Warga lintas iman menggelar doa bersama atas tragedi bom di depan Gereja Katedral Makassar di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Senin (29/3/2021). Dari segala sisi, konsep Islam dan terorisme bak bumi dan langit. | ANTARA FOTO/Syaiful Arif

Tuntunan

Islam Versus Terorisme

Dari segala sisi, konsep Islam dan terorisme bak bumi dan langit.

 

OLEH A SYALABY ICHSAN

Di tengah kekhusyukan Sya’ban yang sedang menanti Ramadhan, bangsa ini dikejutkan dengan dua serangan di Makassar dan Jakarta belum lama ini. Target pertama menyasar ke Gereja Katedral, Makassar, yang dilakukan pengantin baru.

Dengan membawa bom, mereka mengincar jemaat gereja yang sedang melakukan ritual ibadah misa. Pengantin baru itu pun tewas karena bom yang mereka bawa. Tidak ada korban jiwa selain mereka. 

Tiga hari berselang, peristiwa lainnya terjadi di Mabes Polri, Jakarta. Sesosok perempuan bersenjata menghampiri pos polisi di Bareskrim, Mabes Polri. Dia pun menodongkan senjata ke arah para aparat yang sedang berjaga. Setelah melakukan beberapa kali penembakan, perempuan tersebut ditembak hingga tewas.

Umat pun mesti kembali mengurut dada karena para pelaku lagi-lagi menggunakan simbol-simbol agama Islam. Lelaki pengebom gereja mengenakan serban di kepala, sedangkan istrinya yang dibonceng memakai jilbab hitam panjang lengkap dengan cadar.

Tidak lama berselang, polisi mengungkap bahwa pengantin itu merupakan anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang diketahui sempat berbaiat kepada kelompok ISIS.

 
Umat pun mesti kembali mengurut dada karena para pelaku lagi-lagi menggunakan simbol-simbol agama Islam.
 
 

Perempuan penyerang Mabes Polri juga setali tiga uang. Si gadis tampak jelas mengenakan hijab panjang berwarna biru. Pihak kepolisian menyebutnya sebagai the lone wolf, serigala penyendiri. 

Tak pelak lagi, masyarakat Muslim mesti menanggung akibat dari kedua aksi tersebut. Cerita kelam dari kaset lama yang sudah usang pun terngiang. Bom Bali 1 dan 2, Bom JW Marriot, Bom Cirebon, Bom Sarinah, Bom Surabaya, Bom Sidoarjo, Bom Kampung Melayu, hingga peristiwa di Makassar dan Mabes Polri seakan menambah amunisi untuk mendiskreditkan Islam. 

photo
Peserta aksi yang tergabung dalam Forum Rakyat Bersatu membagikan bunga kepada jemaat Katolik saat melakukan aksi solidaritas di depan Gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan, Ahad (4/4/2021). Aksi yang digelar dari berbagai elemen mahasiswa, tokoh agama, serta masyarakat tersebut sebagai aksi solidaritas kerukunan beragama guna mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk tetap solid dan mendeklarasikan diri untuk melawan aksi terorisme. - (ABRIAWAN ABHE/ANTARA FOTO)

Musuh Islam

Tuduhan untuk memadankan Islam dengan paham terorisme kerap bergaung dari dunia Barat. Islamis menjadi istilah yang digunakan untuk menyebut mereka yang berpaham radikal. Padahal, tidak sedikit penebar teror yang mengincar masjid dan jamaahnya.

Ihsan Bugby, periset yang membuat survei tentang masjid di Amerika Serikat pada 2011 menjelaskan, tadinya dia menyukai terminologi Islamis karena merepresentasikan mereka yang memercayai Islam harus memiliki peran dalam masyarakat.

Namun, Ihsan mengakui, penggunaannya saat ini begitu banyak di media untuk mengekspose citra ekstremis, militan, dan radikal. "Sekarang membingungkan, siapa Islamist?" ujar Bugby.

 
Sekarang membingungkan, siapa Islamist?
 
 

Islam secara bahasa berasal dari kata salima yang berarti ‘selamat’. Dari kata itu, terbentuk aslama atau ‘menyerahkan diri’. Dari aslama terbentuklah kata Islam, sedangkan pengikutnya dinamakan Muslim. Tidak mengherankan jika Islam juga berarti damai atau selamat. 

Para ulama juga menyebut Islam dalam pengertian: “Islam adalah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad SAW adalah hamba serta Rasul-Nya, menunaikan shalat, memberikan zakat, puasa pada bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji jika mampu."

Sementara itu, terorisme dalam Undang-Undang Antiterorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, Iingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan.

 

Dari segala sisi, konsep Islam dan terorisme bak bumi dan langit. Yang satu menebarkan kedamaian, lainnya menyebar ketakutan. Begitu pula dari sisi praktik. Ketika dalam kondisi perang, Nabi SAW meletakkan etika bagi kaum Muslimin dalam menghadapi musuh-musuhnya.

Muslim dilarang untuk membunuh anak-anak, perempuan, dan orang tua. Muslim juga dilarang menghancurkan bangunan dan menebang pohon bahkan rumah ibadah agama lain.

“… Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuasa lagi Mahaperkasa.” (QS al-Haj: 40).

 
Muslim dilarang untuk membunuh anak-anak, perempuan, dan orang tua. Muslim juga dilarang menghancurkan bangunan dan menebang pohon bahkan rumah ibadah agama lain.
 
 

Tak hanya itu, mayoritas ulama menolak bom bunuh diri. Dalilnya: “Janganlah kalian membunuh diri kalian sendiri karena sesungguhnya Allah sangat penyayang kepada kalian.” (QS an-Nisa: 29).

Dan hadis Rasulullah SAW: “Siapa yang membunuh dirinya dengan besi tajam maka besi itu diletakkan di tangannya, ditusukkan ke perutnya di neraka jahanam, dia kekal di dalamnya.” (HR Bukhari Muslim).

Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun berpendapat bom bunuh diri haram untuk dilakukan. Di dalam fatwa tentang terorisme, Nomor 3 Tahun 2004, MUI berpendapat bom bunuh diri hukumnya haram karena merupakan salah satu bentuk tindakan keputusasaan (al-ya'su) dan mencelakakan diri sendiri (ihlak an-nafs). Baik dilakukan di daerah damai (al-shulh/dar al- salam/dar al dakwah) maupun di daerah perang (dar al-harb). 

Ajaran yang tertuang dalam Alquran dan sunah ini amat berbeda dengan apa yang dilakukan para teroris. Mereka tidak ragu menghancurkan bangunan, bahkan rumah ibadah, meski pada masa damai. Mereka bahkan berimajinasi akan masuk ke dalam surga saat melakukan bunuh diri demi jalan mereka.

Wallahu a'lam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat