Ilustrasi menanam pohon sebagai upaya menjaga kelestarian lingkungan. | Wahdi Septiawan/ANTARA FOTO

Jakarta

Jaga Lingkungan Tetap Lestari

Kelestarian lingkungan menandakan keberlangsungan kehidupan.

JAKARTA — Pemadaman lampu di DKI Jakarta dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada Sabtu (5/6) telah mengurangi emisi karbon mencapai 118,54 ton. Emisi karbon yang berkurang saat pemadaman lampu memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia itu meningkat hampir empat kali lipat dibandingkan pemadaman listrik untuk memperingati Hari Bumi pada 24 April 2021.

"Estimasi penurunan emisi karbon pada 24 April 2021 sebanyak 29,90 ton. Pada 5 Juni 2021 sebanyak 118,54 ton," ujar Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Syaripudin dalam keterangannya di Jakarta, Ahad.

Sedangkan penurunan emisi karbon terbesar sampai saat ini masih terjadi saat peringatan Earth Hour 27 Maret lalu. Pemadaman lampu saat itu mampu menurunkan emisi karbon sebesar 292,3 ton. Total, penurunan emisi karbon karena adanya aksi pemadaman lampu mencapai 440,74 ton.

Tercatat, ada tiga kebijakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang berperan menurunkan emisi karbon tersebut, yakni Surat Edaran Nomor 3/SE/2021 tentang Pemadaman Lampu saat Earth Hour, Surat Edaran Nomor 4/SE/2021 tentang Pemadaman Lampu saat Hari Bumi dan Instruksi Gubernur DKI Nomor 14 Tahun 2021.

Yang disebut terakhir adalah instruksi untuk memadamkan lampu selama 60 menit pada Sabtu (5/6). Menurut Syaripudin, aksi tersebut berhasil menghemat pemakaian bahan bakar minyak (BBM) sebanyak 49 kiloliter, dengan estimasi rupiah yang dihemat mencapai Rp 181,4 juta.

Langkah ini sejalan dengan komitmen Indonesia sebagai salah satu negara yang aktif dalam meratifikasi Perjanjian Paris (Paris Agreement) yang merupakan upaya global dalam mengatasi dampak dari perubahan iklim di dunia.

Lestarikan satwa dan lingkungan

Pengelola destinasi wisata diajak berkontribusi melestarikan satwa dan lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan kepedulian terhadap kelestarian binatang dan alam yang menjadi daya dukung kehidupan.

Head of Social, Branding, and Communication Jakarta Aquarium dan Safari (JAQS) Fira Basuki mengatakan pentingnya semua pihak untuk peduli terhadap pelestarian satwa dan lingkungan termasuk pengelola destinasi wisata.

"Kami bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu dan Yayasan Puteri Indonesia misalnya juga telah melepasliarkan penyu dan tukik sebagai wujud tanggung jawab kami sebagai sebuah lembaga konservasi yang peduli terhadap pelestarian satwa dan lingkungan," ujarnya.

Selain mendukung pelestarian satwa liar, pihaknya yang berperan sebagai pusat konservasi dan pendidikan juga memfasilitasi pendidikan dan meningkatkan kesadaran spesies, kepentingan ekologis mereka bagi alam dan bagi manusia, serta apa yang mengancam mereka.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Dinas Lingkungan Hidup DKI (dinaslhdki)

"Menyelamatkan dan merehabilitasi penyu adalah salah satunya. Kegiatan ini memungkinkan kami untuk mengambil hewan yang sakit, rusak, atau lemah, terkena sengatan panas, tertangkap dalam alat tangkap misalnya, dan mengembalikannya ke kesehatan penuh sehingga mereka dapat dilepasliarkan ke alam liar dengan setiap kesempatan untuk berhasil dalam hidup dan terus berkembang biak," katanya.

Seekor penyu dan puluhan ekor tukik dilepasliarkan di Pantai Cikaya, Pulau Karya, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, yang diwakili oleh Aaron Morgan Jupp, kurator JAQS dan Putu Ayu Saraswati, Puteri Indonesia Lingkungan 2020 dan didampingi tim Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu, Pulau Pramuka, dan tim Jakarta Aqurium dan Safari. Satwa yang dilepaskan adalah seekor penyu dewasa berjenis penyu sisik atau hawksbillseaturtle (Eretmochelys imbricata) dan 30 tukik.

Kegiatan pelestarian lingkungan tersebut dilakukan sekaligus memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada 5 Juni 2021.Pelaksana Tugas (Plt) Lurah Pulau PanggangIskandar mengatakan pihaknya menyambut baik kegiatan tersebut, sebagai salah satu upaya mempromosikan pariwisata Kepulauan Seribu yang memiliki potensi untuk dikembangkan.

"Diharapkan kegiatan ini dapat memberikan dampak yang baik bagi pengembangan pariwisata yang berbasiskan masyarakat. Dan kegiatan tersebut dapat berkelanjutan," ujarnya.

Putu Ayu Saraswati menyatakan kegembiraannya ketika turut serta dalam kegiatan pelepasliaran penyu ini.Ayu berkata Pulau Seribu bukan hanya tempat rekreasi, tapi kombinasi edukasi dan konservasi yang berdampak baik untuk lingkungan sekitar. "Jika kita dapat menjaga satwa dan lingkungan dengan baik tentu akan berdampak secara ekonomi, sosial, dan juga budaya," katanya.

Selain pelepasan penyu, kegiatan lainnya adalah penanaman mangrove dilakukan di Pulau Pramuka sebanyak 50 batang, satu frame transplantasi tanam lamun.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Kementerian LHK (kementerianlhk)

Berang-berang dilepasliarkan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Komunitas Ciliwung Depok melepasliarkan tiga individu berang-berang cakar kecil (Aonyx cinereus) di Sungai Ciliwung, Grand Depok City (GDC), Kota Depok, Jawa Barat pada Sabtu (5/6). Momen pelepasan dilakukan bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia.

Direktur Konservasi keanekaragaman Hayati Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, Indra Eksploitasia, mengajak generasi muda agar senantiasa menjaga dan melestarikan satwa liar milik negara di habitat alami. Indra mengatakan, kegiatan itu tidak hanya melepas, tetapi juga bentuk tanggung jawab agar menjaga berang-berang dapat hidup secara alami dan berkembang biak.

Ketiga individu berang-berang jantan yang dilepasliarkan tersebut diberi nama Tegal (8), Alur (7), dan Onyx (5). Ketiganya merupakan hasil penyerahan masyarakat secara sukarela ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta.

Spesies karnivora tersebut kemudian menjalani serangkaian proses rehabilitasi di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tegal Alur, yang dikelola Balai KSDA DKI Jakarta. Selama lebih satu tahun, tiga satwa itu dipelihara sampai akhirnya dinyatakan sehat dan siap untuk dilepasliarkan.

Indra menjelaskan, dipilihnya Ciliwung, khususnya di wilayah Depok sebagai lokasi pelepasliaran karena vegetasinya masih bagus. Ciliwung yang memiliki panjang aliran 120 kilometer tersebut cocok menjadi habitat berang-berang, yang memang menyukai kawasan basah. Indra menambahkan, dengan adanya berang-berang di sungai, artinya ikan sebagai pakan sudah banyak.

"Harapan kami kegiatan ini tidak hanya seremoni, tetapi kita semua dapat menghayati dan mengamalkan arti hari lingkungan hidup dalam kehidupan sehari-hari. Sungai Ciliwung dapat menjadi habitat yang baik untuk satwa dan penyangga kehidupan manusia," ucap Indra.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat