Petugas merapikan susunan produk UMKM yang ditawarkan di Gedung SMESCO, Jakarta, beberapa waktu lalu. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta perbankan mewaspadai zombie firm atau perusahaan zombi. | ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Ekonomi

OJK Minta Perbankan Waspadai Perusahaan Zombi

Per April 2021, restrukturisasi perbankan tercatat mencapai Rp 775,32 triliun dari 5,29 juta nasabah.

JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta perbankan mewaspadai zombie firm atau perusahaan zombi. Istilah itu merujuk kepada perusahaan yang sebenarnya sudah tidak mampu lagi bertahan tetapi masih memanfaatkan kebijakan restrukturisasi. Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, perbankan harus mulai memilah-milah portofolio nasabah dan aktif melakukan pencadangan.

"Tolong perbankan mulai mencadangkan secara gradual. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Nanti kalau ada nasabah yang tidak bisa pulih, kita sudah preemptive cadangkan," katanya dalam webinar yang digelar Badan Pemeriksa Keuangan pada Selasa (15/6).

 
Kita harus sudah pilah-pilah mana nasabah yang sudah bisa recover.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso
 

Wimboh melanjutkan, perbankan sebaiknya mulai mengenali nasabah yang memang sudah tidak bisa pulih dan bersiap untuk melakukan write-off. Karena itu, pencadangan akan membantu bank untuk tetap stabil di tengah kondisi pemulihan.

Pemeriksaan pada nasabah-nasabah restrukturisasi juga diperlukan untuk mengenali nasabah yang sudah siap untuk pulih. Wimboh memberi wanti-wanti bahwa kebijakan restrukturisasi bisa segera dinormalkan meski tidak dalam waktu dekat.

"Jika benar sudah pulih, kita akan normalkan lagi. Suatu saat kita tidak tahu kapan, kita belum tentukan. Tapi, kita harus sudah pilah-pilah mana nasabah yang sudah bisa recover," katanya.

photo
Menteri Keuangan Sri Mulyani (tengah), Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kiri), dan Ketua DK OJK Wimboh Santoso (kanan) mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (14/6). Raker tersebut membahas evaluasi perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan kuartal I 2021. - (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Wimboh mengatakan, tren permintaan restrukturisasi sudah menurun dan saat ini tercatat sebesar Rp 775 triliun. Wimboh mengakui, restrukturisasi memengaruhi lambatnya transmisi penurunan suku bunga acuan pada suku bunga dasar kredit (SBDK) perbankan.

Ini bisa terjadi karena dana Rp 775 triliun tersebut adalah dana nasabah yang menunda pembayaran bunga dan didanai oleh dana masyarakat melalui program PEN yang tetap harus dibayar oleh bank. Wimboh mengatakan, ini adalah beban bagi sektor perbankan. "Ini yang membuat percepatan penurunan suku bunga bank tidak secepat penurunan BI Rate," katanya.

Menurut Wimboh, kebijakan yang akan menjadi pengubah situasi adalah vaksinasi untuk meningkatkan mobilitas. Dengan mobilitas yang naik, permintaan kredit diproyeksi juga akan terus membaik.

Per April 2021, restrukturisasi perbankan tercatat mencapai Rp 775,32 triliun dari 5,29 juta nasabah. Sebanyak Rp 299,15 triliun di sektor UMKM dari 3,71 juta nasabah dan Rp 476,16 triliun di sektor non-UMKM dari 1,58 juta debitur. Sementara itu, restrukturisasi perusahaan pembiayaan per Juni 2021 tercatat Rp 203,1 triliun dari 5,12 juta kontrak.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (@ojkindonesia)

Tren restrukturisasi ini telah melandai sejak akhir 2020. Pada Desember 2020 tercatat restrukturisasi mencapai Rp 829 triliun. Jumlah debiturnya pun terus menurun. Sementara itu, suku bunga dasar kredit (SBDK) per April 2021 sudah mencapai 9,8 persen atau turun 45 basis poin dibandingkan dengan Desember 2019.

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terus mendorong agar permintaan kredit meningkat. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, pertumbuhan kredit per April 2021 masih mengalami kontraksi sebesar 2,28 persen (yoy). Akan tetapi, Bank Indonesia optimistis dapat mengejar target pertumbuhan kredit sebesar 5-7 persen tahun ini. "Memang sekarang masih negatif, tapi nanti semakin membaiknya kondisi pemulihan ekonomi maka akan lebih baik lagi," kata Perry.

Pemulihan ekonomi diyakini terjadi dengan melihat sejumlah prospek baik di tingkat global maupun nasional. Pemulihan ekonomi nasional yang ditaksir BI sekitar 4,1-5,1 persen pada 2021 akan didorong oleh sisi ekspor.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat