Hukuru Miskiiy dibangun dengan bahan utama koral atau batu karang. UNESCO bahkan memujinya sebagai salah satu konstruksi berbahan koral terindah di seluruh Maladewa. | DOK WIKIMALDIVES

Arsitektur

Hukuru Miskiiy, Masjid Kaya Sejarah di Maladewa

Masjid Hukuru Miskiiy didaulat sebagai salah satu bangunan batu karang terbaik di dunia.

OLEH HASANUL RIZQA 

Islam di Maladewa telah dikenal sejak abad ke-12 lewat interaksi pedagang Arab, Muslim Gujarat, dan Mughal di wilayah ini. Sejarawan Muslim terkemuka asal Maroko, Ibnu Battutah, bahkan mengungkapkan, pada 1153 Sri Tribuvana Aditiya (Sultan Muhammed Ibn Abdulla) merupakan raja pertama di Maladewa yang memeluk Islam setelah sebelumnya para penguasa di negeri tersebut memeluk agama Buddha.

Salah satu jejak sejarah Islam di negeri kepulauan tersebut adalah Hukuru Miskiiy. Inilah masjid tertua di seluruh Maladewa. Lokasinya berada di Ibu Kota Male, Kepulauan Kaafu (Kaafu Atoll). Nama lainnya adalah Masjid Jumat Male atau Masjid Karang.

Hukuru Miskiiy dibangun pertama kali pada abad ke-12 M. Meskipun telah berusia ratusan tahun, konstruksi bangunan tersebut masih kuat bertahan hingga saat ini. Bentuknya pun tak banyak berubah, terutama sejak penyempurnaan wujud fisiknya pada 1656.

Pembangunan masjid pada masa itu dimulai ketika Islam diperkenalkan oleh seorang Muslim Sunni dari wilayah Maghrib, Abul Barakat Yoosuf al-Barbary. Raja yang menjadi pemeluk Islam pertama di Maladewa, bergelar Muhammad el Adil, ambil bagian sebagai inisiator pembangunan Hukuru Miskiiy.

Pembangunan masjid ini memerlukan durasi hingga dua tahun. Semenjak itu, masjid batu karang itu telah mengalami perbaikan dan pengubahan sebanyak sembilan kali hingga menjadi salah satu situs budaya eksotis Maladewa yang kini dikenal juga dengan nama Male Friday Mosque.

Badan PBB untuk kebudayaan, UNESCO, menggolongkannya sebagai salah satu situs warisan peradaban dunia. Renovasi pertama yang dikerjakan pada Hukuru Miskiiy berlangsung di bawah kepemimpinan Ahmed Shihaabuddheen I. Pada 1338, perbaikan perdana itu berhasil. Catatan tentangnya diabadikan dalam prasasti kayu yang dapat dijumpai hingga kini.

Hukuru Miskiiy

photo
Sisi interior Hukuru Miskiiy menampilkan ukiran khas negeri setempat. - (DOK WIKIMALDIVES)

Lalu pada 1656, Sultan Ibrahim Iskandhar menggagas konstruksi baru masjid yang selesai pada 1658 M. Konstruksi inilah yang dipertahankan dan dapat disaksikan hingga saat ini. Renovasi yang dilakukan beberapa sultan Maladewa setelah itu hanya sebatas penambahan dan penggantian beberapa bagian bangunan.

Beberapa abad setelah itu, tepatnya pada tahun 1912 M, Sultan Mohamed Shamsuddheen III melakukan perbaikan. Beberapa bagian dari atap masjid diubahnya. Dari yang semula terbuat dari jerami menjadi berbahan dasar seng. Perbaikan itu juga dilakukan dengan menyempurnakan penampilan dan fungsi menara masjid pada 1914.

Sekitar 50 tahun kemudian, gerbang selatan Hukuru Miskiiy dirobohkan. Kasau penyangga atap bangunan masjid diganti dengan kayu jati. Atapnya yang terbuat dari seng juga turut ditukar menjadi lembaran-lembaran serupa yang berbahan dasar aluminium.

Terlepas dari sejumlah penggantian beberapa bagian bangunan, Hukuru Miskiiy tidak berubah sehingga UNESCO menyebutnya sebagai situs paling terawat di Maladewa. Batu karang menjadi badan utama masjid. Wujudnya tetap seperti saat pertama kali dibangun pada abad ke-17 silam.

 
Beberapa ahli menyebut masjid ini sebagai salah satu bangunan batu karang terbaik di dunia.
 
 

Bahkan, bagian-bagian yang dilapisi pernis masih bertahan dalam kondisi yang sangat baik. Beberapa ahli menyebut masjid ini sebagai salah satu bangunan batu karang terbaik di dunia.

Secara keseluruhan, masjid kebanggaan masyarakat Maladewa ini dibangun dengan dua bahan utama. Pertama, batu karang. Bahan ini digunakan untuk membangun dinding, pilar, lantai, serta beberapa dekorasi interior dan eksterior masjid. Kedua, campuran berbagai kayu, seperti kayu cordia, jati, kayu kelapa, cendana, dan kayu merah. Semuanya dimanfaatkan untuk membangun struktur atap dan bingkai jendela.

photo
Bagian langit-langit di Masjid Hukuru Miskiiy, Male, tetap terjaga bentuknya sebagaimana semula, yakni sekira abad ke-17. - (DOK WIKIMALDIVES)

Bagian utama Hukuru Miskiiy hingga saat ini masih digunakan sebagai tempat shalat. Sebelum masuk ke ruangan utama masjid, di kedua sisi setiap pintu masuk terdapat dhaala satau serambi yang ditinggikan. Serambi ini dapat ditemukan di sisi utara, selatan, dan sisi timur bangunan utama.

Ruangan utama Huruku Miskiiy dibagi menjadi tiga bagian. Mihuraabuge adalah sisi depan bagian dalam masjid yang menjadi tempat imam saat memimpin shalat. Bagian tengah masjid disebut Medhu Miskiiy serta bagian belakang atau Fahu Miskiiy.

Selain tiga bagian utama tersebut, di kedua sisi Mihuraabuge terdapat dua ruangan berukuran lebih kecil. Dahulu, ruangan di sisi utara disediakan untuk sultan, sedangkan ruang di sisi lainnya diperuntukkan bagi kelompok tertentu dari kalangan pejabat penting pemerintah yang dikenal sebagai Jahaa Hangubeykalun.

Di luar bangunan masjid terdapat empat sumur yang juga dibangun dengan balok batu karang dan digunakan sebagai tempat wudhu. Sedangkan, di bagian depan masjid berdiri sebuah jam matahari yang dibangun pada 1917 oleh Sultan Mohamed Shamsuddheen sebagai penunjuk waktu shalat pada siang hari. Jam tersebut dibangun menggantikan jam matahari pertama di Maladewa yang telah rusak.

Keseluruhan batu karang yang digunakan di dalam dan di luar masjid telah diukir secara rapi dengan desain geometris abstrak serta gambar daun, bunga, dan pohon. Sebagian besar ukiran itu semakin indah dengan lapisan pernis di permukaannya. Para ahli melihat gaya arsitektur dan ukiran di Hukuru Miskiiy menunjukkan adanya penga ruh dari seni Islam abad ke-11 dipadu seni lokal Maladewa yang unik dan khas.

Melengkapi kekokohan dan keindahan coraknya, sebuah menara berdiri tegap tak jauh dari Hukuru Miskiiy. Menara yang berusia 17 tahun lebih muda dari bangunan masjid itu juga menyimpan sejumlah prasasti. Akhirnya, Hukuru Miskiiy dikagumi atas keunikan dari sisi arsitektur, estetika, serta makna rohaninya bagi penduduk Muslim setempat.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat