Anggota Pecalang atau petugas keamanan adat Bali mendampingi umat Islam saat membagikan daging kurban ke umat Hindu pada Hari Idul Adha 1441 H di Denpasar, Bali, Jumat (31/7/2020). Ini merupakan contoh toleransi agama | Nyoman Hendra Wibowo/ANTARA FOTO

Khazanah

Program Moderasi Beragama Tekankan Toleransi

Sebagai kaum terdidik, mahasiswa seharusnya punya sikap toleransi tinggi.

JAKARTA – Hasil survei Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menunjukkan, secara umum toleransi mahasiswa Indonesia cukup tinggi. Namun, satu dari tiga mahasiswa memiliki sikap toleransi beragama yang tergolong rendah atau sangat rendah.

Menanggapi hal itu, Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kementerian Agama (PKUB Kemenag) Nifasri mengatakan, masih adanya mahasiswa yang sikap toleransinya rendah akan menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi Kemenag.  

"Kalau memang penelitian memenuhi ketentuan dari sisi metodologi, dan lain-lain, itu menjadi PR Kemenag, agar hasil penelitian ini ke depan berkembang, program moderasi beragama di perguruan tinggi, sekolah, dan masyarakat," kata Nifasri kepada Republika, Selasa (2/3). 

Program moderasi beragama Kemenag, menurut dia, memang belum mengakomodasi semua mahasiswa. Apabila riset tersebut benar seperti di lapangan, targetnya ke depan kemungkinan program moderasi beragama akan masuk ke dalam kurikulum. 

Moderasi beragama merupakan pembangunan karakter yang moderat dan tidak ekstrem, tidak memiliki pemahaman kiri ataupun kanan. Karakter ini tetap taat beragama dan menjaga keyakinan miliknya, namun tidak merendahkan orang lain. 

"Ini baru tahun ini kita sosialisasikan secara menyeluruh, tahun ini masuk perpres (peraturan presiden), masuk RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2020-2024," kata dia.

Nifasri mengatakan, sasaran program moderasi beragama ke depan akan diterapkan pada semua kementerian dan lembaga. Kemudian juga di lembaga pendidikan, perguruan tinggi, dan sekolah.

Dia mengungkapkan, sebelumnya PKUB telah melakukan kegiatan dialog dengan 50 mahasiwa lintas agama di Aceh. Sebanyak 50 mahasiswa yang dipilih secara acak tersebut memiliki tingkat toleransi yang cukup tinggi.

"Sebanyak 50 mahasiswa ini bukan dipilih, tidak satu pun yang intoleran. Ini kok intoleran sampai 30 persen. Terlepas dari itu, ini menjadi PR Kemenag, terlebih lagi ada moderasi," ujar dia.

PPIM UIN Jakarta meluncurkan hasil survei nasional bertema “Kebinekaan di Menara Gading: Toleransi Beragama di Perguruan Tinggi” secara virtual pada Senin (1/3). Koordinator survei nasional tersebut, Yunita Faela Nisa menyampaikan, ada empat kategori sikap dan perilaku toleransi beragama mahasiswa, yakni sangat rendah, rendah, tinggi, dan sangat tinggi. 

"Untuk (mahasiswa) yang sikap toleransi beragamanya sangat rendah sebanyak 5,27 persen, dan yang rendah 24,89 persen, dan (mahasiswa) yang sikap toleransi beragamanya tinggi mencapai 49,83 persen dan sangat tinggi 20 persen," kata Yunita.

Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas mahasiswa memiliki sikap toleransi beragama yang tinggi dan sangat tinggi. Meski demikian, ada sekitar 30 persen mahasiswa yang memiliki sikap toleransi sangat rendah dan rendah. “Ini yang perlu diperhatikan,’’ ujar Yunita. 

Sementara itu, pengamat pendidikan dari Universitas Paramadina, Andreas Tambah, menuturkan, hasil riset tersebut menggambarkan masih adanya permasalahan dalam sikap toleransi di tengah masyarakat. “Artinya ada kecenderungan toleransi secara umum lebih rendah. Karena, pada tingkat perguruan tinggi, di mana intelektualitas responden tergolong tinggi, namun menunjukkaan adanya intoleransi," ujar dia. 

Padahal, menurut Andreas, seharusnya kalangan mahasiswa sebagai kaum terdidik dan intelek menunjukkan sikap toleransi yang tinggi. Terlebih, toleransi kepada kelompok masyarakat berpendidikan rendah. “Faktor penyebabnya, menurut saya adalah mereka belum memahami ajaran agama secara mendalam, walaupun mereka adalah kaum intelektual, namun bisa saja dalam hal memahami hakikat agama belum pas.”

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat