Ilustrasi pemimpin | DOK Wikipedia

Khazanah

Dorong Lahirnya Ulama Perempuan

Saat ini, pemimpin umat maupun ulama didominasi laki-laki.

JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Huzaemah T Yanggo menyampaikan, jumlah ulama perempuan di Indonesia masih kurang. Karena itu, ulama sekaligus pakar fikih ini mengapresiasi rencana Masjid Istiqlal, Jakarta, yang akan mengkader dan melahirkan ulama-ulama perempuan pengkaji Alquran dan hadis. 

"Masih kurang (ulama perempuan), perlu banyak (ulama perempuan), kalau (ulama) laki-laki sudah banyak," kata Huzaemah kepada Republika, Selasa (23/2).

Menurut dia, bukan tanpa sebab jika saat ini jumlah ulama perempuan masih sedikit. Penyebabnya, pada masa lalu umumnya yang melanjutkan sekolah adalah laki-laki. Namun, sekarang, perempuan yang melanjutkan sekolah dan mengenyam pendidikan tinggi sudah sangat banyak. 

Karena itu, Huzaemah mengapresiasi upaya Masjid Istiqlal untuk melahirkan ulama-ulama perempuan. "Bagus supaya perempuan juga mengerti (isi Alquran dan hadist), jangan yang laki-laki saja (yang mengerti), biar tahu juga dia (perempuan) hak dan kewajibannya," ujarnya. 

Sementara itu, dalam pandangan Ustazah Dedeh Rosidah atau yang lebih dikenal sebagai Mamah Dedeh, kaum perempuan pun punya kewajiban berdakwah. Sebab, perempuan punya hak yang sama dengan laki-laki. 

Ia menerangkan, perempuan jika punya kemampuan tidak dilarang menjadi pemimpin. Sejarah mengabarkan bahwa istri Nabi Muhammad SAW, yakni Aisyah RA, pernah menjadi panglima perang dalam Perang Unta. Artinya, perempuan tidak dilarang menjadi seorang pendakwah.

Menurut dia, berdasarkan hasil survei membuktikan jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah laki-laki. Bagaimana jadinya seandainya yang berdakwah hanya kaum laki-laki, sementara jumlah perempuan sangat banyak. 

"Ketika pendakwah harus menerangkan masalah hukum fikih, saya yakin ada masalah (hukum fikih) yang risih (tidak nyaman) kalau laki-laki sampaikan di hadapan perempuan yang banyak," ujarnya. 

Karena itu, lanjut Mamah Dedeh, tidak ada salahnya perempuan yang berdakwah karena dibutuhkan kaum perempuan. 

“Semoga yang berdakwah bisa menyesuaikan atau adaptasi dengan audiens yang dihadapinya, agar yang didakwahi bisa menerima pesan-pesan dakwah,” katanya. 

Sebelumnya, Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umar, mengatakan, MasjidIstiqlal sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara akan mengarusutamakan bertumbuhnya ulama perempuan yang mengkaji Alquran dan hadis. Pernyataan itu disampaikan pada peringatan Milad ke-43 Masjid Istiqlal, Senin (22/2). 

"Kita buka pengkaderan ulama perempuan. Mungkin ini pertama di dunia. Ulama perempuan akan mengkaji Alquran dan hadis dalam perspektif kesetaraan gender," ujar Kiai Nasaruddin saat menyampaikan sambutan secara daring. 

Ia mengatakan, umat Islam saat ini menunggu semakin tumbuhnya kajian gender dari perspektif ulama perempuan melalui pendekatan Alquran dan hadis. Saat ini, menurut dia, kajian gender melalui pendekatan Islam lebih banyak dilakukan oleh kalangan laki-laki alih-alih oleh perempuan. Dengan begitu, perspektif kajian cenderung bersifat sudut pandang maskulin.

Dalam pandangan Kiai Nasaruddin, perlu ada perluasan perspektif dari perempuan melalui pendekatan Alquran dan hadis sehingga menjadi proporsional. “Dan nanti kita lihat hasilnya jika perempuan mengkaji Alquran dan hadis. Saat ini, yang dominan menjadi pemimpin umat, ulama, penulis, kapasitasnya adalah laki-laki,” kata dia.

Ia juga mengatakan, laki-laki dan perempuan sebagai khalifah di muka Bumi harus memiliki kesempatan yang setara dalam pengelolaan alam semesta. “Tidak boleh pengelolaan menjadi over masculine, tidak boleh over feminine. Keseimbangan maskulin dan feminin sangat kita perlukan.”

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat