Tiga wanita menari di tengah kantin sastra UI atau Kansas | Youtube

Kisah Dalam Negeri

Kerinduan Alumni Berkah Pedagang Kantin Sastra UI

Kantin sastra menjadi tempat yang asyik untuk berkumpul bersama teman.

"Jangan kasih kita ikannya saja, Ger, tapi kalau bisa kasih pancingannya," tutur Geri Irawan (27 tahun), alumnus Sastra Daerah untuk Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) menirukan harapan salah satu penjual Kantin Sastra (Kansas) FIB UI.

Geri merasakan dampak akibat pandemi Covid-19 yang hingga kini masih meliputi Tanah Air bahkan dunia. Keresahannya kemudian terpikirkan kepada para pedagang di Kansas, sebuah kantin yang sering ia habiskan waktunya semasa kuliah.

Dosen, alumni, dan mahasiswa UI sudah pasti tidak asing lagi dengan adanya kantin-kantin fakultas di UI. Masing-masing kantin memang seolah punya keistimewaan sendiri, mulai dari suasana hingga makanan yang dijajakan.

Salah satu kantin fakultas UI paling terkenal ya memang Kantin Sastra yang berlokasi di FIB. Nama kantin ini secara resmi adalah Kantin Budaya (Kanbud), tapi tetap saja sebutan Kansas lebih melekat.

Setelah perbincangan dengan tiga pedagang yang dia kenal baik semasa kuliah, Geri memiliki inisiatif untuk mencoba membantu para pedagang memulai jualan makanannya secara daring melalui aplikasi yang populer saat ini, alias Go Food oleh aplikasi Gojek dan Grab Food dari aplikasi Grab. Namun, karena usia para pedagang yang tak lagi muda dan gagap teknologi, Geri membantu mengajarkan pemakaian ponsel kepada para pedagang.

"Yang bikin semangat adalah keinginan mereka belajar untuk jualan online," ujar dia.

Inilah yang dinamakan konsep pancingan, bukan hanya memberi ikan. Caranya dengan membantu proses pendaftaran pedagang Kansas ke aplikasi tersebut. Geri dan beberapa temannya kemudian memikirkan tentang konsep pemasaran untuk memastikan pedagang dapat berjualan daring.

Program dengan hastag #KansasBukaLagi pun lahir. Terdapat total 25 pedagang Kansas, tapi hanya 11 yang mengikuti program yang dicanangkan Geri sejak September 2020 ini. Pedagang Kansas yang terdampak pandemi memiliki penghasilan utama yang berasal dari berjualan di kantin selama puluhan tahun.

Selama tiga bulan, respons dari berbagai pihak pun bermunculan. Program ini kemudian  tersebar dan dikenal oleh ribuan mahasiswa dan alumni FIB bahkan diikuti oleh fakultas lain di UI.

Tak heran dagangan para penjual Kansas laris manis. Omzet penjualan per delapan pedagang dari September hingga Desember pun terbilang tinggi, yakni Rp 205 juta. Belum terhitung dari uang tunai yang diterima pedagang.

"Dengan adanya Kansas Buka Lagi, kami sangat terbantu sekali. Kami bisa bertahan meski pandemi belum selesai," kata Sriwiyati (50 tahun), istri dari Mas Roni (50 tahun), penjual Penyetan Mas Roni yang sangat populer se-FIB bahkan se-UI.

Sagi Nugroho (44 tahun) yang menjual mi ayam, mi yamin, dan lain-lain, juga merasa terbantu dengan adanya program ini. Awalnya dia belum mengerti bagaimana cara jualan secara daring.

"Saya merasa terbantu banget, ya buat kegiatan selama kita belum jualan di kampus lagi," ujar Sagi.

Bebaskan sewa

Sementara itu, pihak FIB UI menyambut baik adanya program ini. Manajer Umum FIB UI, Prapto Yuwono, mengatakan, program ini didasari dari kerinduan para mahasiswa, alumni, bahkan dosen untuk menyantap makanan khas dan suasana Kansas.

"Gerakan ini sangat bagus sekali, artinya di satu sisi memang ketika lockdown semua dirugikan. Dan, kami menyambut baik gerakan ini," kata Prapto ketika dihubungi melalui sambungan telepon.

Prapto yang juga dosen Sastra Jawa itu mengatakan, kontribusi FIB UI semasa pandemi termasuk memberikan dispensasi bagi para pedagang Kansas untuk tidak membayar sewa lapak dan listrik. Hal ini pun diikuti manajemen fakultas lain dalam memberikan dispensasi ke para pedagang di kantin-kantin UI.

Pihak fakultas juga turut membantu upaya publikasi bagi terselenggaranya Konser Amal. Hal ini secara positif mengundang hasil donasi yang tinggi untuk diberikan kepada para pedagang Kansas terdampak pandemi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat