IKHWANUL KIRAM MASHURI | Daan Yahya | Republika

Resonansi

Ketua Dewan Muslim Inggris Sasaran Islamofobia

Islamofobia tak boleh direduksi hanya serangan verbal dan ekspresi rasis terhadap umat Islam.

Oleh IKHWANUL KIRAM MASHURI

OLEH IKHWANUL KIRAM MASHURI

Nama Zara Muhammad jadi buah bibir masyarakat Inggris, terutama di komunitas Muslim. Bukan karena prestasinya. Bukan pula karena ia perempuan pertama dan termuda, yang memimpin Dewan Muslim Inggris (Muslim Council of Britain/MCB).

Namun, karena wawancara memojokkan, yang menimbulkan banyak kontroversi: mempertanyakan perempuan menjadi imam shalat. Pertanyaan yang mewakili stereotip masyarakat Barat, yang memandang negatif Islam dan umat Islam alias Islamofobia.

Menjadi ketua Dewan Muslim tentu prestasi hebat. Di banyak negara Islam, lembaga atau badan seperti itu biasanya dipimpin laki-laki. Namun, Dewan Muslim di Inggris kini dipimpin perempuan muda, yang belum genap 30 tahun.

Dewan Muslim Inggris ini badan yang memayungi lebih dari 500 organisasi, lembaga, dan asosiasi Islam di Inggris, termasuk masjid, sekolah Islam, dan lembaga amal. Karena prestasi yang bersejarah itu banyak media yang ingin mewawancarai Zara.

 
Meskipun Zara berulang-ulang pula menjawab masalah agama tidak berada dalam yurisdiksinya dan perannya memimpin organisasi sipil, Barnett terus mengajukan pertanyaan yang sama.
 
 

Salah satunya, BBC Radio 4 dalam program ‘Woman’s Hour’. Pewawancaranya, wartawati Emma Barnett. Wawancara berlangsung pada 4 Februari dan disiarkan secara langsung.

Wawancara itu awalnya berjalan normal, membahas rencana kerja untuk melayani kepentingan minoritas Muslim dan masyarakat Inggris, tentang bagaimana seorang perempuan muda bisa terpilih memimpin Dewan Muslim, dan seterusnya.

Namun, Zara dikejutkan pertanyaan konfrontatif Emma Barnett, yang terfokus pada ‘perempuan menjadi imam shalat’. Barnett berkali-kali bertanya, berapa banyak imam wanita di Inggris dan kerap disela ketika Zara menjawab.

Meskipun Zara berulang-ulang pula menjawab masalah agama tidak berada dalam yurisdiksinya dan perannya memimpin organisasi sipil, Barnett terus mengajukan pertanyaan yang sama, mengenai perempuan menjadi imam shalat, dan itu sebanyak empat kali.

Begitu selesai wawancara, banyak warga Muslim yang marah, termasuk protes lewat surat terbuka kepada BBC pada 17 Februari. Surat itu ditandatangani 100 tokoh dari berbagai kalangan, antara lain anggota parlemen, akademisi, masyarakat sipil.

 
Kozbar menilai, wawancara itu sarat kepentingan dengan membawa agenda tertentu.
 
 

Surat terbuka itu, antara lain menyatakan, pembawa acara membawa motif negatif tentang Islam alias Islamofobia.

Muhammad Kozbar, anggota Dewan Muslim Inggris, menyatakan, Zara bukan ahli agama yang menjadi pihak untuk menjelaskan soal perempuan menjadi imam atau masalah keagamaan lainnya. Ia pemimpin masyarakat sipil.

Kozbar menilai, wawancara itu sarat kepentingan dengan membawa agenda tertentu, yang tidak ada hubungannya dengan keberhasilan seorang perempuan muda memimpin organisasi Islam terbesar di Inggris.

Zara menghadapi pertanyaan tajam Emma Barnett dengan santai. Seperti yang terlihat di kanal Youtube, wajahnya tak berubah, bibirnya tetap tersenyum. Sikap tenang Zara bisa dipahami karena latar belakangnya seorang ahli hukum dan aktivis.

Perempuan kelahiran Glaswow, Skotlandia, dari orang tua imigran Muslim dari Pakistan, ini sarjana hukum dari Universitas Strathclyde (Glasgow). Ia memperoleh gelar master di bidang hukum hak asasi manusia.

 
Pada awal Februari lalu, dalam usia 29 tahun, Zara meraih prestasi bersejarah ketika terpilih secara demokratis sebagai ketua Dewan Muslim Inggris.
 
 

 Sebelum diminta menjadi asisten Sekretaris Jenderal Dewan Muslim Inggris, ia telah aktif sebagai konsultan pelatihan dan pengembangan SDM.

Pada awal Februari lalu, dalam usia 29 tahun, Zara meraih prestasi bersejarah ketika terpilih secara demokratis sebagai ketua Dewan Muslim Inggris. Yakni, perempuan pertama dan ketua termuda yang memimpin organisasi Islam terbesar di Inggris itu.

Ia memenangkan mayoritas suara, mengalahkan pesaingnya, Ajmal Masroor. Sebagai ketua Dewan Muslim, Zara bertanggung jawab menyuarakan kepentingan sekitar 3 juta jiwa warga Inggris beragama Islam. Jumlah ini akan terus bertambah.

Menurut  Daily Mail, mengutip Kantor Statistik Nasional, statistik yang mencakup periode 2011 hingga 2016 mengungkapkan, ada 3.092.000 Muslim di Inggris, yang mewakili 5,6 persen dari total populasi, dibandingkan 4,7 persen pada 2011.

Masih menurut Daily Mail, jumlah pemeluk Kristen turun meskipun masih yang terbesar di Inggris. Jumlah umat Kristen menurun menjadi 32.731.000, dibandingkan 33,2 juta pada 2011, turun dari 59,6 persen menjadi 56,6 persen.

 
Zara menegaskan, Islamofobia tak boleh direduksi hanya serangan verbal dan ekspresi rasis karena terdapat diskriminasi kelembagaan terhadap umat Islam.
 
 

Seiring peningkatan jumlah warga Muslim, nama Islam seperti Muhammad semakin populer. Sepanjang 2017, nama Muhammad menempati peringkat 10 untuk bayi laki-laki. Sebanyak 3.691 bayi dinamai Muhammad di Inggris dan Wales.

Meskipun umat Islam terus meningkat dan nama Islam semakin digemari, persoalan umat Islam di Inggris juga bertambah besar, terutama Islamofobia. Karena itu, menurut Zara Muhammad, melawan Islamofobia salah satu agenda utamanya.

Zara menegaskan, Islamofobia tak boleh direduksi hanya serangan verbal dan ekspresi rasis karena terdapat diskriminasi kelembagaan terhadap umat Islam, misalnya, perempuan dapat dipecat dari tempatnya bekerja karena berhijab atau memiliki nama Islam.

‘’Ini tentu fenomena yang berbahaya,’’ kata Zara dalam wawancara dengan Aljazirah. Dan, Zara Muhammad menjadi sasaran Islamofobia ini, empat hari setelah terpilih menjadi ketua Dewan Muslim Inggris, dalam wawancaranya dengan Emma Barnett. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat