Ilustrasi aksi masyarakat mendukung Palestina. | Republika/Abdan Syakura

Khazanah

Jurnalisme dan Inspirasi Filantropi Membantu Palestina

Republika ikut berkontribusi mendakwahkan filantropi untuk membantu masyarakat Palestina yang dijajah Israel.

OLEH UMAR MUKHTAR

Muhammadiyah Jawa Barat menyelenggarakan agenda bertajuk ‘’Rabu Buku’’ yang mengulas buku berjudul Jurnalisme Filantropi karya Roni Tabroni. Dalam agenda yang digelar secara daring pada Rabu (9/6) malam itu, pimpinan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Rizaludin Kurniawan, hadir dan turut mengulas buku tersebut.

Dia mengatakan, semua perusahaan memerlukan citra yang positif agar produknya laris. Namun, hal ini agak berbeda dengan lembaga filantropi.

"Bagi lembaga filantropi, yang dibutuhkan lebih dari citra, beyond dari citra positif, karena ujungnya adalah trust. Kami tidak menjual produk, tetapi kami menjual citra supaya dipercaya,’’ kata dia.

Peran lain jurnalisme dalam filantropi, papar Rizaludin, yaitu sebagai alat mempromosikan kegiatan kedermawanan sosial sebuah lembaga. Dalam konteks agama, ada filantropi Islam, seperti zakat, infak, sedekah, dan wakaf. Ini perlu bersinergi dengan media massa untuk pemberitaan karena masih banyak orang yang tidak sadar tentang kewajibannya dalam filantropi.

"Lembaga filantropi perlu terkenal. Tidak apa-apa sebuah lembaga menjadi terkenal karena ini mendorong calon-calon donatur untuk berdonasi dan menjadi tahu dan yakin kepada lembaga tersebut," ucapnya.

Apalagi, Rizaludin mengakui, saat ini sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, pemahaman zakat di Indonesia masih tergolong moderat, mendekati rendah. Skor pemahaman dasar zakat mencapai 72,21 yang berarti tingkat literasinya moderat. Sedangkan, skor pemahaman lanjutan zakat berada di angka 56,68 yang artinya rendah. Untuk skor indeks literasi zakat, ada di angka 66,78.

Karena itu, menurut Rizaludin, literasi zakat muzaki ataupun amil sangat penting dalam pengelolaan zakat karena memengaruhi minat membayar zakat dan kepercayaan lembaga pengelola zakat. "Maka, jurnalisme menjadi sebuah keniscayaan untuk meningkatkan literasi muzaki," ucapnya.

Sementara itu, Wakil Redaktur Pelaksana Harian Republika yang turut hadir dalam forum tersebut, Heri Ruslan, mengapresiasi Roni yang telah berani memunculkan istilah baru dalam jurnalisme, yakni jurnalisme filantropi. Namun, dia mengatakan, dalam buku itu, penulis belum berani memberikan definisi yang jelas soal jurnalisme filantropi.

"Ini PR bagi penulis dan akademisi lain untuk kemudian mendalami dan memberikan batasan-batasan yang jelas," ujarnya.

Menurut Heri, pemaknaan jurnalisme filantropi ini memang luas. Misalnya, pada apa yang dilakukan Harian Republika terhadap konflik antara Palestina dan Israel. Republika menyajikan pemberitaan seputar itu di halaman depan selama beberapa pekan.

Pemberitaan tersebut kemudian memicu gerakan filantropi dengan menggalang dana bantuan untuk Palestina. Ketika media massa di Indonesia mengekspos konflik antara Israel dan Palestina, lanjut Heri, di Indonesia terjadi gerakan donasi untuk Palestina.

"Bayangkan, jika media tidak mengekspos dan tidak memberitakan, apa mungkin masyarakat Indonesia akan bisa memberikan bantuan, termasuk Republika yang juga menggalang donasi untuk Palestina.’’

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat