Suasana rumah terduga pelaku penodongan Mabes Polri di Gang Taqwa, Ciracas, Jakarta Timur, Rabu (31/3). | Republika/Thoudy Badai

Narasi

Sang Ayah Yakin Ada yang Nuntun ZA

Grafolog menganalisis bahwa jihab bukan faktor utama pendorong pelaku penyerangan Mabes Polri.

OLEH FEBRYAN A, IDEALISA MASYRAFINA

M Ali, ayah pelaku penodong senjata di Mabes Polri, ZA, baru saja pulang menunaikan shalat Zhuhur di mushala dekat kediamannya, di RT 03 RW 10, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur. Ali yang berjalan kaki tampak sempat berbicara dengan tetangganya yang bernama Tiuria soal kematian ZA.

Saat ditanyai awak media, Ali tak berkomentar banyak. "Inna Lillahi...," katanya, Kamis (1/4). Kalimat ucapan duka itu tak terdengar jelas pada bagian akhir karena suara Ali lirih. Wajah pria 69 tahun itu tampak letih. Ali lantas meminta awak media untuk mewawancarai Tiuria. "Maaf ya maaf ya. Sama ibu itu (Tiuria) saja," kata Ali.

Tiuria mengatakan, Ali masih tak menyangka ZA berbuat demikian. Ali juga meyakini ZA beraksi bukan karena atas kemauannya sendiri, melainkan karena ada tuntunan dari orang lain. "Kata dia (Ali) ada orang yang menuntun anaknya (ZA). Ada yang bawa dia, bapaknya bilang gitu. Karena anak seperti itu masih labil-lah ketika diajak, ya dia mau," kata Tiuria.

photo
Suasana rumah terduga pelaku penodongan Mabes Polri di Gang Taqwa, Ciracas, Jakarta Timur, Rabu (31/3). - (Republika/Thoudy Badai)

Polisi diketahui turut mengamankan barang bukti berupa kartu tanda anggota (KTA) Persatuan Menembak Indonesia (Perbakin) atas nama ZA. Tiuria mengatakan, Ali selama ini juga tak mengetahui putrinya ikut klub menembak.

"Pak Ali tidak tahu sama sekali (soal KTA Perbakin). Kegiatan dia di luar aja sama sekali orang tuanya, keluarganya, tidak tahu. Makanya, mereka juga kaget sesudah kejadian ini. Makanya tadi kan dibilang 'ada yang nuntun', 'ada yang bawa'," kata Tiuria.

ZA menerobos masuk ke Mabes Polri dan menodongkan senjata ke polisi pada Rabu (31/3) sore. Ia ditembak mati aparat kepolisian.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan, ZA adalah lone wolf. Hal ini merujuk pada kajian keamanan dan terorisme global sebagai pelaku teror yang bergerak sendiri. "Dari hasil profilling terhadap yang bersangkutan, maka yang bersangkutan adalah pelaku lone wolf berideologi radikal ISIS yang dibuktikan dengan postingan yang bersangkutan di media sosial," kata Listyo.

Ketua RT setempat, Kasdi, mengatakan, selama ini ZA selalu gonta-ganti nomor HP sehingga sulit dihubungi keluarganya. Hal itu diketahui Kasdi berdasarkan penuturan keluarga ZA. "Nomor HP pelaku ini gonta-ganti. Ketika kakaknya bertanya nomor HP, (dia bilang) nggak ada. Keluarga ngelacak nomor HP pelaku ini tidak pernah ketemu," kata Kasdi kepada wartawan di kediamannya, Kamis (1/4). 

 
Kalau pelaku ngontak saudaranya bisa. Almarhumah ini nomor HP-nya gonta-ganti.
 
 

Sedangkan ZA, lanjut Kasdi, bisa mengontak saudaranya. Namun, setelah itu dia kembali mengganti nomor HP. "Kalau pelaku ngontak saudaranya bisa. Almarhumah ini nomor HP-nya gonta-ganti," ucapnya. 

Kasdi menambahkan, ZA adalah sosok yang tertutup dan pendiam. "Keluarganya sendiri aja jarang ngobrol sama pelaku itu. Tertutup deh," kata Kasdi kepada wartawan, Kamis (1/4). 

Kasdi mengaku, dirinya saja sangat jarang melihat ZA. Padahal rumahnya dengan kediaman ZA hanya berjarak sekitar 100 meter. Orang tua ZA diketahui juga sudah menetap di sana sejak 40 tahun silam. 

Menurut Kasdi, bukan hanya dirinya yang jarang melihat ZA, tapi juga tetangganya yang lain. "Kita para tetangga juga tidak pernah melihat dia main-main keluar rumah dengan tetangga. Udah mengucilkan diri aja di dalam rumah," kata dia. 

Kasdi mengatakan, ZA yang merupakan anak bungsu dari enam bersaudara itu memang terlihat pendiam sejak SMP. Sosok ZA lebih banyak berdiam diri di kamarnya. Kesehariannya, ZA hanya membantu-bantu membersihkan rumah. Dia juga tidak pernah didatangi temannya ke rumah. "Kayaknya dia tidak punya temen kalau saya bilang. Orang dia tidak pernah mencari temen," ungakp Kasdi. 

photo
Kalau pelaku ngontak saudaranya bisa. Almarhumah ini nomor HP-nya gonta-ganti - (Republika/Thoudy Badai)

ZA amat berkebalikan dengan lima saudaranya dan orang tuanya yang aktif bersosialisasi dengan masyarakat. Ibu dari ZA, lanjut Kasdi, aktif di posyandu. Sedangkan bapaknya sering ke mushala dan ngobrol dengan warga. Begitu pula kakak-kakak ZA yang dikenal terbuka dan mau bersosialisasi.

"Ayah ibunya aktif. Anaknya (ZA) doang yang diem di kamar aja. Kalau keluar itu paling sampe teras, berapa menit, balik lagi ke kamar," ujar Kasdi. Bahkan, lanjut Kasdi, ZA tak pernah terlibat acara perayaan 17 Agustus di wilayah setempat.

Alasan utama

ZA juga diketahui meninggalkan sepucuk surat wasiat untuk keluarganya. Adanya surat wasiat ini juga mirip dengan kejadian bom bunuh diri di Gereja Katedral, Makassar, beberapa hari lalu.

Grafolog Deborah Dewi mencermati kedua surat wasiat yang diduga ditulis pelaku teror di Makassar dan Mabes Polri. Menurut Deborah, kedua pelaku mengaku melakukan 'jihad', tapi dari analisis grafologi alasan tersebut tidak kuat.

"Meskipun secara verbal mereka memberikan alasan yang berbau spiritual, tapi indikator grafis di dalam sampel tulisan tangan keduanya justru tidak menunjukkan dorongan spiritual yang kuat untuk mengeksekusi 'jihad',” kata Deborah kepada Republika.

photo
Analisis grafolog atas surat yang diklaim merupakan wasiat pelaku penembakan di Mabes Polri. - (istimewa)

Ia memaparkan, meskipun gaya dan pola tulisan tangan serta memiliki beberapa indikator yang secara grafis berbeda, kedua surat wasiat intepretasinya sama. Menariknya, jika semua indikator grafis tersebut dikumpulkan menjadi satu dan dianalisis secara komperehensif, akan terdapat perbedaan signifikan dari segi karakter pelaku ataupun pemicu internal yang mendorong bersangkutan rela melakukan aksinya.

Kemudian, ia menilai, terdapat perbedaan jelas dari keduanya di balik alasan melakukan aksi. Untuk ZA, dorongan yang utama adalah kemarahan atas status sosial (nonmaterial) yang melekat padanya. Sedangkan, untuk Lukman, dorongan yang utama adalah kemarahan dan ketakutan dalam menghadapi masa depan di kehidupannya yang akan sangat berdampak pada sang ibu.

"Kematangan emosional dan intelektual yang lemah di antara kedua pelaku menjadikan celah keberhasilan perekrutan eksekutor teroris semakin besar." kata Deborah.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Argo Yuwono menyatakan bahwa jenis senjata yang digunakan pelaku teror Zakiah Aini di Mabes Polri merupakan jenis airgun berkaliber 4,5 mm. Itu diketahui usai pengecekan dari uji labfor atas sejumlah barang bukti yang ditemukan dari jasad pelaku teror tersebut. 

"Dari hasil pengamatan gambar senjata yang dipergunakan pelaku jenis pistol airgun BB bullet call 4,5 mm," kata Argo dalam keterangan resminya, Jakarta, Kamis (1/4).

Hingga saat pihak kepolisian masih terus melakukan penyelidikan soal asal-usul senjata bisa didapatkan oleh pelaku. "Asal senjata masih diselidiki. Karena yang bersangkutan sudah meninggal," ujar Argo. 

Menurut Argo, senjata Airgun ini menggunakan gas Co2 sebagai pendorong peluru. Co2 penggunaannya ditancapkan dan dipasang pada bagian popor senjata.

Airgun adalah salah satu jenis senjata angin. Mekanisme yang digunakan untuk menembak memanfaatkan tekanan angin. Hal yang sama bisa ditemukan pada senapan angin atau airsoft gun. Tetapi, dalam hal perbedaannya yaitu untuk airgun angin yang digunakan adalah karbon dioksida atau CO2.

Peluru yang digunakan juga berbentuk bola kecil atau gotri yang terbuat dari logam. Beda dari airsoft gun yang menggunakan peluru dari plastik yang lebih ringan. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat