Abu Amsha (6 tahun) duduk di kamarnya yang rusak terdampak serangan roket Israel di Beit Hanoun, Jalur Gaza dalam serangan 11 hari pada Mei 2021 lalu. | AP/John Minchillo

Internasional

WHO: 200 Ribu Warga Palestina Terdesak

WHO menyebut semua wilayah Palestina membutuhkan bantuan kesehatan ”yang di luar dugaan”.

GAZA CITY -- Pejabat dari PBB dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) telah mengunjungi Jalur Gaza setelah wilayah yang dikepung Israel itu dibom selama 11 hari. Mereka meninjau dampak kerusakan terhadap rumah, sekolah, rumah sakit dan infrastruktur penting lainnya.

Pihak berwenang kesehatan Gaza mencatat serangan Israel yang dimulai pada 10 Mei lalu menewaskan 254 warga Palestina termasuk sekurangnya 66 anak-anak. Sementara 12 warga Israel meninggal termasuk dua anak-anak akibat serangan roket dari Gaza.

Dalam pernyataannya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut seluruh wilayah Palestina membutuhkan bantuan kesehatan ”yang di luar dugaan”. WHO mengatakan, konflik bulan lalu mendorong banyak masyarakat Gaza terpaksa mengungsi dan memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah lama berlangsung.

"Lebih dari 77 ribu orang terpaksa mengungsi di dalam negeri dan sekitar 30 fasilitas kesehatan rusak," kata WHO dalam pernyataannya seperti dikutip Aljazirah, Kamis (3/6).

photo
Ibrahim Al-Masri (10 tahun), duduk di kamarnya yang rusak terdampak serangan roket Israel di Beit Hanoun, Jalur Gaza dalam serangan 11 hari pada Mei 2021 lalu. - (AP/John Minchillo)

WHO mengatakan, jumlah orang yang membutuhkan bantuan kesehatan di seluruh wilayah pendudukan Israel di Palestina, termasuk Tepi Barat, naik hingga hampir 200 ribu orang. Organisasi Kesehatan PBB itu mengatakan situasinya sangat bergejolak.

"WHO masih khawatir dan mendesak akses tanpa hambatan untuk bantuan kemanusiaan dan pasokan penting yang berhubungan dengan pembangunan dan staf ke Gaza dan rujukan agar pasien dapat keluar dari Gaza kapan pun diperlukan," kata perwakilan WHO Rik Peeperkorn.

Sementara itu, petinggi ICRC meminta lebih dari 16 juta dolar AS untuk membantu rakyat Gaza. "Ketakutan, kegelisahan, dan stres kata-kata kunci yang saya dengar berulang kali hari ini," kata Robert Mardini.  

"Bahkan bila eskalasi (konflik) berlangsung lebih singkat sekalipun, butuh waktu bertahun-tahun membangun kembali kerusakan yang ditimbulkan dalam 11 hari," katanya.

Ia mendorong solusi politik untuk mengakhiri konflik yang berlangsung sudah lama. "Untuk jangka pendek kami perlu meningkatkan dukungan untuk memperkuat respons kemanusian di Jalur Gaza," katanya.

Direktur lembaga PBB di Gaza yang mengurus pengungsi Palestina, Matthias Schmale, ditegur setelah membuat rakyat Palestina marah. Schmale mengatakan tidak dapat membantah bahwa serangan udara Israel sebagai langkah yang tepat. Pernyataan Schmale yang disampaikan dalam wawancara dengan stasiun televisi Israel N12 pada 22 Mei lalu memicu protes rakyat Palestina.

Serangan udara Israel menghancurkan 1.800 rumah dan merusak 14.300 rumah lainnya. Ini  memaksa puluhan ribu orang Palestina tinggal di sekolah yang dikelola PBB.

Dukung ICC

Dalam perkembangan berbeda, lebih dari 50 mantan perdana menteri, menteri luar negeri, dan pejabat lembaga internasional dilaporkan mendukung Mahkamah Pidana Internasional (ICC) menyelidiki kejahatan perang Israel. Tokoh-tokoh dari seluruh penjuru Eropa menandatangani surat terbuka itu.

Mantan sekretaris jenderal Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Javier Solana dan mantan direktur jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Hans Blix turut menandatanganinya. Para penandatangan mengkritik sekutu-sekutu Israel, seperti Inggris dan Amerika Serikat yang menghalangi penyelidikan ICC.

photo
Anas Alhaj Ahmed (4 tahun) berdiri di kamarnya yang rusak terdampak serangan roket Israel di Maghazi, Jalur Gaza dalam serangan 11 hari pada Mei 2021 lalu. - (AP/John Minchillo)

"Kami menyaksikan dengan sangat khawatir, perintah eksekutif yang dikeluarkan mantan presiden AS Donald Trump dan sanksi-sanksi yang ditetapkan terhadap staf ICC dan keluarga mereka," kata para penandatangan surat terbuka tersebut seperti dikutip Middle East Monitor, Kamis (3/6).

Mereka juga mengecam meningkatnya serangan tidak hanya pada staf ICC, tapi juga lembaga swadaya masyarakat yang bekerja sama dalam penyidikan terhadap kejahatan perang Israel. "Kini yang sangat mengkhawatirkan, kritik terbuka yang tak beralasan kepada ICC mengenai penyelidikan atas tuduhan kejahatan yang dilakukan di wilayah pendudukan Palestina, termasuk tuduhan anti-Semit yang tanpa dasar," kata mereka.

"Ini hal yang diakui dan ditetapkan bahwa akuntabilitas atas pelanggaran hak asasi serius dari semua pihak penting untuk meraih perdamaian jangka panjang dan berkelanjutan pada kasus Israel-Palestina ini. Sama seperti di Sudan, Libya, Afghanistan, Mali, Myanmar, Kolombia, dan Ukraina," tambah para penandatangan.  

photo
Yassin Sabit (16 tahun/kiri) dan saudaranya Saif (14) berdiri di kamarnya yang rusak terdampak serangan roket Israel di Maghazi, Jalur Gaza dalam serangan 11 hari pada Mei 2021 lalu. - (AP/John Minchillo)

Para penandatangan menegaskan upaya mendiskreditkan ICC dan menghalangi penyelidikan tidak dapat ditoleransi. Terutama bila masyarakat internasional serius dalam mempromosikan dan menegakkan keadilan di seluruh dunia. Pemimpin dunia dan kelompok pro-Israel telah mengajukan keluhan terhadap ICC.

"Kami mengerti kekhawatiran keluhan dan penyelidikan bermotif politik, tapi kami sangat yakin statuta Roma menjamin kriteria keadilan tertinggi dan memberikan ruang penting untuk mengatasi kebebalan hukum di dunia bagi kejahatan yang paling serius. Kegagalan dalam bertindak akan menimbulkan konsekuensi yang mengerikan," tambah para penandatangan.

Trump pernah menunjukkan sikap memusuhi ICC pada Juni tahun lalu. Saat itu, ia memberikan sanksi pada jaksa dan pejabat mahkamah internasional itu. Sedangkan pemerintahan AS di bawah Presiden Joe Biden mencabut sanksi-sanksi tersebut. Tetapi, Washington tetap tidak menyetujui ICC menyelidiki Israel atas dugaan kejahatan perang.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat