Petugas memakamkan jenazah pasien Covid-19 di TPU Rorotan, Jakarta, Selasa (15/6/2021). | Republika/Putra M. Akbar

Tajuk

Kosongkan Ego Kita

Waktunya kita belajar dari pengalaman di negeri kita sendiri sejak awal Covid-19.

Angka kasus positif Covid-19 di Tanah Air terus meningkat. Hingga Ahad (20/6), total orang yang menderita virus ini bahkan hampir menyentuh angka dua juta orang. Tak hanya itu, kasus meninggal juga mengalami kenaikan signifikan, yaitu mencapai 54.662 orang.

Di beberapa daerah, lonjakan kasus terus mencatatkan rekor baru. Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 setempat melaporkan 665 kasus baru pada 20 Juni 2021. Penambahan ini menjadikan DIY kembali mencatatkan rekor baru penambahan kasus harian setelah sebelumnya menembus angka 638 pada 19 Juni kemarin.

Di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, angka kematian pasien Covid-19 pada Juni 2021 mencapai rekor tertinggi selama pandemi. Hingga 17 Juni, tercatat sudah 29 pasien Covid-19 yang meninggal dunia. Padahal, angka tertinggi sebelumnya hanya mencapai 26 kasus kematian dalam sebulan.

 
Ini memperlihatkan fakta yang mau tidak mau harus kita terima. Fakta bahwa penyebaran virus Covid-19 belum mereda dan bahkan terus meningkat tajam.
 
 

Ini hanya sekelumit kecil dari kasus-kasus lain yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Ini memperlihatkan fakta yang mau tidak mau harus kita terima. Fakta bahwa penyebaran virus Covid-19 belum mereda dan bahkan terus meningkat tajam. Rumah sakit dan fasilitas kesehatan untuk menangani pasien Covid-19 juga semakin penuh. Di beberapa wilayah, rumah sakit bahkan harus terpaksa menolak pasien karena keterbatasan tempat.

Beberapa waktu lalu, kita diperlihatkan kenyataan pahit yang terjadi di belahan dunia lain. Di India, angka penyebaran Covid-19 tiba-tiba melonjak tajam. Pemandangan mayat-mayat yang diletakkan atau dibakar di jalan kita saksikan hampir setiap hari di berbagai media.

Melihat hal itu, ajakan (atau bahkan peringatan) agar hal serupa tidak terjadi di Indonesia terus disuarakan. Akan tetapi, hasilnya, Indonesia sepertinya tetap menuju arah yang sama dengan India. Angka penderita Covid-19 terus melonjak dan naik tajam.

Momentum libur Lebaran dan mudik kemarin disebut-sebut menjadi salah satu indikator melonjaknya angka penderita korona saat ini. Kita bisa simpulkan bahwa masyarakat belum mampu menahan ego untuk tidak bepergian ke kampung halaman dan objek wisata.

 
Kini, waktunya kita belajar dari pengalaman. Yaitu dari pengalaman yang terjadi di negeri kita sendiri sejak awal Covid-19 ditemukan di Tanah Air dan pengalaman yang terjadi di negara lain.
 
 

Meskipun pemerintah telah mengeluarkan larangan mudik pada 22 April hingga 24 Mei, nyatanya lima dan enam juta orang masih berpindah antarkota di dua pulau terpadat di Indonesia, yaitu Jawa dan Sumatra.

Menanggapi hal itu, beberapa ahli bahkan menuding pemerintah gagal dalam menjalankan kebijakan untuk membatasi pergerakan masyarakat. Alih-alih, pemerintah malah disibukkan dengan politik dan urusan remeh temeh lainnya lantaran akan menghadapi pemilu beberapa tahun mendatang. 

Kini, waktunya kita belajar dari pengalaman. Yaitu dari pengalaman yang terjadi di negeri kita sendiri sejak awal Covid-19 ditemukan di Tanah Air dan pengalaman yang terjadi di negara lain.

Karena semuanya belum terlambat. Ada fakta lain, yaitu bahwa negara-negara maju telah berhasil menekan pandemi. Hal ini dilakukan antara lain dengan program vaksinasi massal yang didukung oleh pengujian yang efektif dan pelacakan kontak.

Karena itu, sudah waktunya untuk mengosongkan ego kita masing-masing. Masyarakat menurunkan ego untuk menjaga pergerakan dan menerapkan protokol kesehatan dengan lebih ketat. Kita tidak boleh membiarkan virus menyebar lebih luas lagi.

Sementara itu, pemerintah dan para elite juga harus menurunkan ego untuk lebih serius dan tegas menangani permasalahan yang terkait dengan Covid-19. Jangan malah ikut-ikutan sibuk bermanuver untuk melanggengkan kekuasaan namun abai dengan deretan nama yang telah menjadi korban.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat