Siswa SMP Negeri 13 Solo mengikuti simulasi pembelajaran tatap muka (PTM) dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 di Solo, Jawa Tengah, Kamis (18/3/2021). | ANTARA FOTO/Maulana Surya

Tajuk

Antisipasi Pasca-PTM

Antisipasi penting agar PTM berlangsung baik dan tak jadi klaster penularan baru Covid-19.

Keputusan pemerintah mengizinkan sekolah menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) perlu diiringi panduan praktis mendetail. Ini menjadi antisipasi selama proses maupun pascapenyelenggaraan PTM berlaku efektif.

Dengan panduan antisipasi ini, setiap sekolah mendapatkan kejelasan saat menjalankan PTM dan jika terjadi sesuatu selama PTM berlangsung. Sekolah pun dapat melaksanakan tahap demi tahap PTM.

Lalu, mereka kelak mampu mengantisipasi penyebaran Covid-19 di area sekolah serta dengan segera memutuskan langkah yang ditempuh jika di kemudian hari terjadi penularan setelah PTM diselenggarakan.

Ini penting agar PTM berlangsung dengan baik dan tak menjadi klaster penularan baru Covid-19. Kalaupun kemudian terjadi, tentu kita tak mengharapkan hal tersebut, maka penyebarannya tidak masif tetapi terisolasi.

Apalagi, Mendikbud Nadiem Makarim menyatakan, sekolah yang sudah bisa menyelenggarakan PTM saat ini juga tanpa menunggu Juli mendatang. Dalam konteks ini, Satgas Penanganan Covid-19 meminta pihak sekolah berpedoman SKB Empat Menteri.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebutkan, perlu mengatur intensitas aktivitas kegiatan belajar mengajar di sekolah dalam menuju normal. Diatur dengan tepat sehingga tetap aman dari Covid-19.

 
Kegiatan murid di sekolah pun perlu diatur intensitasnya sebelum akhirnya benar-benar normal sepenuhnya.
 
 

Artinya, menurut Wiku, kegiatan murid di sekolah pun perlu diatur intensitasnya sebelum akhirnya benar-benar normal sepenuhnya. Selain itu, Wiku menambahkan, pembukaan sekolah juga perlu didahului simulasi yang melibatkan seluruh komponen di daerah.

Terkait PTM, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI akan melakukan uji coba di 100 sekolah mulai 7 April hingga 29 April 2021. Skema yang diterapkan adalah para siswa belajar tatap muka secara bergantian. 

Kemarin, Kepala Bidang Sekolah Dasar (SD) Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Momon Sulaeman mengatakan, uji coba ini hanya diperuntukkan untuk siswa kelas 4, 5, dan 6 SD. Selain itu, siswa kelas 7, 8, dan 9 SMP serta siswa kelas 10, 11, dan 12 SMA/SMK. 

Mekanismenya, sekolah dibuka tiga hari dalam satu pekan, yakni pada Senin, Rabu dan Jumat. Sedangkan Selasa dan Kamis akan dilakukan pembersihan sekolah dengan desinfektan.

Pada hari Senin, siswa yang ikut belajar tatap muka adalah kelas 4 SD, 7 SMP, dan 10 SMA di sekolah masing-masing. Pada hari Rabu, giliran siswa kelas 5 SD, 8 SMP, dan 11 SMA. Pada Jumat untuk siswa kelas 6 SD, 9 SMP, dan 12 SMA. 

Selain dibagi per hari, jumlah siswa di dalam kelas juga dibatasi. Setiap kelas hanya diperbolehkan diisi 50 persen dari total siswa. Siswa yang boleh masuk maksimal 50 persen dari jumlah siswa dan diizinkan oleh orang tua.

 
Jika selama masa uji coba ditemukan siswa maupun tenaga pendidik positif Covid-19, sekolahnya ditutup selama tiga hari.
 
 

Karena itu, saat 50 persen siswa belajar tatap muka maka 50 persen sisanya belajar secara daring di rumah. Pada pekan selanjutnya, siswa yang sebelumnya belajar di rumah akan belajar langsung di sekolah. 

Jika selama masa uji coba ditemukan siswa maupun tenaga pendidik positif Covid-19, sekolahnya ditutup selama tiga hari. Selanjutnya dilakukan contact tracing oleh puskemas atau RS terdekat. Sekolah yang ikut uji coba sudah berkoordinasi dengan puskemas terdekat.

Kita berharap, sekolah di semua daerah yang kelak menempuh PTM telah siap dengan langkah antisipasi semacam ini. Dengan demikian, pada saat muncul kejadian di sekolah yang menimpa siswa maupun tenaga pendidik, mereka tak lagi gagap dan panik.

Maka dengan kesiapan semua pihak, PTM tak hanya memenuhi keinginan siswa dan orang tua yang ingin anaknya segera belajar di sekolah tetapi juga keamanan serta kesehatan semua pihak terkait dengan pendidikan di sekolah, terjamin.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat