Pekerja memeriksa tabung oksigen di agen isi ulang oksigen, Jalan A H Nasution, Arcamanik, Kota Bandung, Kamis (24/6/2021). | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Kisah Dalam Negeri

Oksigen Kini jadi Barang Berharga 

Permintaan pasokan oksigen berlipat ganda di tengah lonjakan penularan Covid-19.

OLEH BAYU ADJI P, FEBRYAN A

Lonjakan Covid-19 terjadi di sejumlah daerah, mengantarkan Indonesia kembali pada masa-masa lonjakan awal 2021 lalu. Ranjang-ranjang di berbagai rumah sakit penuh terisi, kematian terus meningkat. Republika meliput situasi kebingungan dan keresahan itu di akar rumput. Berikut tulisan bagian terakhirnya.

Iqbal (35 tahun), seorang warga Cipanas, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Jawa Barat, belum lagi lepas berduka. Saat dihubungi Republika, ia baru saja kehilangan kerabatnya yang berpulang pada Rabu (23/6).

Alkisah, sang kerabat yang ia minta tak disebutkan namanya itu dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19 pada Ahad (20/6). "Sudah dilaporkan ke Puskesmas, tapi karena tak ada gejala, diisolasi di rumah," kata dia.

Sang kerabat yang lanjut usia tersebut menjalani isolasi dengan didampingi salah satu anaknya. Menurut Iqbal, pada Senin (21/6), pasien mulai mengalami gejala sesak napas. "Keluarga ingin pasien dirawat di rumah sakit agar ada penanganan. Namun, kata orang Puskesmas, pasien masuk waiting list karena rumah sakit pada penuh," kata dia.

Iqbal mengatakan, petugas dari Puskesmas menyarankan memberikan oksigen kepada pasien. Alhasil, pihak keluarga mencari oksigen secara mandiri di berbagai lokasi di Garut. 

photo
Tenaga kesehatan memperbaiki selang oksigen pasien positif Covid-19 di RSUD Kota Bogor, Jawa Barat, Ahad (20/6).  Republika/Putra M. Akbar - (Republika/Putra M. Akbar)

Sejak Senin itu, butuh waktu lama hingga membuahkan hasil. Baru pada Selasa (22/6) malam tabung kecil oksigen didapat. “Setelah nyari-nyari, baru dapat malam-malam. Beli susah karena rebutan juga kayaknya,” tutur Iqbal.

Selepas Isya, sang pasien baru sempat diberi bantuan oksigen. Namun, waktu pasien tersebut di dunia sudah berakhir. "Keluarga juga berusaha cari ruangan ke beberapa rumah sakit. Namun jawaban dari rumah sakit semua penuh," kata dia. “Akhirnya pasien nggak bisa dibawa ke rumah sakit. Tadi pagi meninggal dunia," kata Iqbal.

Kepala Puskesmas Cipanas, Khusnul Khotimah mengaku sempat memberikan saran agar pasien diberi oksigen. "Tapi karena pasien banyak di Puskesmas, kami tak sediakan untuk pasien di rumah. Karena terbatas juga," kata dia kepada Republika, kemarin. “Memang waktu itu pasien kita lagi banyak,” ia melanjutkan.

Menurut dia, lazimnya pihak keluarga membeli sendiri kemudian dipandu Puskesmas untuk pemasangannya. Prosedur tersebut juga dilakukan terhadap kerabat Iqbal yang berpulang itu. 

Permintaan meningkat

Di Manggarai, Jakarta Selatan, Republika menemui lima pria berperawakan tegap tak henti-hentinya mengangkat tabung-tabung besi itu sedari siang hingga senja. "Tunggu dulu, tangan gua sakit ini abis ngangkat" kata salah satu pria itu ketika tabung yang harus diangkat datang lagi di depot isi ulang oksigen CV Rintis Usaha Bersama (RUB) di Jalan Minangkabau, Rabu (23/6). 

photo
Pekerja mengangkat tabung oksigen di depot pengisian oksigen medical, Manggarai, Jakarta, Jumat (18/6/2021). Menurut pemilik depot pengisian oksigen, Ervan, permintaan oksigen pada seminggu terakhir mengalami peningkatan 50 persen seiring jumlah pasien Covid-19 di DKI Jakarta mengalami lonjakan. - (Republika/Thoudy Badai)

Di ruko tiga petak itu pada Rabu siang, pembeli seperti tak ada habisnya. Satu pergi, datang lagi dua pembeli. Begitu terus hingga malam tiba. "Pinggang karyawan udah pada sakit. Istirahat cuma sempat siang buat makan, habis itu udah lanjut lagi," kata Rizal, salah satu pengelola depot kepada Republika

Ervan, yang juga pengelola depot itu, menyebut, kebanyakan pembeli adalah warga untuk kebutuhan sanak saudara yang sedang sakit, salah satunya Covid-19. Lonjakan kasus di DKI Jakarta belakangan memicu gelombang pembelian tabung oksigen.

Salah satunya Nurul (30 tahun). Dia membeli tabung oksigen kapasitas dua kubik berserta isi untuk sepupunya yang sudah delapan hari terjangkit Covid-19. "Dia isolasi di rumah karena rumah sakit penuh semua. Tapi sekarang kondisinya sedang parah karena ada penyakit penyerta paru-paru. Makanya saya beliin oksigen" kata Nurul.

Ia mengatakan, pembeli oksigen isi ulang sudah meningkat sejak pandemi. Namun, lima hari terakhir peningkatan sampai membuat dia dan karyawan "tidak bisa istirahat sejak pagi". Lima hari terakhir, kata dia, penjualan naik dua kali lipat jika dibanding hari-hari sebelumnya. 

photo
Pekerja mengangkat tabung oksigen di depot pengisian oksigen medical, Manggarai, Jakarta, Jumat (18/6/2021). - (Republika/Thoudy Badai)

Pada awal Juni, rata-rata per hari ada 50 tabung kapasitas satu kubik yang harus diisi. Sedangkan lima hari terakhir, rata-rata per hari 100 tabung. 

"Kita nggak pernah kehabisan stok sih. Cuma sekarang udah mulai rebutan juga dapat pasokan oksigen dari pabrik karena permintaan tinggi di mana-mana," kata Ervan. 

Ervan mengatakan, tak ada rumah sakit yang berlangganan di depotnya. Hanya ada empat Puskesmas. Mayoritas pelanggannya memang masyarakat umum. Oleh karenanya, lonjakan pengisian terjadi pada tabung kapasitas satu kubik --jenis tabung yang biasanya digunakan warga.

Meski senang omzet usaha depot oksigen milik keluarganya naik, Ervan menduga warga berduyun-duyun membeli tabung atau mengisi ulang oksigen hanya karena panic buying. Warga takut tak kebagian oksigen ketika keluarganya terjangkit Covid-19. Sebab, sudah tersebar informasi bahwa rumah sakit penuh dan stok oksigen isi ulang mulai menipis di beberapa daerah lain. 

Evan tak bisa berlama-lama bercerita dengan Republika. Sebab, pembeli oksigen sudah mengantre lagi. Ia pun segera kembali mengisi oksigen ke tabung-tabung besi itu. Dan, lima pekerja bertubuh tegap tadi masih saja mengangkat-angkat tabung saat cahaya matahari sudah berganti dengan sorot lampu jalanan. 

photo
Warga usai mengisi ulang tabung oksigen ukuran satu kubik di Abadi Oxygen, Yogyakarta, Selasa (22/6/2021). Sejak sepekan terakhir pengisian ulang tabung oksigen naik hampir 70 persen. - (Wihdan Hidayat / Republika)

Mawardi Djosan (66 tahun), pemiliki kios tabung oksigen di Kelurahan Jatiluhur, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi mengatakan, kiosnya kerap kedatangan pelanggan baru dalam dua pekan terakhir. Pelanggan baru yang ia maksud adalah para penyintas Covid-19 yang sudah dinyatakan negatif dari tes usap PCR. 

“Sekitar dua pekan terakhir, memang oksigen banyak yang cari,” kata Adi, sapaan akrabnya saat ditemui Republika, Rabu (23/6). Dia menuturkan, para pelanggan baru itu kebanyakan mengeluhkan sesak napas pasca Covid, sehingga mereka memerlukan oksigen tambahan.

Di samping itu, tingginya jumlah pasien Covid-19 yang memenuhi rumah sakit saat ini juga mempengaruhi permintaan oksigen di kiosnya. “Sekarang yang gejala ringan biasanya disuruh pulang. Jadi mereka isolasi mandiri di rumah. Lalu cek saturasi mandiri menggunakan oxymeter. Kalau mereka tahu kadar oksigennya sudah di bawah 90, mereka beli oksigen,” tutur dia. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat