Ilustrasi cabai. | Prayogi/Republika.

Ekonomi

Masyarakat Diajak Budi Daya Cabai

Dengan kecintaan dan kemampuan budidaya maka masyarakat bisa memenuhi kebutuhan cabai secara pribadi.

DEPOK -- Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKPPP) Kota Depok mengajak masyarakat melakukan budidaya cabai. Langkah itu untuk mengantisipasi harga cabai yang terus mengalami peningkatan selama beberapa bulan terakhir.

Kepala DKPPP Kota Depok, Diah Sadiah, mengatakan, dengan adanya kecintaan dan kemampuan masyarakat dalam budidaya tanaman cabai maka mereka bisa memenuhi kebutuhan secara pribadi. Dengan begitu, masyarakat tidak terpengaruh terhadap harga cabai di pasaran.

"Bahkan jika dilakukan semua RW, bisa berkontribusi bagi penurunan harga cabai di Kota Depok karena persediaannya banyak. Semoga kegiatan ini dapat dilaksanakan dan diimplementasikan di masyarakat secara keseluruhan," ujar Diah di Balai Kota Depok, Jawa Barat, Kamis (18/3).

Menurut Diah, pihaknya terus berkoordinasi dengan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) untuk penyediaan pangan yang murah dan berkualitas. Termasuk, mengoptimalkan Pasar Mitra Tani atau Toko Tani Indonesia Center Kota Depok untuk mengontrol harga pangan di pasaran.

Dalam waktu dekat, pihaknya akan menggelar edukasi kepada masyarakat bertema “Menanam Cinta di Pekarangan dengan Memanfaatkan Limbah Rumah Tangga”. Pelatihan tersebut antara lain pelatihan pemanfaatan pekarangan, cara praktis budidaya tanaman, pembuatan pupuk organik sederhana, pengendalian organik sederhana, hingga pemanfaatan barang bekas rumah tangga. Dengan begitu, diharapkan masyarakat bisa memenuhi kebutuhan dapur sendiri.

Menurut Diah, jajarannya bakal melakukan edukasi kepada warga kelurahan dengan memanfaatkan aplikasi Zoom. Nantinya, diadakan 63 kali pertemuan dengan peserta RW-RW Kampung Siaga Tangguh Jaya (KSTJ) di Kota Depok. "Selanjutnya dilakukan pendampingan langsung di lapangan," kata Diah.

Harga cabai naik

Harga cabai di Kota Yogyakarta mengalami kenaikan menjelang Ramadhan 2021. Lonjakan harga cabai ini terjadi terutama pada cabai rawit.

Kepala Bidang Ketersediaan Pengawasan dan Pengendalian Perdagangan Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Yogyakarta, Sri Riswanti mengatakan, harga cabai rawit mencapai Rp 115 ribu per kilogram. Namun, harga cabai rawit hijau Rp 45 ribu per kilogram.

Untuk harga cabai merah keriting dan besar, saat ini mencapai Rp 50 ribu per kilogram. Menurutnya, penyebab kenaikan harga cabai ini dikarenakan mundurnya masa panen.

"Banyak petani pada masa tanam yang harusnya dipanen Bulan Januari, namun baru Februari," kata Sri di Pasar Serangan, Kota Yogyakarta, Kamis (18/3).

Selain itu, gagal panen di sejumlah daerah penghasil cabai juga menjadi penyebab naiknya harga cabai. Gagal panen ini, katanya, terjadi karena cuaca hujan yang masih terjadi hingga saat ini.

"Oleh karena itu, Pemkot Yogyakarta dalam hal ini Disdag melakukan sejumlah upaya untuk mengendalikan harga cabai khususnya jelang bulan Ramadhan," ujar Sri.

Untuk itu, pihaknya berupaya untuk memenuhi kebutuhan warga dengan tanam cabai dalam Program Lorong Sayur dan Kampung Sayur. Melalui gerakan tersebut, diharapkan harga cabai khususnya di Kota Yogyakarta dapat kembali stabil.

"Diharapkan harga cabai akan kembali stabil, terutama saat bulan Ramadhan dengan banyaknya cabai yang siap panen," jelasnya.

Ketua DPD AA La Nyalla Mahmud Mattalitti meminta agar pemerintah mempersiapkan langkah-langkah taktis untuk menekan laju harga komoditas cabai agar terkendali salah satunya dengan sistem distribusi yang dapat mengantisipasi dan menyelesaikan masalah jangka pendek-menengah. "Pemerintah perlu membuat sistem secara terkoordinasi antar-wilayah untuk memudahkan pasokan komoditi cabai. Pemerintah harus punya sistem distribusi yang dapat mengantisipasi persoalan ini secara serius," kata La Nyalla.

Sejatinya Indonesia memiliki sentra-sentra penghasil hortikultura komoditas cabai atau jenis sayur-sayuran yang dapat memberikan pasokan ke daerah-daerah lain. "Ini harus dibuat sistemnya dengan memperhatikan waktu panen dan keadaan cuaca," tutur La Nyalla.

Situasi melonjaknya secara drastis harga cabai semestinya tak terjadi mengingat Indonesia merupakan termasuk produsen cabai peringkat keempat dunia."Dengan tingkat produksi yang tinggi semestinya kita mampu membuat sirkulasi distribusi yang tersistem dan juga pengolahan atau industri penyimpanan (stok) cabai untuk beberapa waktu tertentu," papar dia.

Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan berbagai upaya untuk menjamin ketersediaan komoditas strategis termasuk cabai rawit. Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto menegaskan tidak ada impor untuk merespons kenaikan harga cabai yang terjadi dua bulan terakhir, namun Kementan melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk mempercepat pasokan dan meredam kenaikan harga cabai rawit.

Berbagai upaya jangka pendek yang dapat dilakukan untuk menstabilkan pasokan dan meredam kenaikan harga cabai rawit dibahas dalam rakor tersebut. Salah satu solusinya dengan menggelar pasar cabai murah di 34 titik yang berlangsung dari tanggal 8-20 Maret.

Ditjen Hortikultura akan mendukung pendistribusian cabai dengan fasilitasi sarana distribusi yang dimiliki. Selain itu juga menyusun perjanjian kerja sama dengan RNI dalam upaya stabilisasi pasokan ini.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat