Relawan membantu warga menyelamatkan barang di sebuah rumah yang hancur akibat gempa di Majangtengah, Malang, Jawa Timur, Ahad (11/4/2021). | ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto

Kabar Utama

Masjid Rusak Dampak Gempa Jawa Timur Prioritas Diperbaiki

Sedikitnya 8 orang meninggal akibat gempa Jawa Timur.

SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta rehabilitasi menjadi prioritas usai terjadinya gempa bumi yang berpusat di wilayah Kabupaten Malang pada Sabtu sekitar pukul 14.00 WIB. Mengingat waktu Ramadhan akan tiba, Khofifah juga berpesan perbaikan pada tempat ibadah yang mengalami kerusakan agar disegerakan.

Dalam kunjungan ke sejumlah wilayah terdampak gempa di Kabupaten Malang, Ahad (11/4), Gubernur Jatim menyatakan tim dari TNI sudah diterjunkan untuk melakukan perbaikan. Namun sebelum melakukan perbaikan, tim tersebut harus melihat terlebih dahulu tingkat kerusakannya.  

Hal serupa ia sampaikan usai rapat koordinasi membahas penanganan gempa di Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Sabtu (10/4) malam. "Gempa berdampak pada rusaknya sebagian rumah ibadah, termasuk masjid dan mushala. Segerakan dilakukan penyelesaiannya karena Senin (12/4) sudah tarawih," ujarnya.

Pemprov Jatim juga telah meminta pemerintah kabupaten untuk memprioritaskan masalah pendidikan dan kesehatan. "Tiga layanan dasar ini memang harus mendapatkan prioritas," kata dia menambahkan.

Gempa bumi mengguncang wilayah Kabupaten Malang dan sekitarnya dengan magnitudo 6,7 yang kemudian diperbarui menjadi magnitudo 6,1, Sabtu, pukul 14.00 WIB. Pusat gempa di 90 kilometer barat daya Kabupaten Malang dengan kedalaman 25 kilometer. Sejumlah daerah di Jawa Timur ikut terdampak gempa.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim hingga Sabtu malam (10/4) di Kabupaten Malang sebanyak 14 unit masjid rusak. Selain itu kerusakan juga terjadi di dua unit masjid di Kabupaten Blitar dan Tulungagung; masing-masing 1 unit di Kota Blitar, Kabupaten Probolinggo, dan Jember. Sedikitnya dua mushala di Tulungagung dan satu mushala di Jember juga mengalami kerusakan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by BMKG (infobmkg)

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat angka kematian akibat gempa tersebut berjumlah delapan orang hingga Ahad (11/4). Rinciannya, tiga meninggal di Malang dan lima di Lumajang. Sedangkan jumlah bangunan rusak, tercatat sebanyak 1.189 unit. Adapun fasilitas umum (fasum) yang rusak berjumlah 150 unit.

“Luka ringan 36 orang, dan luka sedang hingga berat sebanyak tiga orang,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati, Ahad (11/4). Dampak kerusakan gempa, tersebar di 15 kabupaten, dan kota di Jatim. 

photo
Relawan membantu warga menyelamatkan barang di sebuah rumah yang hancur akibat gempa di Majangtengah, Malang, Jawa Timur, Ahad (11/4/2021). Kementerian Sosial menerjunkan 700 personel Tagana di sejumlah lokasi terdampak bencana gempa Malang untuk membantu mengevakuasi korban, membangun tempat pengungsian, mendirikan dapur umum dan menyelenggarakan layanan dukungan psikososial. - (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Ia menerangkan, menengok peta guncangan, Kabupaten Malang dan Blitar menjadi dua wilayah terdampak gempa terparah. Di Malang, tercatat 525 unit rumah mengalami rusak rigan, dan 114 rusak sedang, adapun 57 rumah tinggal mengalami rusak berat. 

Sejumlah kerusakan lain, juga dilaporkan oleh BPBD di Provinsi Jawa Timur. Di antaranya di Kabupaten Lumajang, Pasuruan, Trenggalek, Probolinggo, Ponorogo, dan Jember, serta Tulungagung. Di Kabupaten Nganjuk, Pacitan, serta di Kota Blitar, dan Kediri, juga Kota Malang, dan Batu juga dikatakan ada beberapa bangunan yang mengalami kerusakan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by BNPB Indonesia (bnpb_indonesia)

Raditya mengatakan, sampai Ahad (11/4), BNPB mencatat adanya delapan kali gempa susulan yang menerpa Jatim dengan amplitudo berbeda-beda. BNPB sudah menginstruksikan semua BPBD Kabupaten, dan Kota untuk turun ke lapangan masing-masing melakukan pendampingan, serta penanganan para korban akibat gempa.

“BPBD Jawa Timur, terus mendorong agar logistik, berupa beras, lauk-pauk, dan makanan siap saji, serta asupan gizi, dan kebutuhan selimut, dan terpal tersedia untuk warga yang membutuhkan,” kata Raditya.

Kecamatan Ampelgading termasuk wilayah terdampak gempa paling parah di Kabupaten Malang. Hampir seluruh rumah dan fasilitas di kecamatan ini mengalami kerusakan. "Namun tentunya ada kategori parah, sedang, dan ringan di masing-masing desa," kata Camat Ampelgading Achmad Sovie, Ahad (11/4).

photo
Warga beristirahat di tenda pengungsian yang dibangun di Desa Kali Uling, Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (10/4/2021). Warga di wilayah tersebut terpaksa membangun tenda di teras dan halaman rumahnya guna mengantisipasi gempa susulan. Diperkirakan sedikitnya ratusan rumah di wilayah tersebut rusak akibat gempa. - (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)

Dari 13 desa di Kecamatan Ampelgading, Desa Wirotaman termasuk yang paling parah. Tercatat, 117 unit rumah rusak berat, 119 rusak sedang dan 103 rusak ringan. Seluruh tiga yang meninggal di Malang dari kecamatan tersebut, masing-masing satu di Desa Wirotaman, Desa Sidorenggo dan Desa Tamanasri.

Achmad menuturkan, hingga kemarin kondisi masyarakat masih trauma dan ketakutan. Mereka khawatir terdapat gempa susulan yang lebih besar. Sebab itu, pihak kecamatan menyediakan tenda tak jauh dari rumah warga serta di balai desa. 

Kabid Penanggulangan Bencana dan Logistik, BPBD Kabupaten Lumajang, Wawan Hadi mengatakan, hampir semua wilayah di daerah itu merasakan getaran gempa. "Pronojiwo, Tempursari, Candi hampir merata, Pasrujambe, Lumajang kota saja besar," kata Wawan. Hingga kemarin, lima orang tercatat meninggal di daerah tersebut akibat gempa. 

Lempeng Malang Mudah Patah

Guru Besar Bidang Geofisika Kebencanaan dan Eksplorasi Sumber Daya Alam dari Universitas Brawijaya (UB), Profesor Adi Susilo mengatakan, lempeng di wilayah selatan Malang termasuk yang sudah berusia tua. Hal ini mengartikan lempengannya mudah patah sehingga berpotensi besar mengalami gempa.

Berdasarkan analisisnya, potensi gempa berkekuatan magnitudo 6 sampai 7 di selatan Malang sebenarnya kecil. Begitu pula dengan kekuatan 8 ataupun 9 pada skala Richter. "Enam itu pun akan jarang-jarang. Yang banyak itu (magnitudo) empat dan lima cukup banyak," ucap Adi saat dihubungi Republika, Ahad (11/4).

photo
Sejumlah anggota TNI bersama relawan bergotong royong mengevakuasi perabot dari dalam rumah warga yang ambruk terdampak gempa di Trenggalek, Jawa Timur, Ahad (11/4/2021). Tercatat sebanyak 63 bangunan di 27 desa 11 kecamatan di daerah tersebut rusak terdampak gempa bermagnitudo 6,7 di Kabupaten Malang. - (ANTARAFOTO/Destyan Sujarwoko)

Adi sempat merilis hasil analisisnya mengenai gempa pada 2006 lalu. Hal ini dilakukan setelah Indonesia diterpa banyak gempa, seperti di Yogyakarta, Pangandaran, dan sebagainya. Kejadian tersebut membuat masyarakat panik dan menerka-nerka waktu kejadian gempa di Indonesia. 

Pada salah satu analisisnya, Adi memfokuskan pada periodisasi gempa besar yang terjadi di Jawa Timur. Jatim tercatat pernah mengalami gempa besar pada 1967. Tidak ada yang tahu besaran gempa itu mengingat alat pendeteksi belum secanggih saat ini.

Berdasarkan laporan yang ada, gempa 1967 memberikan dampak kerusakan cukup besar. "Rusak sekian di daerah Dampit, Gondanglegi, ke arah barat banyak yang rusak. Pusatnya juga masih belum modern saat itu, sehingga tidak diketahui berapa kekuatan, hanya kisaran kerusakan di daerah ini. Ada rumah hancur dan meninggal. Itu saja," kata Adi.

Selanjutnya, peristiwa gempa besar di Jatim kembali terjadi pada 1994. Gempa yang terjadi di Banyuwangi tercatat memiliki kekuatan 7,6 SR. Peristiwa ini menyebabkan rumah rusak, ratusan warga terluka dan meninggal. 

Dari catatan sejarah gempa ini, Adi pun memetakan periodisasi gempa besar kemungkinan terjadi setiap 20 sampai 30 tahun. Hasil analisis Adi pada 2006 lalu menyimpulkan, peristiwa tersebut kemungkinan akan terjadi pada 2010 atau 2020. "Itu memang 27 tahun (jarak dengan 1994). Jadi kayak kok pas juga 27 tahun," kata dia.

Meski Jawa Timur memiliki potensi gempa besar, hal ini bukan berarti masyarakat harus panik. Yang perlu diterapkan pada diri masing-masing warga itu kewaspadaannya. "Biasa, tapi dalam posisi waspada. Yang utama itu," ujarnya.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Malang, Ma’muri menjelaskan, setidaknya ada tiga penyebab gempa bumi di Jatim. Pertama, gempa yang bersumber pada subduksi lempeng Indo-Australia dan Eurasia di wilayah Selatan Jawa.

"Ada juga sumber-sumber sesar aktif yang menyebabkan gempa bumi," kata Ma'muri dalam kegiatan diskusi daring yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI), kemarin. 

Penyebab gempa berikutnya berasal dari luar subduksi lempeng. Dalam hal ini, gempa yang disebabkan letusan gunung berapi. Jatim memiliki banyak gunung berapi, di antaranya Semeru, Ijen, dan Bromo.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by DARYONO BMKG (daryonobmkg)

Selain subduksi lempeng, Jatim ternyata memiliki sesar darat yang cukup aktif. Sesar ini dapat menimbulkan gempa di daratan. Meski kekuatannya kecil dan berada di kedalaman dangkal, efek kerusakan gempa ini lebih besar dibandingkan gempa subduksi.

Presiden Joko Widodo juga mengingatkan letak geografis Indonesia berada di wilayah rawan bencana alam dan cincin api atau ring of fire. "Aktivitas alam dapat terjadi setiap saat, baik itu gempa maupun lain-lainnya. Kapan saja," kata Jokowi saat memberikan keterangan pers, Ahad (11/4).

Karena itu, ia meminta kepala daerah, baik itu gubernur, bupati, dan wali kota untuk terus mengimbau masyarakat agar meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap potensi terjadinya bencana alam. Terkait gempa di Jatim, Presiden menginstruksikan kepala BNPB, kepala Basarnas, menteri sosial, menteri kesehatan, menteri PUPR, panglima TNI, serta kapolri dan pemda untuk melakukan langkah tanggap darurat.

"Dan saya atas nama pemerintah dan seluruh rakyat, menyampaikan dukacita yang mendalam atas korban yang meninggal dunia," ucapnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat