Vaksin Covid 19 (ilustrasi) | Freepik

Sehat

Ayo, Jangan Tunda Vaksinasi Covid-19

Dengan vaksinasi, peluang terkena penyakit tertentu bisa diturunkan.

Di tengah pandemi Covid 19, vaksinasi menjadi satu aksi yang urgen dilakukan. Sayangnya, banyak orang tua yang khawatir untuk memberikan imunisasi atau vaksin bagi anaknya.

Padahal imunisasi dasar penting bagi bayi dan anak sampai umur 18 bulan untuk melindungi dari berbagai penyakit berbahaya lain yang telah berjalan selama ini. Vaksinasi tidak hanya penting bagi anak, tetapi juga untuk orang dewasa.

Prof Dr dr Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K), Kepala Kelompok Penasihat Teknis Indonesia untuk Imunisasi (ITAGI) mengatakan, vaksin adalah sebuah upaya efektif melindungi anak dari penyakit berbahaya. Tubuh punya antibodi yang bersifat spesifik, begitu juga vaksin bersifat spesifik untuk penyakit tertentu.

“Kalau seseorang sudah punya antibodi maka dia bisa melawan dan bertahan, kalaupun sampai sakit biasanya tidak terlalu berat,” kata Sri dalam acara Pekan Imunisasi Dunia “Pentingnya Vaksinasi di Era COVID-19" #LindungikuLindungimu pada awal Mei lalu.

Vaksinasi dengan sendirinya akan memutuskan rantai penularan penyakit. Maka tentu kejadian kematian hingga kesakitan diharapkan bisa menurun terutama beberapa penyakit yang masih membahayakan termasuk polio, campak dan cacar. “Kalau sakit alami dulu, berat, menderita. Dengan vaksin, biaya pun jadi lebih ringan dibandingkan jika anak sakit,” katanya.

Dia menekankan vaksin adalah upaya efektif yang berarti bermanfaat dalam mencegah kematian, kecatatan, serta imunitas lebih baik daripada infeksi alami. Vaksin juga dapat mengontrol wabah.

Menurut Sri, vaksin bekerja dengan cara membuat sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyakit tertentu secara efektif dan spesifik sehingga mencegah perkembangan penyakit atau mengurangi keganasan penyakit. Selain itu, imunisasi adalah cara sederhana dan efektif untuk melindungi anak dari penyakit serius. Ini tidak hanya membantu melindungi individu, tetapi juga melindungi komunitas yang lebih luas dengan meminimalkan penyebaran penyakit.

Apabila banyak bayi dan balita yang tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap kelak dapat terjadi wabah berbagai penyakit yang akan mengakibatkan banyak anak sakit berat, cacat, atau meninggal.

Prof Dr dr Samsuridjal Djauzi, Sp.PD, K-AI, FACP, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Alergi Immunologi RS Cipto Mangunkusumo mengatakan, orang dewasa berisiko terkena penyakit karena penurunan daya tahan tubuh. Imunitas bisa dipengaruhi oleh faktor usia, pekerjaan, gaya hidup, perjalanan, atau kondisi kesehatan.

Dengan vaksinasi, seseorang dapat menurunkan peluang terkena penyakit tertentu. Contohnya, vaksin hepatitis B yang dapat menurunkan risiko kanker hati atau vaksin flu yang dapat menurunkan risiko serangan jantung atau komplikasi berat pada penderita diabetes dan penyakit paru-paru kronis.

“Selain itu, vaksinasi juga dapat menurunkan kemungkinan penyebarkan penyakit, terutama pada orang atau komunitas yang mungkin tidak bisa mendapatkan vaksin tertentu karena usia atau kondisi kesehatan mereka,” kata Samsuridjal.

photo
Vaksinasi Covid 19 (ilustrasi) - (Freepik)

Di tengah situasi pandemi, pemberian vaksinasi bertambah penting untuk melindungi populasi yang lebih baik dalam Covid 19. Di antaranya vaksinasi flu yang merupakan salah satu cara efektif untuk mengurangi penyebaran virus influenza.

Selama pandemi Covid 19, Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan vaksinasi influenza untuk populasi rentan seperti tenaga kesehatan, lansia, anak kecil, ibu hamil, dan mereka yang mengalami kondisi medis kronis tertentu Tak hanya vaksin flu, sangat penting untuk masyarakat agar tidak melupakan pentingnya pemberian vaksin rutin lain untuk dewasa, seperti Hepatitis A, Hepatitis B, Meningitis, Tdap dan PCV.

Tak pelak, vaksin adalah salah satu kisah sukses terbesar dalam kesehatan masyarakat. Melalui penggunaan vaksin, kita telah berhasil memberantas cacar dan virus polio liar. Alhasil, jumlah orang yang mengalami dampak buruk dari penyakit menular yang dapat dicegah seperti campak, difteri, dan batuk rejan menurun drastis.

Berdasarkan rekomendasi WHO, vaksinasi dapat menyelamatkan jutaan nyawa dan secara luas diakui sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling sukses dan hemat biaya di dunia.

Saat ini, sudah banyak fasilitas kesehatan yang telah menyesuaikan praktik mereka dan menerapkan solusi baru untuk meminimalisasi risiko penularan Covid 19 guna membantu melindungi orang-orang yang mengunjungi klinik atau rumah sakit untuk melakukan vaksinasi. Seperti adanya pendaftaran awal  dan area yang terpisah antara pasien sakit dan vaksinasi.

Bahkan, ada beberapa rumah sakit atau klinik yang sudah menyediakan layanan vaksinasi di rumah dan layanan tanpa turun atau drive thru. Dengan begitu, masyarakat dapat langsung menanyakan pada rumah sakit atau klinik terdekat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai layanan vaksinasi untuk #LindungikuLindungimu untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Informasi lengkap mengenai manfaat vaksinasi dewasa dan anak juga bisa diakses melalui media sosial Instagram @kenapaharusvaksin.

 

 

 

 

Kalau seseorang sudah punya antibodi maka dia bisa melawan dan bertahan, kalaupun sampai sakit biasanya tidak terlalu berat.

Prof Dr dr Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K)
 

 

Ajak Lansia Vaksin Bersama

 Melindungi orang tua di rumah masih menjadi fokus perhatian bagi semua orang. Apalagi orang tua yang sudah sangat renta dan memiliki penyakit bawaan. Covid-19 memang bisa menyerang segala usia, tapi lebih rentan menyerang warga lanjut usia (lansia), dikarenakan sistem imun mereka yang semakin menurun seiring pertambahan usia.

Penelitian menunjukkan, orang dewasa berusia di atas 60 tahun, terutama mereka yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid lebih mungkin mengalami infeksi virus corona yang lebih parah bahkan mematikan dibandingkan kelompok usia lainnya.

Faktanya, Gugus Tugas menyebutkan, ada 10,7 persen kasus terkonfirmasi positif Covid-19 menyerang kalangan lansia (di atas 60 tahun). Bahkan kelompok usia ini mencatat 48,8 persen kasus pasien meninggal dunia akibat Covid-19 dan menjadi kelompok usia dengan jumlah kasus meninggal dunia terbesar dibandingkan kelompok usia lainnya.

Tak ayal, lansia memerlukan perhatian khusus agar terlindung dari berbagai risiko Covid-19. Salah satu caranya adalah dengan menjaga nutrisi harian serta pemberian vaksin bagi lansia.

Program vaksinasi Covid-19 bagi kategori lansia di atas 60 tahun dimulai pemerintah sejak 8 Februari 2021 lalu. Adapun lansia di Indonesia saat ini mencapai 28,7 juta jiwa atau 10,6 persen dari jumlah penduduk. Namun hanya 21,5 juta jiwa yang ditargetkan menerima vaksinasi sepanjang program vaksinasi Covid-19 untuk lansia ini.

Pemberian vaksin pada lansia harus dilakukan secara hati-hati dan melalui proses skrining yang ketat, sebelum dokter memutuskan untuk memberi persetujuan vaksinasi.

Tindakan vaksin bisa dilakukan di fasilitas kesehatan baik di puskesmas maupun rumah sakit milik pemerintah dan swasta. Vaksinasi bagi lansia ini merupakan tindak lanjut dari dikeluarkannya izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terhadap vaksin tersebut.

“Vaksin yang disediakan pemerintah telah melewati serangkaian uji klinis yang ketat dan menunjukkan bahwa vaksin ini aman untuk kelompok usia 60 tahun ke atas. Tidak ada efek samping serius maupun kematian yang dilaporkan, jadi masyarakat tidak perlu khawatir,” ungkap Ketua Tim Advokasi Vaksinasi COVID-19 PB IDI, Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD, KAI, FINASIM.

Sedangkan, Prof. DR. dr. Siti Setiati, SpPD-KGer, M-Epid, FINASIM juga ikut menekankan pentingnya mempersiapkan lansia agar vaksinasi bekerja dengan optimal.

Hal yang perlu dipertimbangkan terkait vaksinasi pada lansia adalah terjadinya /immunosenescence/ atau disfungsi imunitas karena usia. Hal ini berhubungan dengan respons terhadap vaksin yang kurang maksimal. “Karena /immunosenescence/ biasanya sudah terjadi inflamasi kronis level rendah akibat dari kombinasi penurunan imunitas tubuh hingga paparan terhadap antigen terus menerus,” kata Prof. Siti.

Adanya penyakit penyerta atau komorbid juga meningkatkan terjadinya inflamasi kronis. Akibatnya, akan ada peningkatan risiko infeksi, risiko kanker, serta risiko penyakit autoimun. Selain itu, bisa pula terjadi penurunan respons terhadap imunisasi, dan penurunan respons terhadap pengobatan infeksi.

Lebih jauh, Prof Siti juga mengingatkan kondisi khusus yang memengaruhi efektivitas vaksinasi pada lansia di antaranya faktor intrinsik yaitu usia dan jenis kelamin, dan faktor ekstrinsik yaitu penggunaan obat-obatan. “Kebiasaan seperti merokok, lingkungan sekitar, serta kecukupan nutrisi pada lansia, berperan penting dalam keefektifan vaksin tersebut,” papar Prof Siti.

Head of Medical Kalbe Nutritionals, dr. Muliaman Mansyur mengatakan, selain skrining riwayat penyakit dan kesiapan psikis, tentunya kondisi fisik juga diperlukan dalam persiapan sebelum, selama, dan sesudah vaksin. Sepanjang proses ini, sebaiknya lansia mendapatkan asupan nutrisi yang seimbang dengan kandungan tinggi protein, vitamin, dan mineral, khususnya Vitamin C, D dan Zinc.

Jika lansia kurang mendapat asupan nutrisi protein, maka risiko malnutrisi dan sarcopenia atau berkurangnya massa dan kekuatan otot akan mudah terjadi, selain itu imunitas yang terbentuk pascavaksinasi menjadi kurang optimal.

“Setelah divaksinasi pun, lansia memerlukan nutrisi memadai untuk menjaga imunitas, khususnya lansia yang masih aktif berkegiatan, baik secara profesional maupun secara sosial,“ ujar Muliaman dalam kesempatan yang sama.

Nutrisi berperan penting untuk semua orang, baik yang tidak bisa atau bisa divaksin, dan yang belum atau sudah divaksin. Masing-masing mikronutrien seperti vitamin dan mineral (khususnya vitamin D), terbukti memainkan banyak peran dalam mendukung fungsi kekebalan dan mengurangi risiko infeksi.

Mempersiapkan kondisi tubuh yang sehat dan fit sebelum menjalani proses skrining yang melihat kondisi kesehatan sebelum divaksin, memang sangat dipengaruhi oleh pemenuhan nutrisi harian, terutama pada lansia. Hal ini dilakukan agar vaksin yang diterima dapat bekerja dengan efektif.

“Tinggi protein, tinggi serat, tinggi vitamin D, dan kaya akan vitamin dan mineral lain, serta rendah laktosa. Sehingga sangat cocok untuk lansia untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh lansia,” papar Muliaman.

Vaksin adalah salah satu cara untuk menyetop pandemik, tetapi vaksin adalah salah satu cara kekebalan kelompok secara buatan. Semua orang divaksin serentak dengan dua kali tahap.

“Tapi kita bisa bayangkan 70 persen dari total masyarakat Indonesia, sekitar 170-180 juta orang, itu harus divaksinasi. Bayangkan berapa lama dibutuhkan waktu untuk menyuntik 170 juta orang, dalam waktu sekejap tidak mungkin, karena kita belum punya vaksin sendiri, kita tetap harus bersyukur ada Sinovac, yang akan diproduksi terus di Bandung, dengan Biofarma dan juga masih ada pemesanan-pemesanan lain,” ucapnya.

Sementara vaksinasi belum bisa dijalankan menyeluruh, ia tetap mengimbau masyarakat untuk tetap menjalankan 5M. Perhatikan prokes, setelah vaksinasi itu pun prokes harus dijalankan.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat