Ilustrasi pembelajaran tatap muka di Bogor. | Wihdan Hidayat / Republika

Jakarta

Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka di Bogor Dimatangkan

Peningkatan kasus Covid-19 yang menimpa remaja membuat khawatir uji coba PTM di sekolah.

BOGOR -- Penambahan kasus Covid-19 di Kota Bogor pada pekan ini, meningkat 18,5 persen. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Sri Nowo Retno, menjelaskan, peningkatan kasus paling banyak terjadi pada rentang usia enam hingga 19 tahun.

"Jadi, ada 56 kasus yang terpapar di remaja," kata Retno dalam forum grup discussion (FGD) di Balai Kota Bogor, Rabu (28/4).

Dengan adanya data itu, Retno mengatakan, saat ini, penilaian penerapan protokol kesehatan (prokes) di sekolah sedang disiapkan. Monitoring dan evaluasi terus dilakukan guna diterapkannya pembelajaran tatap muka (PTM) pada Juli mendatang. "Jadi saat ini kami sedang asesmen sekolah sesuai instruksi SKB empat menteri," jelas Retno.

Di lokasi yang sama, Ketua Dewan Pendidikan Kota Bogor, Deddy Djumiawan Karyadi, menyampaikan, kekhawatirannya terkait fenomena peningkatan kasus positif Covid-19 yang menimpa remaja. Pasalnya, data menunjukkan rentang usia tersebut tercatat sebagai siswa sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA).

Oleh karena itu, Deddy meminta kepada seluruh sekolah untuk menyiapkan prokes secara lengkap dan ketat. Menurut dia, untuk menggelar PTM di sekolah, ada empat faktor yang mesti dipenuhi oleh setiap kepala sekolah dan guru.

Pertama, setiap sekolah yang hendak mengajukan izin PTM harus masuk dalam kategori siap. Baik dari segi sarana maupun prasarana protokol kesehatan, hingga persyaratan lainnya. Kedua, sarana dan prasarana prokes harus benar-benar dipastikan dan bisa diberlakukan.

"Ketiga, izin dari orang tua dan komite, keempat izin dari pemerintah daerah. Jadi ini harus dipenuhi demi memutus potensi penyebaran Covid-19," kata Deddy.

Selain empat faktor tersebut, Deddy mengingatkan, pihak sekolah juga wajib menjamin siswa yang usai menjalani PTM di kelas langsung kembali ke rumah. "Langsung pulang ke rumah setelah dari sekolah, ini semua demi menjaga. Karena, kami tidak mau ada istilah klaster sekolah," ucapnya.

Deddy juga meminta kepada semua sekolah yang menggelar PTM untuk memprioritaskan mata pelajaran yang penting bagi peserta didik. Termasuk, menyesuaikan dengan jurusan para peserta didik. Sementara itu, mata pelajaran yang tidak terlalu penting, sambung dia, bisa dilakukan secara daring.

"Kalau SMK fokus ke praktiknya, kalau jurusan IPA fokus pelajaran IPA. Begitu pun dengan IPS. Jadi materi yang diberikan di PTM diusahakan materi yang penting-penting saja," kata Dedy.

Meski khawatir mengenai kondisi siswa saat menjalankan PTM nanti, stakeholder terkait tetap menjalankan tugas dan tidak berandai-andai. Dengan begitu, bisa terlihat apakah kekhawatiran pelaksanaan PTM terbukti atau tidak.

"Kami hanya ingin melihat, kalau mau PTM apa sih hasilnya? Apakah kekhawatiran angka Covid meledak akan terbukti? Walaupun tidak menjamin, jika uji cobanya aman, nanti PTM keseluruhannya aman," ucap Dedy.

photo
Siswa mengikuti pembelajaran tatap muka di SMKN 1 Yogyakarta, Senin (19/4/2021). Sebanyak 10 sekolah menengah atas di Yogyakarta mengikuti ujicoba pertemuan tatap muka terbatas. Sebanyak 6 kelas 9 di SMKN 1 Yogyakarta mengikuti PTM terbatas. Dan setiap kelas hanya diikuti separuh total siswa. - (Wihdan Hidayat / Republika)

Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor memaparkan, nanti ada 73 sekolah yang mengikuti uji coba PTM. Sekolah tersebut terdiri atas 36 SD yang berasal dari masing-masing kecamatan se-Kota Bogor, 37 SMP yang terdiri atas 20 negeri dan 17 swasta. Termasuk beberapa SMA sederajat yang berada di bawah tanggung jawab Kantor Cabang Dinas (KCD) Wilayah 1 Kota Bogor.

"Jadi SMP ada 37 sekolah. Kalau SD ada 36 di setiap kecamatan ada enam, terdiri dari swasta dan negeri," kata Kepala Disdik Kota Bogor, Hanafi.

Meski demikian, Hanafi belum bisa memastikan kapan pelaksanaan uji coba PTM diterapkan. Saat ini, pihaknya terus berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 Kota Bogor agar dalam pelaksanaannya nanti tidak terjadi hal-hal buruk yang menimpa siswa. "Tapi, yang pasti kita akan upayakan secepatnya (uji coba PTM). Agar pada Juni-Juli nanti, PTM di Kota Bogor bisa berjalan sesuai harapan kita semua," ujarnya.

Selain itu, ia menekankan, yang paling penting dalam pelaksanaan PTM adalah siswa mendapat izin dari orang tuanya. Menurut Hanafi, Disdik Kota Bogor juga berencana bekerja sama dengan dinas terkait untuk mengawasi siswa sekolah di luar jam sekolah. Misalnya, untuk antar jemput siswa sekolah.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat