Suasana Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) di SMAN 8 Jalan Solontongan, Kota Bandung, Selasa (15/6/2021). | Edi Yusuf/Republika

Tajuk

Menimbang PTM Terbatas

Kita tak ingin sekolah menjadi klaster penyebaran Covid-19 karena PTM digelar.

Mestinya mulai bulan Juli nanti para pelajar dan mahasiswa sudah bisa menikmati pembelajaran tatap muka (PTM).  Namun melihat angka penularan Covid-19 yang mengalami kenaikan signifikan, kebijakan  itu mesti dipertimbangkan lagi.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim  kemarin menyatakan, kebijakan memulai pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas pada Juli mendatang tetap berlanjut. Namun, sekolah bisa menghentikan PTM terbatas apabila di daerahnya diterapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro.

Kita memang sangat khawatir dengan perkembangan yang terjadi. Peningkatan kasus Covid-19 di sejumlah provinsi mencapai angka di atas 100 persen. Bahkan untuk daerah tingkat II ada yang mencapai 300 persen.

 
Perkembangan tak  mengenakkan ini tentunya berimbas pada rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya, termasuk PTM.
 
 

Perkembangan tak  mengenakkan ini tentunya berimbas pada rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya, termasuk PTM.  Sejumlah daerah sebelumnya  sudah melakukan uji coba PTM agar pelaksanaan pada Juli nanti bisa berjalan lancar.

Dengan perkembangan terbaru, mau tak mau penerapan PTM terbatas pada Juli nanti harus benar-benar dievaluasi. Hanya daerah dengan angka Covid-19 yang rendah saja yang boleh melakukan PTM. Itupun tak otomatis.

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri tentang Panduan Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19 yang ditetapkan pada 30 Maret 2021, satuan pendidikan diwajibkan menyediakan layanan pembelajaran tatap muka terbatas apabila pendidik dan tenaga kependidikan telah divaksinasi secara lengkap. 

 
Kita tentu tak ingin sekolah nantinya menjadi klaster penyebaran Covid-19.
 
 

Sekolah bebas menentukan waktu sekolah, apakah sepekan sekali atau sepekan dua kali. Yang jelas  sekolah harus menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin.

Kita tentu tak ingin sekolah nantinya menjadi klaster penyebaran Covid-19. Kendati sebagian tenaga pengajar sudah mendapatkan vaksin Covid-19 tapi itu tak menjamin bahwa mereka kebal 100 persen dari virus tersebut. Jadi resiko penyebaran tetap besar, apalagi dengan jumlah kasus yang semakin naik seperti saat ini.

Kita berharap pemerintah daerah khususnya, menerapkan PTM dengan sangat bijak. Kendati di suatu daerah tidak diterapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro, tapi tidak otomatis sekolah atau perguruan tinggi bisa melaksanakan PTM terbatas. Hanya sekolah atau perguruan tinggi yang benar-benar siap melaksanakan protokol kesehatan yang boleh melaksanakan PTM.

Pembelajaran jarak jauh yang sudah berlangsung lebih dari setahun ini memang merugikan siswa, orang tua, dan guru. Banyak keluhan yang mengatakan pembelajaran jarak jauh tidak effektif. Para pelajar tentu sudah merindukan untuk kembali belajar secara normal.

Tapi kita dihadapi dengan situasi yang sangat sulit, dimana pandemi Covid-19  bukan hanya belum berhasil ditanggulangi, tapi justeru makin mengkhawatirkan. Untuk kebaikan bersama, barangkali kita perlu bersabar untuk menggelar PTM terbatas sampai situasinya benar-benar kondusif.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat