Pengunjuk rasa memberikan hormat untuk pengunjuk rasa yang gugur saat berdemonstrasi menolak kudeta di Yangon, Myanmar, Kamis (18/3). | STRINGER/EPA

Internasional

Jokowi: Setop Kekerasan di Myanmar

Panglima TNI menyampaikan keprihatinan di depan pemimpin kudeta Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing.

JAKARTA – Presiden Joko Widodo mendesak agar penggunaan kekerasan di negara itu segera dihentikan. Ia juga mendesak dilakukannya dialog dan rekonsiliasi untuk memulihkan demokrasi dan perdamaian di negara Myanmar.

“Indonesia mendesak agar penggunaan kekerasan di Myanmar segera dihentikan, sehingga tidak ada lagi korban berjatuhan,” kata Jokowi  dalam pernyataan persnya di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (19/3).

Jokowi menegaskan, keselamatan dan kesejahteraan rakyat harus menjadi prioritas utama. Karena itu, ia mengaku akan segera melakukan pembicaraan dengan Sultan Brunei Darussalam sebagai Ketua ASEAN agar segera menyelenggarakan pertemuan tingkat tinggi ASEAN membahas krisis di Myanmar tersebut.

“Indonesia mendesak agar dialog, agar rekonsiliasi segera dilakukan untuk memulihkan demokrasi, untuk memulihkan perdamaian, dan untuk memulihkan stabilitas di Myanmar,” ujar Jokowi. Ia pun menyampaikan rasa duka cita dan simpatinya kepada seluruh korban dan keluarga korban akibat penggunaan kekerasan di Myanmar.

Militer melakukan kudeta 1 Februari dengan dalih ada kecurangan dalam pemilihan umum (pemilu) 8 November. Pemilu itu dimenangkan partai National League for Democracy (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi. Dalam kudeta itu, militer menahan Suu Kyi dan Presiden Min Wyint hingga kini.

Saat berita ini ditulis, sembilan orang dilaporkan tewas ditembak pasukan keamanan Myanmar dalam unjuk rasa pada Jumat. Laporan ini diperoleh dari sebuah jasa pemakaman dan media. Sementara laporan Reuters pada Jumat yang mengutip kelompok aktivis Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) menyebutkan, total angka korban tewas sekurangnya 233 orang sejak kudeta 1 Februari. Sedangkan 2.258 orang dituntut secara hukum dan 1.938 orang ditahan.

Militer dan polisi Myanmar menggunakan taktik yang kian keras untuk menekan unjuk rasa. Namun, taktik itu tak mengendurkan aksi. Massa kembali muncul di sejumlah kota.

Tembakan dilaporkan di pusat Kota Aungban, untuk membubarkan massa. "Pasukan keamanan datang untuk menyingkirkan barikade, namun orang-orang bertahan dan akhirnya mereka (pasukan keamanan, Red) melepaskan tembakan," ujar seorang saksi mata yang menolak disebut jati dirinya, melalui telepon. 

photo
Seorang perempuan menembakkan ketapel dalam aksi unjuk rasa menolak kudeta di Yangon, Kamis (18/3/2021). - (STRINGER/EPA)

Seorang petugas di jasa pemakaman Aungban mengatakan, ada delapan orang tewas. Tujuh orang di antaranya tewas di tempat dan seorang lagi meninggal setelah dibawa ke rumah sakit di Kalaw.

Sedangkan portal berita Myanmar Now melaporkan, seorang lainnya tewas di Loikaw. Penembakan juga terjadi di Yangon, namun tidak ada laporan korban tewas.

Juru bicara NLD, Kyi Toe, ditahan pada Kamis (18/3). Sejak kudeta, Kyi Toe menjadi sumber utama informasi sejak Suu Kyi dan Presiden Win Myint ditahan.

Tayangan televisi menunjukkan, pemimpin kudeta Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, sempat ikut konferensi video dengan para panglima militer "ASEAN Chiefs of Defense Forces Meeting (ACDFM) 2021", Kamis. Ini adalah kesempatan pertamanya ikut dalam pertemuan internasional sejak merebut kekuasaan.

Dalam pertemuan itu, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyampaikan keprihatinannya atas situasi Myanmar. Ia mengatakan, keamanan dan keselamatan rakyat Myanmar harus menjadi prioritas utama. 

Anak Junta Myanmar Diburu

Insinyur kelistrikan bernama Susu San (33 tahun) melakukan perjalanan 1.500 km dari ujung utara Queensland, ke tempat kerja salah satu anak junta di sebuah rumah sakit di kota kecil, Mackay. Ia mengatakan, targetnya di Rumah Sakit Dasar Mackay adalah dokter berusia 28 tahun, Min Ye Myat Phone Khine.

Ibunya adalah jaksa agung junta, Thida Oo, yang kantornya sekarang menangani kasus hukum terhadap Suu Kyi. Dia pernah menjabat sebagai sekretaris tetap di kantor kejaksaan selama pemerintahan sipil. Sikap Thida Oo yang menerima jabatan dari junta dipandang sebagai pengkhianatan terhadap  Suu Kyi.

Susu San berdiri di tempat parkir rumah sakit, mengenakan pakaian olahraga berwarna merah muda. Satu tangan perempuan ini terangkat memberi hormat tiga jari. Satu tangannya yang lain memegang plakat yang menyerukan agar junta melepaskannya pemimpin terpilih Myanmar, Aung San Suu Kyi.

"Mereka mengira tak tersentuh. Ini adalah cara untuk memberdayakan rakyat kami dengan mengatakan bahwa tidak ada yang bisa lepas dari pelanggaran hukum dan kebrutalan," kata Susu San dalam berita Reuters, Jumat (19/3).

Dua hari setelah aksi Susu San, Min Ye Myat Phone Khine memposting pesan untuk pertama kalinya di halaman Facebook-nya sejak kudeta. Dia menyatakan dukungan untuk gerakan pro-demokrasi.

photo
Sejumlah polisi Myanmar yang melarikan diri dari negaranya berdiri melayangkan salam penolakan kudeta di lokasi yang dirahasiakan di Negara Bagian Mizoram, India, Kamis (18/3/2021). - (Anupam Nath/AP)

"Saya telah keluar dari bayang-bayang orang tua saya untuk menempuh jalan saya sendiri. Saya akan berdiri dengan berani bersama orang-orang karena saya hanya satu warga negara yang berusaha mencapai demokrasi yang benar dan adil," tulis Min Ye Myat Phone Khine pada 8 Maret.

Sejak kudeta, beberapa pengunjuk rasa telah meluncurkan kampanye daring untuk mengecam anggota keluarga dan rekan junta di Myanmar dan sekitarnya. Gerakan ini menyoroti mereka yang tinggal dengan nyaman di negara-negara demokratis yang jauh dari kekacauan berdarah di rumah.

Selain mempermalukan teman, rekan, dan kerabat junta di media sosial, para aktivis juga membuat laman socialpunishment.com Laman itu menampilkan lebih dari 120 profil orang yang dituduh gagal berbicara menentang kudeta.

Meski begitu, kampanye menentang anak-anak junta menimbulkan pertanyaan di antara beberapa pendukung. Mereka mempertanyakan etika mempermalukan orang secara daring akibat tindakan orang tua mereka. Namun, para pegiat berdalih, kemaran atas penahanan massal dan pembunuhan pengunjuk rasa melampaui rasa malu yang harus ditanggung keluarga junta.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat