Layar telepon pintar menampilkan suasana sidang kasus pelanggaran protokol kesehatan dengan terdakwa Rizieq Shihab yang digelar secara virtual di PN Jakarta Timur, Selasa (6/4/2021). | Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO

Nasional

Bima Arya Sebut RS UMMI tak Kooperatif

Bima mengaku tes usap sudah dilakukan HRS tanpa sepengetahuan pihak RS UMMI

JAKARTA -- Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, persidangan dengan terdakwa Habib Rizieq Shihab (HRS) terkait kasus tes usap tidak perlu terjadi jika RS UMMI kooperatif. Bima mengaku melaporkan RS UMMI ke polisi karena merasa terhalang-halangi.

Ia menuding pihak RS UMMI tidak melakukan koordinasi dengan baik terkait kasus tes usap HRS. "Apabila sejak awal pihak rumah sakit kooperatif, persidangan ini tidak perlu ada," kata Bima saat menjadi saksi dalam persidangan HRS di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Rabu (14/4).

Menurut dia, sebagai Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bogor, dirinya telah berkoordinasi dengan dr Andi Tatat yang merupakan Direktur Utama RS UMMI dan perwakilan keluarga HRS mengenai tes usap tersebut. "Pihak keluarga setuju dan kami menanyakan siapa yang melakukan swab. Pihak tim khusus dari Jakarta. Tapi saya bilang harus ada tim dari Dinkes Bogor," ujar dia.

Namun, Bima mengaku tes usap tersebut sudah dilakukan HRS tanpa sepengetahuan pihak RS UMMI berdasarkan keterangan dari dr Andi Tatat. "Tiba-tiba dikabari bahwa sudah dilakukan swab dan Andi Tatat mengaku hal itu dilakukan tanpa koordinasi. Saya menegur mana mungkin kepala rumah sakit tidak tahu kejadian di rumah sakitnya," kata dia.

photo
Terdakwa kasus dugaan pelanggaran karantina kesehatan Habib Rizieq Shihab (HRS) menaiki mobil tahanan usai menjalani sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Jumat (26/3). - (Republika/Thoudy Badai)

Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bogor melaporkan manajemen RS UMMI karena dinilai menghalang-halangi upaya satgas terkait tes usap terhadap HRS yang saat itu tengah dirawat di sana. Mereka dianggap tidak kooperatif dan transparan dalam memberikan keterangan soal pelaksanaan tes usap HRS yang dilakukan Mer-C. Dalam kasus ini, Bareskrim Polri menetapkan tiga orang tersangka, HRS, Andi Tatat, dan menantu HRS, Muhammad Hanif Alatas.

Bima juga mengatakan mengetahui informasi tes usap tersebut dari Hanif. "Kami belum tahu siapa saja (orang Mer-C) yang melakukan tes. Kemudian diberikan nama dan nomor kontak, kami wa untuk mohon koordinasinya. Mereka bilang siap, tapi hal itu tidak pernah terjadi," kata Bima.

Ia mengaku baru mengetahui hasil tes usap HRS dari Berita Acara Pemeriksaan (BAP) di kepolisian. "Setelah saya dapatkan informasi dari Bareskrim," katanya.

Bima menegaskan, tidak ada faktor politik yang medasari pelaporannya. "Jadi apa yang saya lakukan itu tidak ada kaitannya dengan faktor politik, tidak ada faktor lain. Murni melindungi warga Bogor agar tidak terpapar. Jauh lah dari tekanan unsur politik. Betul-betul untuk kesehatan," kata dia.

photo
Ribuan jamaah menyambut kedatangan Imam Besar Habib Rizieq Shihab di jalur Puncak, Simpang Gadog, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (13/11/2020). - (ARIF FIRMANSYAH/ANTARA FOTO)

Kuasa hukum HRS, Sugito Atmo Prawiro, menyangkal kliennya menjadi penyebab kerumunan di RS UMMI, Bogor, Jawa Barat. Menurutnya, Bima Arya adalah orang yang pertama kali menyampaikan ke publik terkait keberadaan HRS di RS itu.

“Juga dipertanyakan masalah sebenarnya beliau (Bima Arya) tahu dari mana? Karena yang kami perlihatkan dalam persidangan yang pertama kali menyampaikan itu adalah Bima Arya. Keramaian itu muncul bukan karena dari pihak Habib Rizieq" ujar Sugito saat memberikan keterangan pers, kemarin.

Sugito menjelaskan, kedatangan HRS ke RS UMMI didasari dengan kesadaran untuk menjalankan perawatan. “Habib Rizieq datang ke rumah sakit dengan kesadaran untuk perawatan. Rumah sakit ini salah satu rujukan Satgas Covid, bukan berkeliaran di luar. Hal baik, kenapa dipermasalahkan?” kata dia.

Namun, Sugito menduga apa yang terjadi adalah perkara politik. Menurut dia, Habib Rizieq sebagai pasien terpaksa dilaporkan. "Dan ini bentuk kriminalisasi terhadap pasien dan terhadap rumah sakit dan terhadap dokter, dan menurut saya ini sangat tidak baik," kata dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat