Logo baru Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terpasang di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (2/7/2020). | ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Opini

Dinamika SDM BUMN

Adanya permintaan “pihak luar”, bukti tingginya potensi SDM di BUMN.

FACHRY ALI, Salah Satu Pendiri Lembaga Studi dan Pengembangan Etika Usaha (LSPEU Indonesia)

“Tolong berdiri,” pinta Menteri BUMN Erick Thohir dari atas mimbar dalam sebuah acara kepada seseorang. Yang diminta berdiri takzim. Dia, Alex Denni, yang pada acara itu menjabat deputi menteri BUMN Bidang Teknologi Informasi (TI).

“Pak Alex,” lanjut Menteri Erick, masih di atas mimbar, “adalah contoh SDM unggul dari BUMN. Sebab, tenaganya telah diminta Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN).”

Tepat 27 April 2021, Alex Denni resmi menjabat deputi menteri PAN. “Tetapi sebelumnya,” kata Menteri Erick, “SDM dari BUMN telah diminta Presiden menjadi menteri kesehatan.” Yang dimaksud Budi Gunadi Sadikin, sebelumnya menjabat wamen BUMN.

Adanya permintaan “pihak luar”, bukti tingginya potensi SDM di BUMN. Dalam sejarah, BUMN adalah produk politik. Tertunda-tundanya penyelesaian status Irian Barat pasca-Konferensi  Meja Bundar 1949, membuat Presiden Sukarno meradang pada 1952.

 
Adanya permintaan “pihak luar”, bukti tingginya potensi SDM di BUMN.
 
 

“Persoalan Irian Barat tidak dipecahkan di Den Haag, juga tidak di New York,” pekiknya. “Melainkan di sini!” Yang dimaksudkan dengan “di sini!” adalah Jakarta, Indonesia.

Hawa panas yang diproduksikan pekik Sukarno itu mencapai titik tertinggi akhir 1957 dan awal 1958, saat terjadi gerakan politik tak berpreseden: aksi pendudukan perusahaan Barat, terutama Belanda. Inilah yang disebut nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing.

Aksi politik nasionalisasi inilah yang melahirkan BUMN. Maka, sejak itu, untuk pertama kalinya, lahir “kelas manajer pribumi” melalui BUMN.  

Sebab, sejak 1870, yaitu ketika Sistem Tanam Paksa, dimulai pada 1830, diakhiri dan berlakunya UU Agraria kolonial, nusantara pada 1870 itu telah dibanjiri modal asing. Modal inilah yang menjadi dasar berdirinya berbagai perusahaan asing.

Tentu saja, di bawah naungan modal asing, tak satu pun warga pribumi terekrut menjadi manajer. Di samping faktor besaran modal, kalangan pribumi yang tak terdidik itu tak dipersenjatai know how dan keterampilan manajemen memadai.

 
Aksi politik nasionalisasi inilah yang melahirkan BUMN. Maka, sejak itu, untuk pertama kalinya, lahir “kelas manajer pribumi” melalui BUMN.  
 
 

Maka itu, sepanjang 1870 hingga 1958, artikulasi kelas “manajer pribumi” absen di atas panggung perusahaan modern. Kelahiran BUMN melalui aksi nasionalisasi itu, menandai sejarah baru di mana “manajer pribumi” menemukan wadah berartikulasi.

Awalnya, rekrutmen “kaum pribumi” tak dengan kriteria ketat, yang secara profesional bisa dipertanggungjawabkan. “Revolusi” baru terjadi saat Tanri Abeng, atas perintah Presiden Soeharto pada 1998, membangun Kementerian BUMN.

Kini, dalam hal SDM, Menteri Erick memperlihatkan perhatian lebih memusat. Di sini, Wakil Menteri II BUMN, Kartika Wirjo Atmodjo bersama Alex Denni berusaha menerjemahkan ide Menteri Erick, dalam bentuk program sistematis.

Untuk itu diperkenalkan, program talent profiling (pendataan mendalam) kinerja aktor-aktor karyawan dalam time series, yang bisa dipertanggungjawabkan. Namun yang terpenting, perubahan paradigma di bawah tema basic change model.

Tema dan konsep basic change model di atas didasarkan pada pertanyaan, bagaimana aktor BUMN melihat dunia. Jawabannya diantisipasi dengan tiga keadaan. Pertama, cara pandang itu melahirkan hasil yang diperoleh.

 
Jika aktor BUMN mempersepsikan diri hanya sebagai “pekerja”, itu akan menentukan bukan saja apa yang diperoleh, melainkan juga sikap mentalnya terhadap kerja.
 
 

Kedua, menentukan apa yang kita lakukan. Ketiga, apa yang dilakukan? Jelas di sini, pertanyaan itu sangat mendasar.

Jika aktor BUMN mempersepsikan diri hanya sebagai “pekerja”, itu akan menentukan bukan saja apa yang diperoleh, melainkan juga sikap mentalnya terhadap kerja. Dan, pengaruhnya terhadap kinerja BUMN, tempatnya bekerja.

Perubahan paradigma inilah yang distrukturkan mata rantai nilai positif. Nilai positif yang empat menjalar dalam diri karyawan, bukan saja membuatnya kian terlibat dan produktif, melainkan juga menimbulkan rangkaian pengaruh konstruktif dalam sistem mata rantai itu. Yaitu, harmonisasi hubungan manajemen-karyawan yang mendorong peningkatan kapasitas kerja. 

Pada gilirannya, perusahaan menjadi kian kompetitif. Tentu, seperti dinyatakan Wamen II Kartika Wirjo Atmodjo, keanekaragaman model bisnis BUMN harus diperhatikan.

Dalam arti, pada pelaksanaannya, perubahan paradigma harus mempertimbangkan pluralitas model bisnis tersebut. Untuk itu, dibuat kerangka konseptual yang mampu mengakomodasi pluralitas tersebut.

 
Pada gilirannya, perusahaan menjadi kian kompetitif. Tentu, seperti dinyatakan Wamen II Kartika Wirjo Atmodjo, keanekaragaman model bisnis BUMN harus diperhatikan.
 
 

Di samping membangun talent pool, Kartika Wirjo Atmodjo dan Alex Denni mengajukan konsep cluster talent. Talent pool adalah pemusatan energi pengembangan potensi SDM BUMN, setelah melalui atau sambil melakukan talent profiling.

Talent pool adalah “kawah candradimuka” karyawan, agar siap ditempatkan dalam bentuk “silang” BUMN. Di sini, kita melihat fungsi cluster talent. Beragam model bisnis BUMN dikelompokkan ke bidang bisnis yang berdekatan, misalnya, pertambangan dan energi.

Pada gilirannya, aktor-aktor SDM BUMN tersebut diarahkan pada proses pertukaran di dalam satu klaster bidang bisnis tersebut. Tentu, ada langkah yang lebih bersifat teknikal, seperti pengukuran prestasi melalui key performance index (KPI).

Tanpa terasa, di bawah gagasan konseptual Menteri Erick yang diimplementasikan Kartika Wirjo Atmodjo dan Alex Denni, dunia BUMN telah menjadi wadah produksi masif lapisan manajer Indonesia yang teruji. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat