Pengunjuk rasa mengibarkan bendera Palestina di tiang listrik di Hebron, Tepi Barat, beberapa waktu lalu. | EPA/ABED AL HASHLAMOUN

Internasional

Kuartet Jajaki Kembali Mediasi Israel dan Palestina

Kuartet membahas kemungkinan untuk mengaktifkan kembali perundingan damai Israel dan Palestina.

NEW YORK – PBB, Amerika Serikat, Rusia, dan Uni Eropa bertemu secara virtual, Selasa (23/3). Mereka membahas kemungkinan untuk mengaktifkan kembali perundingan damai Israel dan Palestina yang terhenti sejak 2014.

Empat pihak yang dikenal sebagai mediator kuartet ini menyatakan, para utusan membahas kembalinya “Perundingan yang berarti yang akan mengarah pada solusi dua negara, termasuk langkah nyata mencapai kebebasan, keamanan, dan kesejahteraan bagi rakyat Palestina dan rakyat Israel.”

Pernyataan itu dikeluarkan setelah pemilihan umum (pemilu) Israel berakhir pada Selasa malam. Netanyahu gagal meraih suara mayoritas yang memadai untuk membentuk pemerintah. Hingga Rabu pagi, penghitungan 87,5 persen suara menunjukkan partai Likud pimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bersama sekutunya yang berhaluan ultra-ortodoks dan ekstrem kanan sulit meraih 61 suara dari 120 kursi parlemen. Politik Israel diperkirakan akan kembali menemui jalan buntu.

Pada Januari, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sempat mengatakan, ada harapan untuk mengakhiri konflik Israel dan Palestina, setelah sekian lama buntu. Tanpa menyebut pemerintahan AS saat di bawah mantan presiden Donald Trump, Guterres mengatakan, “Kita sebelumnya terkunci dalam situasi tanpa melihat adanya kemajuan.”

Tekad Netanyahu

Saat kampanye pemilu, Netanyahu sempat mengungkapkan, ia tidak akan membiarkan Palestina merdeka. Situs berita Panet melaporkan, ia yakin perdamaian di Timur Tengah dapat dicapai dengan membuat kesepakatan dengan negara-negara Arab.

Negara-negara Arab ingin berdamai dengan Israel berdasarkan Inisiatif Perdamaian Arab yang menetapkan pembentukan negara Palestina yang berdaulat dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya. Inisiatif ini akan menjadi solusi bagi pengungsi Palestina dan normalisasi hubungan dengan Israel.

Netanyahu mengatakan ia akan menerima pembentukan negara Palestina bila keamanannya tetap berada dikendalikan Israel. "Jika tidak, mereka akan membiarkan Hamas berkuasa," katanya, mengacu pada Hamas yang kini memimpin di Jalur Gaza.

Netanyahu mengatakan bila Israel tidak mengendalikan keamanan negara Palestina maka negara itu bisa disusupi Alqaidah dan Iran."Hal ini terjadi di tempat lain di mana Israel tidak memiliki keamanan yang kuat," tambah Netanyahu.

Perdana menteri Israel itu menambahkan ia tidak berniat 'memarjinalisasi' isu Palestina. "Palestina memarjinalisasi diri mereka sendiri di banyak masalah politik internal yang tidak ingin saya bicarakan tapi mereka hal itu terkait dengan perebutan kekuasaan," katanya.  

Netanyahu mengklaim ia yang memimpin normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Arab tahun lalu. Ia juga mengaku membuat orang Arab dan Yahudi hidup berdampingan di Israel. "Ini akan mendorong perubahan historis hubungan antara orang Yahudi dan Arab pada umumnya," klaimnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat