Sejumlah pasien COVID-19 berada di kawasan karantina Rusunawa Bakalankrapyak, Kudus, Jawa Tengah, Selasa (1/6/2021). Rusunawa dengan kapasitas 75 tempat tidur itu untuk karantina pasien COVID-19 yang melonjak pascalebaran di wilayah itu. | ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho

Tajuk

Tetap Kerja Ekstra

Pemerintah termasuk pemda mau tidak mau dituntut mengantisipasi lonjakan kasus.

Kasus baru Covid-19 di Tanah Air belum sepenuhnya nihil. Satgas Penanganan Covid-19 mengungkapkan, sebanyak 5.832 kasus baru Covid-19 tercatat pada Ahad (6/6). Secara kumulatif, kasus positif di negara kita mencapai 1.856.038.

Di sejumlah daerah, ada peningkatan kasus setelah libur Lebaran. Terkait hal ini, pada akhir Mei lalu, Menkes Budi Gunadi Sadikin memprediksi, puncak kenaikan terjadi pada lima hingga tujuh pekan setelah libur Lebaran atau akhir Juni 2021. Ini merujuk pengalaman empiris.   

Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, salah satu yang menjadi perhatian. Dalam konteks ini, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menyampaikan keprihatinannya atas peningkatan kasus Covid-19 di Kudus. Ia berharap ada langkah intens dalam mengendalikannya.

Hal ini ia sampaikan saat bersama Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Ganip Warsito melakukan kunjungan kerja penanganan pandemi Covid-19 ke Kabupaten Kudus, kemarin.

Seperti dilansir kantor berita Antara, kapolri memperoleh data, jumlah yang terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 7.975 orang, sembuh 5.918 orang, dan meninggal dunia 659 orang. Jumlah ketersediaan tempat tidur di tujuh rumah sakit kian menipis.

Dari 393 tempat tidur isolasi yang tersedia, sudah terisi 359 tempat tidur atau sebanyak 91 persen. Sementara itu, di ruang ICU, dari 41 tempat tidur yang tersedia sudah terisi 38 tempat tidur atau sebanyak 92 persen.

 

 
Pemerintah termasuk pemda mau tidak mau dituntut mengantisipasi lonjakan kasus. 
 
 

Setelah Lebaran 2021, Kabupaten Kudus menjadi wilayah dengan status terkonfirmasi Covid-19 tertinggi di Jawa Tengah. Dengan kondisi itu, membuat Kudus dalam kondisi yang kurang baik, apalagi terjadi penambahan kasus aktif di wilayah sekitarnya.

Di tempat terpisah, Satgas Covid-19 Pemkab Bangkalan di Pulau Madura, Jatim, menutup layanan IGD di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu, setelah ada tenaga medis yang bertugas di Unit Organisasi Bersifat Khusus terkonfirmasi terpapar virus korona jenis baru.

Direktur RSUD Bangkalan, dr Nunuk Kristiani menyatakan, IGD sementara ditutup karena ada tenaga medis positif korona, bahkan ada yang meninggal dunia. Penutupan dilakukan sejak 5 Juni 2021 hingga 8 Juni. Bisa diperpanjang jika masih mengkhawatirkan.

Menurut Satgas Covid-19 Pemkab Bangkalan, pascalibur Lebaran, 48 orang terkonfirmasi positif Covid-19 dan delapan orang meninggal dunia. Dari jumlah itu, sebagian di antaranya tenaga medis yang bertugas di IGD RSUD Bangkalan.

Karena itu, semua pihak memang masih perlu bertindak waspada dan bersabar. Pemerintah termasuk pemda mau tidak mau dituntut mengantisipasi lonjakan kasus. Dengan demikian, jika hal yang tak diinginkan terjadi, mereka telah siap.

 

 
Potensi lonjakan kasus dari belajar tatap muka juga ada, lagi-lagi jika tak dipersiapkan dengan baik. 
 
 

Maka itu, pasien kasus positif Covid-19 dapat ditangani dengan baik. Di sisi lain, pemda mesti bekerja ekstra memastikan masyarakat taat protokol kesehatan. Mesti gigih mengedukasi dan mendisiplinkan masyarakat agar mengikuti aturan.  

 

Tentu saja, pemerintah teladannya. Jangan sampai, aturan yang ditetapkan dilanggar sendiri oleh pemerintah sehingga pupus rasa percaya mereka pada pemerintah. Apalagi, pada Juli mendatang direncanakan, para siswa sudah mulai belajar dengan tatap muka.

Potensi lonjakan kasus dari belajar tatap muka juga ada, lagi-lagi jika tak dipersiapkan dengan baik. Apalagi, kita tak bisa menjamin, apakah sekolah dapat sepenuhnya memastikan para siswanya tetap menaati protokol kesehatan.

Kesadaran masyarakat dan kebijakan pemerintah yang konsisten, tentu dapat menekan angka positif Covid-19 hingga tingkat terendah. Saat ini, kita belum bisa berleha-leha karena penambahan kasus masih ada.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat