Isyarat pelatih kepala Chelsea Thomas Tuchel selama pertandingan sepak bola leg kedua semifinal Liga Champions antara Chelsea dan Real Madrid di Stamford Bridge di London, Rabu, 5 Mei 2021. ( | AP/Alastair Grant

Olahraga

Tuchel Fantastis

Gol semata wayang Havertz membawa Chelsea menjadi juara Liga Champions. Ini prestasi kebanggaan Tuchel.

PORTO – Hanya dalam rentang waktu enam bulan, perubahan besar-besaran terjadi di Chelsea. Dari tim yang belum bisa melepaskan diri dari inkonsistensi raihan hasil dan terseok-seok di kompetisi domestik, hingga menjadi tim yang solid dan sulit ditaklukan.

Puncaknya, trofi Liga Champions musim 2020/2020 menjadi milik klub asal London Barat tersebut. Aksi Kai Harvertz usai menerima umpan terobosan Mason Mount membelah pertahanan Manchester City. Setelah melewati adangan kiper Ederson, gelandang asal Jerman itu tinggal mengarahkan bola ke gawang yang sudah kosong.

Gol semata wayang Havertz pada menit ke-42 itu sudah cukup membawa Chelsea membungkam Manchester City, 1-0, di partai final Liga Champions, Ahad (30/5) dini hari WIB.

Partai yang digelar di Estadio do Dragao itu berakhir sempurna untuk klub kepunyaan miliuner asal Rusia, Roman Abramovich. Setelah sempat terpuruk di peringkat ke-12 klasemen sementara Liga Primer Inggris, Chelsea justru mengakhiri musim ini dengan trofi paling bergengsi antarklub Eropa, trofi Liga Champions.

Bukan kebetulan perubahan yang terjadi dalam lima bulan terakhir di Chelsea bertepatan dengan kehadiran Thomas Tuchel. Pelatih asal Jerman pun dinilai menjadi aktor utama dalam perubahan besar-besaran performa Chelsea tersebut. Tuchel datang ke Stadion Stamford Bridge pada pertengahan musim ini, tepatnya akhir Januari, untuk menggantikan Frank Lampard.

''Para pemain sudah merasakan kedekatan dengan Tuchel sejak pertama kali dia datang. Sepertinya, dia sudah berada di sini sejak dua tahun lalu. Semua berlangsung secara alami, termasuk dalam memahami gaya permainan yang dia inginkan,'' kata gelandang Chelsea, Matteo Kovacic, seperti dikutip BBC, beberapa waktu lalu.

Selain kemampuan dalam menjaga hubungan dan berkomunikasi dengan pemain, ternyata memberikan dampak besar pada performa the Blues di atas lapangan. Tuchel pun tak ragu untuk menerapkan rotasi permain. Setidaknya, dalam 12 laga awal menukangi the Blues di semua ajang, Tuchel memberikan kesempatan pada 23 pemain tampil sebagai starter, termasuk enam pemain di jantung pertahanan.

Langkah ini dilengkapi Tuchel dengan perubahan formasi permainan the Blues, dari 4-3-3 saat di bawah kendali Lampard, menjadi 3-4-2-1. Perubahan formasi ini menbuat performa Chelsea jauh lebih efektif, terutama dalam transisi bertahan ke menyerang.

Perubahan formasi itu memberikan hasil signifikan karena Chelsea hanya kebobolan 18 gol—berbeda saat Chelsea kebobolan 23 gol pada paruh pertama Liga Inggris musim ini saat masih di bawah Lampard. Untuk catatan clean sheet, dari 30 laga di semua ajang, Chelsea mengemas 19 clean sheet. Ini merupakan catatan clean sheet terbesar yang bisa ditorehkan sebuah klub di lima liga top Eropa dalam periode yang sama.

Total, dari 30 laga di semua ajang, Tuchel berhasil mengemas 19 kemenangan, enam hasil imbang, dan lima kekalahan. Tidak tanggung-tanggung, Tuchel juga berhasil mengalahkan sejumlah pelatih-pelatih papan atas. Mulai dari menyingkirkan Real Madrid di bawah asuhan Zinedine Zidane pada babak semifinal Liga Champions, hingga membungkam Atletico Madrid (Diego Simeone) di dua leg babak 16 besar Liga Champions.

Begitu juga di pentas Liga Inggris, saat berhasil mengalahkan Jurgen Klopp (Liverpool), Carlo Ancelotti (Everton), dan Pep Guardiola (Manchester City). Bahkan, secara khusus, Tuchel berhasil tiga kali unggul beradu taktik dan strategi dengan Guardiola di pentas Liga Primer Inggris, partai semifinal Piala FA, dan final Liga Champions.

"Ini adalah musim debutnya di sepak bola Inggris dan dia sudah berhasil mengalahkan Pep Guardiola. Dia benar-benar seperti pesulap," kata mantan bek tengah timnas Inggris, Rio Ferdinand, mengomentari kiprah Tuchel bersama Chelsea.

Sementara itu, prestasi Tuchel mengantarkan Chelsea merengkuh titel Liga Champions kedua dalam sepanjang sejarah klub ini dapat membuat manajemen klub untuk memperpanjang kontraknya. Tuchel mengaku, sinyal itu sudah ditunjukkan pemilik klub Roman Abramovic.

"Kami akan berbicara lagi karena saya masih lapar akan gelar untuk tim ini," ujar Tuchel.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat