Pengendara sepeda melintasi jalur sepeda di Jalan Pemuda, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Kamis (19/9/2019). | ANTARA

Jakarta

Jalur Sepeda Permanen Siap Digunakan

Jalur sepeda permanen dinilai akan menambah kemacetan di Jalan Sudirman-Thamrin.

JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sedang menyiapkan jalur sepeda permanen di sepanjang Jalan Sudirman- Thamrin. Pembatas berupa planter box yang terbuat dari beton pun kini mulai dipasang di lokasi itu pada Rabu (24/2).

“Saat ini sudah dalam proses konstruksi dan kita harapkan selesai bulan Maret," kata Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta, Syafrin Liputo, Kamis (25/2).

Syafrin menjelaskan, pembangunan pembatas jalur sepeda permanen sepanjang 11,2 kilometer itu menghabiskan dana sebesar Rp 30 miliar. Dia menyebut, dana yang digunakan tersebut berasal dari kompensasi pihak ketiga. “Anggarannya sekitar Rp 30 miliar dari kompensasi pihak ketiga," ujar dia.

Dia mengatakan, jalur sepeda permanen di Jalan Sudirman-Thamrin memiliki tema “Sabuk Nusantara”. Hal itu, kata dia, direpresentasikan pada bentuk pot tanaman atau planter box yang menjadi pembatas maupun proteksi jalur sepeda yang menyerupai seperti rantai dan saling berkait.

Menurut Syafrin, bentuk rantai pada planter box itu memiliki makna khusus. "Rantai melambangkan sila kedua (Pancasila), menandakan hubungan manusia satu sama lain yang saling membantu dan juga bentuk kolaborasi dimana Jakarta sebagai city of colaboraty," kata dia.

Pembangunan ini, kata Syafrin, merupakan respons atas meningkatnya jumlah pesepeda di Ibu Kota dan bagian dari program Jakarta Ramah Bersepeda. Pembangunan jalur sepeda permanen ini bertujuan, antara lain menjadikan sepeda sebagai moda pilihan dan alternatif dalam perjalanan first mile and last mile untuk menunjang kebijakan transportasi yang berorientasi transit.

Lebih lanjut, Syafrin menjelaskan, pembangunan jalur sepeda permanen di ruas Jalan Sudirman-MH Thamrin akan dilakukan dalam periode Februari-Maret 2021 dengan panjang 11,2 kilometer dan lebar jalur sepeda terproteksi sebesar dua meter.

Jalur sepeda permanen ini nantinya akan dilengkapi dengan beberapa fasilitas bagi para pesepeda. Di antaranya wayfinding, pijakan kaki di kaki simpang dalam lintasan jalur sepeda, dan rest area berupa bike rack pada trotoar.

Dalam pembangunan jalur sepeda ini, Pemprov DKI juga berencana bakal membangun prasasti sebagai bicycle artwork berisi ornamen yang menjadi landmark Jakarta dan sepeda. Prasasti itu rencananya akan dibangun di atas trotoar atau jalur pejalan kaki.

Adapun jalur sepeda permanen ini pun akan terintegrasi dengan fasilitas layanan angkutan umum massal. Di antaranya sembilan Halte Bus Transjakarta, enam Stasiun MRT Jakarta, satu Stasiun Kereta Commuter Line (KRL), satu Stasiun Kereta Bandara (Railink) dan satu Stasiun LRT Jabodebek.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Dinas Perhubungan DKI Jakarta (dishubdkijakarta)

Pengamat kebijakan transportasi Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA) Azas Tigor Nainggolan menilai, pembangunan jalur sepeda permanen sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin kurang tepat. Sebab, pembangunan itu menggunakan pembatas yang terbuat dari beton.

"Beradu nanti itu, sudah ada pembatas Transjakarta yang besar, tambah lagi (pembatas) sepeda dengan beton kan. Duh, ngeri kali jalan ini, jadi beton-beton semua," kata Tigor, Kamis.

Menurut Tigor, Pemprov DKI justru sebaiknya membangun jalur hijau di Jalan Sudirman-Thamrin dibandingkan jalur sepeda permanen. Ia menyebut, harus ada konsep pembangunan secara holistik atau menyeluruh, bukan secara parsial.

"Menurut saya, bangunnya lebih berpikir bukan hanya sekedar integrasi, tapi juga holistik, menyeluruh. Misalnya, buat sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin itu pedestrian jalur hijau," ujar dia.

Ia menjelaskan, jalur hijau yang dimaksud adalah kendaraan bermotor tidak boleh lagi melintas di sepanjang jalan itu. Namun, lebih memfasilitasi para pengguna sepeda, pejalan kaki, pengguna sepatu roda maupun kendaraan tidak bermotor lainnya.

"Toh kantor-kantor yang ada di sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin itu sudah punya pintu belakang kan. Sudah banyak jalan alternatif. Kalau angkutan umum sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin kan sudah ada MRT. Enggak perlu bikin jalur sepeda lagi," kata dia.

Salah seorang pengendara mobil yang juga pesepeda, Syahreza mempertanyakan pembangunan jalur sepeda permanen ini. Karena menurutnya jalur ini malah akan membuat kemacetan di Jalan Sudirman-Thamrin lebih parah.

“Karena ini bukan jalan baru, tapi jalan lama yang dikurangi lajurnya untuk jalur sepeda permanen. Kenapa Pemprov DKI tidak fokus ke masalah yang lebih penting misalnya penanganan banjir? Misalnya pengerukan kali,” kata Syahreza.

Dikritik

Tak hanya pembangunan jalur sepeda permanen, rencana pembangunan jembatan penyeberangan orang (JPO) bertema tenaga kesehatan (nakes) di ruas Jalan Sudirman-Thamrin juga dikritik. Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Ida Mahmudah mengatakan, lebih baik memberikan pertolongan langsung pada nakes yang gugur saat bertugas dibandingkan hanya membuat proyek semacam monumen.

"Kalau memang menghargai, lebih baik didepositokan ke anak nakes yang gugur. Jangan buat masyarakat bertanya-tanya," kata Ida.

Menurut dia, revitalisasi JPO itu tidak hanya diperlukan di sekitar Jalan Sudirman, namun di daerah lain juga banyak JPO membutuhkan revitalisasi. "Saya sepakat bukan hanya JPO Sudirman saja, tapi JPO lain yang masih butuh revitalisasi," katanya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho mengatakan JPO yang ada di Jalan Sudirman itu sudah goyang sehingga membutuhkan revitalisasi. JPO tersebut juga dilengkapi jalur putar balik sepeda. Monumen nakes itu dibuat sebagai pelengkap. "Untuk monumen nakes itu cuma tambahan saja," kata Hari.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat