selatan selama bertahun-tahun, Son Jung-hoon.

Kondisi itu pun diakui oleh Menteri Unifikasi Lee In-young. Menurutnya, integrasi budaya jauh lebih sulit dan membutuhkan waktu lebih lama daripada penyatuan politik dan kelembagaan.

"Ini adalah perjalanan yang harus kita lalui bersama. Itulah alasan mengapa  Inter-Korean Cultural Integration Center ada," ujar Lee. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat